Desa

Gema Knalpot Purbalingga Hingga Mendunia

Kabupaten Purbalingga punya industri knalpot rumahan yang mendunia. Dipakai hingga pabrikan mobil Mercedes-Benz.

Khoirul Muzakki
Gema Knalpot Purbalingga Hingga Mendunia
Knalpot Purbalingga melibatkan hampir seribu pelaku UMKM. Menghidupi dan menumbuhkan pembangunan desa di Purbalingga. Freepik / Freepik

Kabupaten Purbalingga dikenal dengan industri knalpot yang melegenda. Sebuah patung raksasa di persimpangan jalan Purbalingga-Bobotsari menyita perhatian pengendara.

Patung itu menggambarkan seorang pria bertubuh kekar sedang memukuli knalpot dengan palu. Konon patung tersebut merepresentasikan Sultoni, warga Dukuh Pesayangan Kelurahan Purbalingga Lor, Purbalingga yang sosoknya abadi di ingatan warga sampai saat ini. Pengrajin logam itu dianggap berjasa untuk kemajuan industri knalpot di Kota Perwira.

Sultoni sudah tiada. Namun keahliannya membuat knalpot tak sirna. Ia telah mewariskan semangat dan pengetahuannya ke generasi lebih muda. Hingga industri komponen penting kendaraan itu terus berada.

Amin Wahyudin, 40 tahun, warga RT 8 RW 4 Desa Galuh Kecamatan Bojongsari adalah keponakan Sultoni, pencetus industri knalpot di Purbalingga. Saat ia masih duduk di kelas 3 SD, industri kerajinan knalpot belum ada di Purbalingga. Sultoni kala itu masih menjadi pengrajin alat rumah tangga, misal dandang dan wajan dari tembaga. “Dulu dandang tembaga dipasarkan keliling,” katanya

Titik balik nasibnya berawal ketika Sultoni bepergian ke Jakarta. Di suatu tempat, ia melihat rongsokan knalpot yang merana. Ia membawa limbah itu pulang ke Purbalingga. Di situ daya kreatifnya bekerja. Sultoni iseng meniru membuat komponen kendaraan itu menggunakan bahan dan alat seadanya. Tak disangka ia berhasil membuatnya sama. Ia terus menyempurnakan karyanya.

Apalagi ia tak kekurangan bahan baku logam atau drum yang melimpah di tempatnya. Sultoni terus bereksperiman hingga berhasil membuat knalpot lebih sempurna. Saat keliling menjajakan dandang, ia coba membawa serta produk knalpotnya.

Industri olahan knalpot Purbalingga terbangun secara alami. Butuh dukungan dari pemerintah untuk mendorong tumbuh kembang industri rakyat ini.
Industri olahan knalpot Purbalingga terbangun secara alami. Butuh dukungan dari pemerintah untuk mendorong tumbuh kembang industri rakyat ini. Lokadata / Lokadata

Siapa sangka, knalpot buatannya diminati warga. Sultoni ketagihan memproduksinya. Dari mulanya sampingan, knalpot jadi bisnis utamanya. Ia merekrut sejumlah karyawan untuk melayani banyaknya permintaan. Usahanya pun terus berkembang. Ia nyaris tanpa pesaing, karena industri kerajinan knalpot di daerah saat itu masih jarang.

“Pak Sultoni sampai nyari-nyari karyawan dari luar desa,” katanya

Hebatnya Sultoni, ia tak lantas memonopoli industri. Ia tak segan menularkan keahliannya ke warga lain, khususnya buruh yang bekerja di tempatnya. Ia bahkan memersilakan buruhnya yang sudah mahir keluar dan membuka usaha sendiri.

Tak ayal, dari satu bengkel milik Sultoni, tumbuh bengkel-bengkel produksi lain yang dirintis mantan buruhnya. Mereka yang usahanya berkembang kemudian merekrut buruh dari warga sekitar. Keahlian itu pun cepat menyebar. Melihat potensi pasar yang besar, banyak buruh yang keluar untuk merintis usaha serupa. Populasi produsen knalpot terus membesar.

 Kabupaten Purbalingga dikenal dengan industri knalpot yang melegenda. Sebuah patung raksasa di persimpangan jalan Purbalingga-Bobotsari menyita perhatian pengendara.
Kabupaten Purbalingga dikenal dengan industri knalpot yang melegenda. Sebuah patung raksasa di persimpangan jalan Purbalingga-Bobotsari menyita perhatian pengendara. Khoirul Muzzaki / Kanal Desa

Dari Dusun Pesayangan Kelurahan Purbalingga Lor, industri itu menyebar ke desa-desa sekitar, misal Desa Galuh Kecamatan Bojongsari, Desa Gemuruh Kecamatan Padamara, dan Kelurahan Kembaran Kulon Kecamatan Purbalingga. Pertumbuhan industri rakyat itu tentunya menjadi angin segar. Perputaran ekonomi di wilayah itu menjadi besar.

