Desa

Kemiri Penyangga Desa Ranga

Kemiri menjadi komoditas unggulan Desa Ranga, Kabupaten Enrekang. Menembus pasar ekspor Asia.

Irfan Saputra
Kemiri Penyangga Desa Ranga
Kelompok Tani Desa Ranga, Kabupaten Enrekang mengembangkan komoditas kemiri sebagai produk unggulan desa. /

Bagi petani di Desa Ranga Kabupaten Enrekang, waktu terasa memanjang setiap kali musim menanam padi lewat. Mereka harus menanti dalam ketidakpastian, tak tahu sebanyak apa hasil panennya.

Desa ini berjarak delapan kilometer dari ibu kota kabupaten, setengah jam ke arah timur dengan sepeda motor. Ketiga dusunnya berbatasan langsung dengan kawasan hutan negara dan saling terhubung dengan jalan beton yang melewati lereng dan punggung bukit. Pada beberapa titik jalan ini berlubang digerus musim.

Bertengger di lereng perbukitan, hanya tersisa sedikit kawasan landai yang bisa warga manfaatkan sebagai perkampungan. Akibatnya, setiap dusun terbentuk oleh beberapa kampung yang terpisah oleh bukit.

Hidup di daerah pegunungan yang berbatasan dengan hutan negara membatasi pilihan penghidupan warga desa. Untuk memenuhi kebutuhannya mereka menggantungkan hidup pada sawah dan kebun kakao.

Pada dekade 2000, sawah-sawah di Desa Ranga seringkali mengering kala musim kemarau tiba, sungai mulai enggan mengairi sawah. Petani pun mulai kebingungan menentukan waktu tanam padi karena musim hujan datang serampangan. Penyakit-penyakit padi bermunculan, bunga padi memerah, buah yang seharusnya menguning malah memutih, dan kosong. Ini persoalan runyam bagi rumah tangga petani di Desa Ranga.

Kakao sempat menjadi tanaman utama di desa ini. Tapi, sejak paruh kedua dekade 1990-an dan sepanjang dekade berikutnya tidak bisa ia harapkan. Kakao mulai sakit-sakitan, buahnya menghitam, lalu kering. Para petani meninggalkan kakao sejak 2010.

Komoditas kemiri dari Desa Ranga, Kabupaten Enrekang untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor Hongkong pada Januari 2022.
Komoditas kemiri dari Desa Ranga, Kabupaten Enrekang untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor Hongkong pada Januari 2022. Irfan Saputra / Kanal Desa

Menanam Jagung Mengancam Pasokan Air

Menghadapi krisis kakao petani di Desa Ranga terus mencari pilihan tanaman budidaya yang setara dengan kakao. Seorang petani mencoba menanam jagung dan berhasil. Rupanya jagung bisa menyesuaikan diri dengan cuaca yang tak menentu, bertahan di tengah kemarau panjang, dan tetap subur di musim penghujan.

Bagaikan pisau bermata dua, kehadiran jagung bisa memenuhi kebutuhan hidup petani di Desa Rangga, bahkan memberi keuntungan lebih bagi segelintir petani. Namun dalam waktu yang panjang , bencana mengintai.

Warga di Desa Ranga mulai merasakan berkurangnya debit air di sumber mata air mereka. Warga membangun penampungan di dekat mata air untuk menghadapi musim kemarau. Sebagian warga menyiapkan drum di depan rumah untuk menampung air hujan.

Menurut Rudi, warga Desa Ranga, kelangkaan air di desa itu terjadi sejak kakao menjadi tanaman utama di desa. Kakao tak suka ada tanaman lain di dekatnya, sehingga tanaman lain yang bisa menahan air ditebang oleh para petani.

“Satu gunung itu semuanya kakao,” kata Rudi sambil mengarahkan telunjuknya ke arah gunung. Itu terjadi awal 1990-an ketika terjadi ledakan kakao.

Setelah itu hamparan jagung menggantikannya. Saat ini luas lahan jagung di Desa Ranga telah mencapai kurang lebih 300 hektar.

Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus pada rentetan penggantian komoditi utama desa yang diawali padi, menjadi kakao, lalu jagung membuat tanah semakin mengeras. Akibatnya kemampuannya dalam menyerap air pun semakin berkurang. Sehingga pada musim penghujan air akan terus ke sungai, tidak lagi menjadi air tanah.

Pemerintah pusat datang membantu melalui Program Air bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Pada tahun 2016, pemerintah membangun penampungan di beberapa titik di Desa Ranga.

