Desa

Sensasi Peyek Daun Kopi

Peyek daun kopi menjadi alternatif pilihan usaha untuk menyokong ekonomi rumah tangga di Desa Batu Ampar, Bengkulu.

Betty Herlina
Sensasi Peyek Daun Kopi
Peyek daun kopi menghadirkan sensasi berbeda ketimbang peyek pada umumnya. Betty Herlina / Kanal Desa

Bagi sebagian orang, peyek daun kopi terasa asing. Namun tidak bagi warga di Desa Batu Ampar, Kecamatan Merigi, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Cemilan ringan berbahan utama daun kopi, yang dibalur dengan tepung dan racikan bumbu mampu menggoyang lidah. Bisa menjadi teman minum kopi sambil menikmati sore yang indah.

Kelompok Perempuan Alam Lestari (PAL) Desa Batu Ampar, yang diketuai Supartina Paksi, mulai mengolah daun kopi menjadi peyek sejak tahun 2019. Berawal dari coba-coba, akhirnya peyek daun kopi menjadi digemari.

"Biasanya daun kopi muda digunakan untuk lalapan. Tiba-tiba kami terpikir, kenapa tidak dijadikan peyek saja. Ide ini saya sampaikan ke Pak Kades, responnya bagus, langsung kami coba. Eh sekarang malah jadi oleh-oleh khas Batu Ampar," paparnya.

Desa Batu Ampar, Kecamatan Merigi, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, berada persis di bawah kaki Bukit Hitam yang masuk kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba. Desa ini dibagi dalam tiga dusun dengan jumlah 220 kepala keluarga.

Di Desa Batu Ampar, kopi merupakan salah satu produk unggulan desa. Ini menjadi sumber pendapatan turun temurun. Hampir 90 persen masyarakat menggantungkan hidup dari kopi dengan luas lahan lebih dari 291 hektare.

Setiap hari, perempuan petani kopi ketika membersihkan kebun, harus membersihkan pula tunas-tunas yang tumbuh di sekitar batang utama kopi. Bila tidak dibuang, tunas tersebut dapat mengganggu batang utama dari tanaman kopi. Tradisi ini dikenal dengan istilah "nyeping"

"Daun kopi urutan kedua dari pucuk, itu yang menjadi bahan baku utamanya. Rasa peyeknya gurih dan tidak pahit. Bisa jadi pengganti kerupuk saat makan," imbuh Supartina.

Bengkulu tanah yang kaya akan hasil berbagai komoditas. Salah satu komoditas terbesar dari Bengkulu adalah kopi jenis robusta.
Bengkulu tanah yang kaya akan hasil berbagai komoditas. Salah satu komoditas terbesar dari Bengkulu adalah kopi jenis robusta. Kanal Desa / Lokadata

Kelompok PAL beranggotakan 27 orang perempuan petani kopi. Setiap minggu, mereka meluangkan waktu 2-3 hari untuk memproduksi peyek kopi, biasanya menjelang akhir pekan. Satu hari produksi menghabiskan waktu 3-4 jam.

"Setelah pekerjaan rumah selesai, biasanya jam 10 pagi kita mulai produksi. Mulai dari menggoreng hingga packing. Sekali produksi bisa 4-5 kg. Nanti dikemas ukuran 1 ons, dan didrop ke Rumah Produksi Desa Batu Ampar," lanjut Supartina.

Setiap 1 kg Peyek Daun kopi dijual dengan harga Rp 70 ribu. Lebih mahal dari harga kopi per kgnya hanya Rp 20 ribu. Namun dengan kemasan 1 ons, harganya menjadi Rp 7000. Nilai keuntungan yang diperoleh bisa dua kali lipat. Artinya jika modal untuk 1 kali produksi Rp 500 ribu, maka keuntungannya juga berkisar Rp 500 ribu.

"Kan bahan utamanya daun kopi gratis, daripada dibuang lebih baik diolah menjadi peyek. Namun usaha kami sempat terhenti karena harga minyak goreng mahal. Kalau minyak mahal kami tidak bisa mendapatkan untung," lanjutnya.

Sistem kerja PAL membuat Peyek Daun Kopi menggunakan shif. Sehingga setiap anggota kelompok mendapatkan giliran. Satu kali produksi melibatkan 3-4 pekerja. Masing-masing pekerja mendapatkan upah harian sebesar Rp 50 ribu.

"Upahnya cukup membantu untuk uang dapur, apalagi panen kopi kan hanya sekali setahun, jadi waktu luang banyak. Harapannya ke depan semakin banyak dan sering produksi penghasilan kami menjadi semakin bertambah. Usaha ini cukup menjanjikan dan berpotensi," ungkap Mulyati, salah satu anggota PAL.

Supartina mengolah daun kopi muda menjadi cemilan peyek. Menjadi ciri khas olahan dari Desa Batu Ampar, Bengkulu.
Supartina mengolah daun kopi muda menjadi cemilan peyek. Menjadi ciri khas olahan dari Desa Batu Ampar, Bengkulu. Betty Herlina / Kanal Desa

Terkendala Sertifikat Halal

Tiga tahun merintis usaha Peyek Daun Kopi, PAL masih mengalami sejumlah kendala. Seperti pemasaran dan modal yang masih terbatas. Saat ini setiap kali produksi, masih menggunakan uang kas anggota PAL, yang keuntungannya dimasukan dalam kas kelompok. Pandemi covid yang berlangsung selama 2 tahun, membuat usaha Peyek Daun Kopi belum mendapatkan ploting dana khusus, akibat recofusing anggaran.

