BUMDes Watuata: Dongkrak Ekonomi Desa Lewat Kopi
BUMDes Watuata terus bergeliat meningkatkan ekonomi desa lewat komoditas kopi. Punya kekuatan ekspor mendunia.
Perkebunan kopi menjadi salah satu tulang punggung bagi warga Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur. Daerah yang berada di antara 1.000 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut ini, menjadi sentra penting penghasil kopi terbaik Nusantara. Dikenal dengan nama Arabika Flores Bajawa dan terserap di pasar luar, seperti Amerika Serikat hingga Eropa.
Kopi yang dihasilkan dari lereng Gunung Inere ini memang terkenal karena kualitasnya yang mampu bersaing dengan kopi dari Gayo, Toraja, misalnya. Kopi yang ditanam oleh warga di sekitar kawasan Cagar Alam Watu Ata ini tumbuh subur secara alami dan diperkirakan mampu menghasilkan hingga 300 ton per musimnya.
Lahan perkopian dikelola Kelompok Hutan Ngada Wolo Merah Riung dan menjadi penghidupan bagi warga di lahan seluas 4.298 hektar. Warga menjaga perkebunan kopi dan lahan cagar alam secara lestari dan menerapkan praktik hukum adat.
Salah satu desa penghasil kopi ini berasal dari Desa Wawowae dan mengelola kopi di lahan seluas 156 hektar dan menghasilkan 200 ton biji kopi per tahunnya. Tak pelak, hasil panen kopi ini berdampak nyata bagi pembangunan desa dan menjadikan namanya harum di mancanegara.
Motor pergerakan ekonomi desa ini dibantu oleh BUMDes Watuata. Tak hanya kopi, unit usaha lainnya juga mengelola tanaman jahe, rempah-rempah, hingga tanaman pangan dan hirtikultura.
BUMDes Watuata terus mengembangkan kualitas dan usaha pengolahan kopi. Mulai kopi bubuk hingga kopi biji dalam bentuk kemasan yang menarik dan pemasaran yang lebih luas. Tak hanya itu, mereka juga menggenjot unit usaha lainnya, seperti dari usaha kredit simpan pinjam melalui sistem koperasi, sewa alat perlengkapan, air bersih, dan usaha dagang.
Warga Desa Wawowae kebanyakan bekerja sebagai petani. Pendapatan terbesar warganya saat musim kopi tiba. Biji kopi memerah di perbukitan dengan kondisi iklim yang sangat mendukung. Tak salah, jika kualitas kopinya termasuk salah satu yang terbaik dan memiliki cita rasa yang unik. Bahkan saat event KTT ke-42 di Labuan Bajo, kopi Flores menjadi sajian racikan utama bagi para tamu mancanegara.
Pulau Flores memang kaya akan hasil komoditas. Dari sini hadir beberapa jenis kopi lainnya yang mendunia, seperti kopi arabika dan robusta Manggarai, yellow catura Manggarai, hingga juria Manggarai. Di tahun 2024 ini, Kementerian Hukum dan HAM RI turut memberikan sertifikat Indikasi Geografis pada kopi Arabica Flores Bajawa.
BUMDes Watuata punya modal yang kuat akan potensi alam dan nilai budayanya yang masih kental. Kekuatan ini bisa memberi nilai plus untuk mendongkrak ekonomi desa. Terlebih mereka punya prestasi di tingkat nasional hingga internasional.