Produksi kemiri yang tinggi dari Desa Ranga mampu menyedot tenaga kerja desa. Kini, melibatkan peranan BUMDes untuk mendongkrak kemampuan produksi dan pemasarannya.
Produksi kemiri yang tinggi dari Desa Ranga mampu menyedot tenaga kerja desa. Kini, melibatkan peranan BUMDes untuk mendongkrak kemampuan produksi dan pemasarannya. Irfan Saputra / Kanal Desa

Kemiri, Si Penjaga Air

Saat ini warga Desa Ranga, tak mesti lagi berkonflik dengan pemerintah karena urusan pengelolaan kebun yang berada dalam kawasan hutan negara. Sejak tahun 2021 hingga 35 tahun yang akan datang, melalui pendampingan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lokal warga Desa Ranga mendapat izin Hutan Kemasyarakatan melalui kebijakan perhutanan sosial.

Tantangan berikutnya bagi kelompok tani, bagaimana mengolah lahan tanpa merusaknya. Menanam tanaman yang menguntungkan sekaligus menjaga hutan demi keberlangsungan air mereka.

Mereka lalu membibitkan komoditas yang dapat menjaga keberlanjutan sumber air dan sumber pangan alternatif jika sewaktu waktu-waktu lahan pertanian dilanda kekeringan. Seperti sukun, selain bisa mengikat air dan menjaga kekuatan tanah, buah sukun juga dapat menjadi sumber pangan bagi warga.

Ada komoditas yang hampir dilupakan oleh warga desa ini, kemiri. Padahal kemiri sudah ada sejak beberapa generasi sebelumnya dan sempat diperbanyak saat program gerakan rehabilitasi hutan dan lahan pada tahun 2007. Saat ini berdasarkan perhitungan kelompok ada sekitar 3.000 pohon kemiri yang masih diusahakan warga, tumbuh dalam beberapa rumpun yang terpisah.

Kemiri menjadi salah satu komoditas ekspor dari Sulawesi Selatan dengan negara tujuan, seperti Korea Selatan, Hong Kong dan beberapa negara kawasan Arab.
Kemiri menjadi salah satu komoditas ekspor dari Sulawesi Selatan dengan negara tujuan, seperti Korea Selatan, Hong Kong dan beberapa negara kawasan Arab. Irfan Saputra / Kanal Desa

Pohon kemiri memiliki nama latin Aleurites Molluccanus dapat tumbuh sampai ketinggian 30 - 40 meter dan diameter batang bisa mencapai 1,5 meter. Tersebar di berbagai negara tropis. Ia berbuah di umur 3-4 tahun. Seiring bertambah umurnya semakin banyak pula buahnya. Kemiri dapat berumur sampai 50 tahun. Satu kali panen bisa menghasilkan 500 kilogram biji kupas dalam satu pohonnya.

Kemiri dapat tumbuh di tengah vegetasi hutan yang sangat beragam, Di Indonesia, kemiri dapat dijumpai pada ketinggian 0–800 mdpl pada areal yang berkonfigurasi datar hingga bergelombang. Kemiri juga dapat beradaptasi dengan baik di daerah lereng, bahkan di lembah yang curam.

Kemiri merupakan tanaman rempah-rempah yang diperkenalkan oleh Belanda pada paruh awal abad 18 kepada komunitas masyarakat di Maluku dan Sulawesi Selatan. Menurut Muspida, pengajar di Universitas Pattimura yang meneliti pengelolaan hutan kemiri rakyat di Maros Sulawesi Selatan, kemiri sebagai tanaman jangka panjang pada awalnya hanya merupakan tanam indikator kepemilikan lahan yang ditinggalkan oleh petani karena masa kesuburannya mulai berkurang sebelum berpindah ketempat lain untuk membuka lahan baru.

Kemiri memiliki cabang yang banyak yang berfungsi menyaring air hujan layaknya pemecah ombak. Air hujan yang tersaring itu lalu menetes dari daun atau mengalir melewati batang ke permukaan tanah dengan kecepatan yang rendah, sehingga tanah dapat menyerap air hujan dengan baik.

Daun yang lebat menghasilkan serasah yang banyak pula, serasah lama kelamaan lapuk menjadi unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan lain di sekitarnya. Itulah sebabnya kemiri dijadikan tanaman konservasi karena ia menjaga ketersediaan air, mencegah erosi, sekaligus menjamin ketersediaan unsur hara di dalam tanah.

Dalam buku Aleurites Moluccana (L) willd.: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas, kemiri ditanam untuk tujuan komersial maupun subsisten untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama bagi masyarakat Indonesia bagian timur. Jenis ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan; bijinya dapat digunakan sebagai bahan media penerangan, masakan dan obat-obatan, sedangkan batangnya dapat digunakan untuk kayu.

Mengutip kitchenofindonesia.com fungsi kemiri dalam masakan untuk menguatkan aroma, memaksimalkan cita rasa masakan, membuat masakan berkuah jadi lebih kental, dan menjaga masakan bersantan agar tidak pecah.