Selain itu, ditambahkan Dewi Harlinda, jangkauan pemasaran produk masih terbatas belum menyasar market place ataupun waralaba yang ada di seputar Kabupaten Kepahiang. Penjualan saat ini masih melayani repeat order dari kabupaten (Pemda,red).

"Biasanya kami titip di BumDes atau di Rumah Produksi, cepat habis kok, hanya saja produksi kami kan belum banyak. Untuk jualan di marketplace kami masih terkendala sertifikat halal produk dan NIB. Kalau PIRT kami sudah punya. Ibu-ibu disini juga belum mahir berjualan online," kata Dewi.

Ia tidak menapik, baru-baru ini ada tawaran dari salah satu BUMN yang bersedia membina usaha Peyek Daun Kopi. Mulai dari memperbaiki kemasan hingga membuatkan stiker produk.

"Sudah ada tawaran dan itu akan kami coba dalam waktu dekat ini. Karena ibu-ibu disini memang butuh ilmunya, selama ini kan belajar mandiri, kalau terfasilitasi nanti hasilnya akan lebih baik, dapat ilmu dan dapat modal," lanjutnya.

Selama ini Desa Batu Ampar terkenal sebagai salah satu penghasil kopi robusta dari Bengkulu. Tangan-tangan kreatif Kelompok Perempuan Alam Lestari (PAL) menjadikan potensi ini sebagai nilai tambah ekonomi.
Selama ini Desa Batu Ampar terkenal sebagai salah satu penghasil kopi robusta dari Bengkulu. Tangan-tangan kreatif Kelompok Perempuan Alam Lestari (PAL) menjadikan potensi ini sebagai nilai tambah ekonomi. Betty Herlina / Kanal Desa

Bisa Dibeli di Toko Online Desa

Kades Batu Ampar, Harwan Iskandar mengatakan pihak desa sangat mendukung pengembangan Peyek Daun Kopi sebagai usaha alternatif untuk memberdayakan perempuan desa. Dukungan yang diberikan tidak hanya upaya pengembangan produk, namun penguatan sumberdaya maupun kebijakan lain termasuk anggaran.

Untuk mendukung pemasaran potensi produk unggulan Desa Batu Ampar, pemerintah desa memiliki toko online sendiri, yakni toko.batuampar.id. Selain Peyek Daun Kopi ada 16 produk lain yang dijual. Yakni air mancur hiasan rumah, bakul atau besek dari bambu, bolu kopi, bunga keladi, cangkir dan nampan bambu gula aren, kopi robusta kualitas premium, pisang, olahan rebung, dan pipet bambu.

Untuk berbelanja di toko online tersebut cukup mudah. Pengunjung tinggal membuat akun dan memilih barang-barang yang akan dibeli.

“Setelah pesan langsung bayar,” kata Harwan Iskandar tersenyum.

Toko online ini khusus menjual produk-produk asli Desa Batu Ampar yang dikembangkan masyarakat. Toko ini merupakan marketplace desa yang dimiliki Provinsi Bengkulu.

“Kami menyajikan kualitas dan harga yang bersaing bagi konsumen. Namanya toko online, jadi pembeli dari manapun akan kami berikan pelayanan terbaik," paparnya.

Toko online Desa Batu Ampar menjadi satu-satunya marketplace lokal yang ada di Bengkulu. Berbagai produk dari masyarakat hadir di sini untuk mendongkrak ekonomi warganya.
Toko online Desa Batu Ampar menjadi satu-satunya marketplace lokal yang ada di Bengkulu. Berbagai produk dari masyarakat hadir di sini untuk mendongkrak ekonomi warganya. Kanal Desa / Batu Ampar

Jadi Oleh-oleh Khas Desa Batu Ampar

Peyek Daun Kopi, menjadi salah satu ikon kuliner di Desa Batu Ampar yang masuk kategori pangan aman atau bebas dari bahan pengawet. Ini membuat Desa Batu Ampar ditetapkan oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Bengkulu sebagai utusan lomba Desa Pangan Aman Nasional, mewakili Provinsi Bengkulu pada akhir tahun 2020 lalu.

Lomba yang melibatkan 34 provinsi di Indonesia tersebut berhasil menempatkan Desa Batu Ampar dalam 7 besar. Hingga akhirnya pada 22 Juni 2021 bertepatan dengan peringatan Hari Keamanan Pangan Sedunia (World Food Safety Day), BPOM mengumumkan Desa Batu Ampar sebagai juara tiga lomba Desa Pangan Aman.

"Hasil tersebut semakin memperkuat Peyek Daun Kopi sebagai oleh-oleh khas dari Desa Batu Ampar, bersama stik rebung dan stik kecombrang, yang semuanya diproduksi tanpa menggunakan pengawet makanan. Pengembangkan produk lokal sekalin menambah pendapatan rumah tangga juga menjadi penunjang program ekowisata di desa," pungkas Harwan Iskandar.

Baca Lainnya