Secangkir Kisah Kopi Dari Desa Gombengsari
Kopi dan kisah warganya membuat saya ingin berada di jantung Desa Gombengsari, Banyuwangi, Jawa Timur. Secuil kisah perjalanan menjelajah Nusantara.
Kenikmatan ada dalam secangkir kopi yang berada di Desa Gombengsari, Banyuwangi, Jawa Timur. Desa yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Kota Banyuwangi ini punya hamparan perkebunan kopi rakyat. Tak salah, jika berada di desa ini, harumnya sangrai kopi segar mudah kita cium di setiap sudut pojok rumah warga. Pemandangan penjemuran kopi di halaman rumah pun menjadi sketsa keindahan tersendiri.
Kopi dan Desa Gombengsari memang tumbuh menjadi magnet yang menyedot banyak pengunjung. Berbagai potensi yang ada di desa ini mampu mendongkrak kesejahteraan warganya. Terlebih pengelolaan sistem pertanian kebun kopi dilakukan secara organik sebagai pengembangan wisata edukasi kebun kopi.
Lanskap Desa Gombengsari terlihat seperti secuil Jawa Lama dalam lukisan era kolonial. Di sana kita dengan mudah melihat hamparan pohon Mahoni raksasa dan kecantikan alamnya. Gemericik air terjun Goa Pengantin, suara nyaring tonggeret, hingga kolam air minum yang mengkristal era pembangunan kolonial Belanda sejak 1927. Berbagai panorama eksotik Desa Gombengsari membuat desa ini pun berkembang menjadi desa wisata alam terbaik di Jawa Timur.
Alam yang lestari dan kehidupannya yang bersahaja, membuat saya ingin merasakan pengalaman di jantung desa ini. Apalagi bisa mengenal tak berjarak bersama kehidupan warganya. Rasanya, itulah alasan mengapa saya terus melangkah menjelajahi negeri ini disetiap perjalanan saya.
“Nih mas ta buatin Kopi Lanang. Karena Mas Ramon abis melakukan perjalanan panjang,” sambut Abdur Rahman, Ketua Kelompok Sadar Wisata Gombengsari, Banyuwangi.
Ah, kopi lanang yang termasyhur itu. Kopi “pria” rupanya ada di sini. Saya tentu saja tak bisa menolak. Mencicipi satu seruput kopi lanang menjadi pembuka dan menggiring rasa penasaran saya pada wajah biji kopi lainnya. Sah!
Di tengah menikmati secangkir kopi panas dan keakraban sejati, saya syahdu mendengar kisah Abdur Rahman, kopi, dan mimpinya. Abdur Rahman sendiri adalah generasi ketiga yang menjadi petani kopi. Menurutnya, dulu masyarakat hanya berfokus dalam menghasilkan kopi saja. Tak mengenal bagaimana meracik kopi seperti pada umumnya.
Namun hari ini mereka berbeda. Warga mengolah kopi dari hulu sampai hilir. Semangat kemandirian lahir dari rahim kopi. Saya melihat secara dekat berbagai keunggulan kopi di sini. Pohon kopi tumbuh subur di lahan seluas enam hingga tujuh hektar yang diapit pesisir laut dan anak gunung.
Dalam kondisi geografis seperti itu, biji kopi dari Desa Gombengsari pun bisa menghasilkan aroma dan rasa biji kopi lokal berkualitas khas Nusantara. Tentu saja komoditas kopi Desa Gombengsari seperti kekayaan besar lainnya yang tersebar di negeri ini.
Abdur Rahman menjadi motor penggerak desa. Totalitas untuk memajukan desanya terasa hangat menggema. Bahkan, ia tak sungkan menjadikan rumahnya sebagai Sekretariat Kelompok Sadar Wisata Gombengsari. Sekaligus menjadi kantor pusat informasi desa wisata.
“Kopi menjadi penghasilan sebagian masyarakat di sini,” ujarnya.
Perlahan keberadaan pengembangan desa wisata berdampak besar bagi perekonomian dan menjadi nafas penghidupannya. Masyarakat mengerahkan tenaga dan hatinya menjaga setiap jengkal kelestarian alam desa. Dan tentunya menumbuhkan kopi sebagai jalan menumbuhkan ekonomi yang berkelanjutan.
Saya menyaksikan sendiri geliat kehidupan warga di desa ini. Rumah-rumah warga sibuk menjemur, menyangrai, mengolah hingga mengemas biji kopi siap saji. Semua proses dijalankan secara mandiri langsung oleh masyarakatnya. Jangan heran, berbaris kedai-kedai kopi lokal rumahan tak kalah dengan kopi besutan barista kafe kota-kota besar.
Ah, bisa jadi kopi yang disajikan di salah satu kafe sebuah mal, mungkin berasal dari olahan biji kopi Gombengsari? Semoga. Bagi saya pantang dianggurkan. Secangkir kopi lanang ini wajib dihabiskan agar lebih greng melanjutkan perjalanan.
Terima kasih bisa mendengar banyak kisah dari Abdur Rahman. Sehat selalu dan sejahtera untuk kawan-kawan di Gombengsari.