Selain digunakan untuk rempah-rempah. Biji kemiri juga memiliki manfaat bagi kesehatan. Mengutip hellosehat.com kemiri bisa menjaga kesehatan jantung, melancarkan pencernaan, menjaga kesehatan kulit, mempertahankan sistem imunitas, dan menjaga kesehatan rambut.

Kandungan minyak dalam biji kemiri digunakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan sebagai bahan bakar pelita. Di daerah bugis pelita yang dinyalakan di malam hari disebut pelleng. Pelleng adalah nama sehari-hari kemiri dalam bahasa bugis.

Dilansir antaranews.com pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan secara perdana melepas komoditi kemiri sebagai salah satu produk ekspor yang merambah pasar global di tahun 2020. Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) memiliki potensi ekspor kemiri yang tinggi.

Melalui pelabuhan Makassar yang telah menjadi pelabuhan Internasional, komoditas dari KTI dapat dikirim langsung ke luar negeri. Menurut Hamzah pemilik CV Agrotama Anugrah Sultan salah satu eksportir kemiri di Sulawesi Selatan yang dilansir sulsel.idntimes.com, pihak pelabuhan maupun lembaga negara lainnya telah banyak membantu kelancaran usaha ekspor dari Indonesia Timur langsung ke negara tujuan. Antara lain, ke Korea Selatan, Hong Kong dan beberapa negara Arab.

Pada November 2021, melalui diskusi bersama, anggota kelompok tani desa Ranga setuju mengembangkan kemiri melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) sebagai komoditi unggulan di desa. KUPS di Desa Ranga terdiri dari KUPS Sulo Datu dan KUPS Sulo Pallan.

Saat ini kedua KUPS di Desa Ranga telah memiliki mesin pemecah kulit yang memangkas waktu kerja. Untuk satu karung kemiri dengan berat 44 kilogram, petani mesti menghabiskan waktu istirahatnya dari berkebun dari sore hingga malam hari untuk memecah kemiri. Dari satu karung itu akan menghasilkan 11 kilogram kemiri kupas.

Produk kemiri dikemas dalam karung berukuran sedang dengan berat 25 kilogram. Mereka membagi produknya menjadi kemiri bulat utuh dan kemiri pecah dengan harga yang berbeda.

Usaha petani berbuah manis, melalui perusahaan Agrotama Anugrah Sultan, produksi kemiri pertama di Desa Ranga menembus ekspor ke Hongkong pada Januari 2022.

Kerjasama antara KUPS dengan PT. Agrotama Anugrah Sultan disaksikan langsung oleh pemerintah kabupaten yang diwakili oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pembangunan Daerah (Bappelitbangda) Kab. Enrekang, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Matta Allo, Camat Enrekang, Pemerintah Desa, serta warga Desa Ranga pada kegiatan launching produk KUPS.

Menurut Khalid selaku pendamping di Desa Ranga, pada saat kegiatan launching tersebut Kepala Desa Ranga menyatakan sikap akan turut andil dalam pengembangan KUPS. Menjanjikan dana Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang masih tersisa di rekening untuk dijadikan modal awal KUPS.

Sebulan setelah launching, masing-masing KUPS mendapat dukungan usaha berupa modal awal sebesar Rp 25.000.000 dari pemerintah desa seperti yang dijanjikan pada saat launching. Keberhasilan dalam mengekspor kemiri di awal produksi tak semerta-merta membuat KUPS berbangga diri, mereka terus memperbaiki kualitas produk dan mencari pasar yang lebih menguntungkan bagi mereka.

Saat ini, pengurus KUPS Sulo Datu dan KUPS Sulo Pallan juga mulai mengeksplorasi potensi kemiri di desa tetangganya untuk memenuhi permintaan pasar. Hingga bulan Mei 2022, mereka telah menjual 3 ton kemiri. Dan terus meningkatkan produksinya.

Baca Lainnya

Ilusi BUMDes sebagai penyangga ekonomi desa
BUMDes

Ilusi BUMDes sebagai penyangga ekonomi desa

Banyak yang terlena dengan cerita kisah sukses desa dan kemajuan BUMDes di tempat lain. Kemudian saat bersamaan bingung eksekusi di desa masing-masing, malah meniru persis tanpa paham potensi desa dan peluang yang dimilikinya berbeda.

Islahuddin

Biola bambu dari kaki Muria
Desa

Biola bambu dari kaki Muria

Bahannya memanfaatkan bambu yang tumbuh di sekitar lereng Muria. Jenis bambunya wulung dan petung dengan diameter mencapai 20 cm dan panjang 20 meter.

Noor Syafaatul Udhma