“Yang sudah bisa, bikin sendiri. Dulu yang ikut pak Sultoni buka sendiri di kampungnya, terus nyari orang buat bekerja,”katanya

Booming di Era Medsos

Amin pun ikut mengambil peluang itu. Setelah menguasai keterampilan, ia memutuskan membuka usaha di Desa Galuh. Menurut Amin, pertumbuhan industri knalpot sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Seiring dengan kemunculan aplikasi jejaring sosial, industri itu kian menjamur. Jika dulu, untuk menjual knalpot perajin butuh showroom atau menunggu pelanggan datang ke bengkel, kini pemasaran semakin mudah.

Pengrajin atau pengusaha knalpot cukup aktif di media sosial untuk mempromosikan produknya. “Sekarang pemasarannya bisa ke berbagai kalangan, baik klub motor, klub mobil, maupun perorangan di facebook,”katanya

Bukan hanya produsen yang menikmati untung dari usaha itu. Sebagian masyarakat lain ikut ambil peran menjualkan produk pengrajin ke khalayak melalui media sosial atau situs jual beli (reseller). Terlebih, tidak semua produsen mampu memanfaatkan gadget untuk sarana promosi, di samping waktu mereka yang lebih banyak termakan untuk mengurus produksi.

Wajar saja knalpot Purbalingga begitu diminati. Tangan-tangan pengrajin terampil bukan hanya membuat knalpot standar, namun mampu meniru atau membuat persis knalpot merek kenamaan. Berbagai produk knalpot merek terkenal luar negeri seperti Termignoni, Yoshimura, dan Akrapovic bisa ditemukan di sini untuk versi tiruan (KW) nya.

Knalpot Purbalingga menjadi alternatif masyarakat yang menginginkan knalpot bermerek namun budgetnya terbatas. “Dengan model dan suara yang sama persis, namun bisa didapatkan dengan harga ekonomis,”katanya

Usaha knalpot menjadi salah satu tulang punggung bagi perekonomian di Purbalingga. Dari Dusun Pesayangan menyebar ke berbagai desa lainnya.
Usaha knalpot menjadi salah satu tulang punggung bagi perekonomian di Purbalingga. Dari Dusun Pesayangan menyebar ke berbagai desa lainnya. Khoirul Muzzaki / Kanal Desa

Jatuh Bangun

Sebagaimana industri rumahan lain, industri knalpot sempat terpuruk karena pandemi Covid 19. Permintaan knalpot menurun karena perekonomian yang lesu. Saat covid 19 melandai dan usaha mulai bangkit, awal 2022, ujian kembali datang akibat maraknya razia knalpot brong oleh polisi. Ia mengatakan, selain dampak pandemi, omset penjualan knalpot turun saat polisi gencar melakukan razia knalpot tidak standar di jalan umum.

Padahal, ia mengklaim produk knalpot Purbalingga masih di bawah ambang kebisingan (desibel) dan emisi. “Kita masih di angka 70 desibel, masih di bawah 100,”katanya

Selebihnya, tantangan industri rumahan ini adalah persaingan pasar yang dinilainya semakin tidak sehat. Banyak produsen juga bermain sebagai penjual di tengah kemudahan memasarkan produk melalui pasar online.

Harga yang diterima konsumen menjadi sangat murah karena penawaran langsung dari produsen. Produsen yang gagap teknologi dan tak bisa memasarkan sendiri produknya via online lambat laun tersingkirkan.

Ia juga mengeluhkan adanya produksi massal knalpot Purbalingga oleh produsen tertentu yang bekerjasama dengan pengepul dari kota lain. Karena diproduksi massal, produsen bisa menjual murah ke pengepul. Bahkan, produk itu masih murah ketika sampai ke tangan konsumen.

Kondisi ini cukup memukul pengusaha kecil dengan pekerja di bawah 5 orang sepertinya. Ia yang produksinya kecil akan merugi jika harus menyamakan harga penjualan dengan knalpot yang diproduksi dengan partai besar. “Makanya selain knalpot, saya bikin komponen pendukungnya. Knalpot saya bikinnya juga yang custom,”katanya

Membuat knalpot diperlukan skill yang terlatih. Disesuaikan dengan kebutuhan dan trend dunia otomotif.
Membuat knalpot diperlukan skill yang terlatih. Disesuaikan dengan kebutuhan dan trend dunia otomotif. Khoirul Muzzaki / Kanal Desa

Makmurkan Desa

Keberadaan industri kerajinan knalpot di Desa Galuh Kecamatan Bojongsari ternyata cukup mendongkrak perekonomian desa. Kepala Desa Galuh Hidayat mengakui itu. Di Desa Galuh, sekitar 40 an industri knalpot skala rumahan mampu menghidupi banyak warga. Industri itu menyerap banyak tenaga dari warga sekitar, baik sebagai pengusaha maupun buruh.

Hidayat mengatakan, sebagian warganya yang kini membuka usaha knalpot adalah eks buruh bengkel knalpot di Dusun Pesayangan, Purbalingga Lor. Berbekal keterampilan yang dimiliki, mereka pulang ke kampung halaman untuk merintis usaha sendiri di rumah. “Dulu mereka bekerja di Pesayangan, terus pulang buka sendiri,”katanya

Geliat perekonomian di desanya terlihat setelah banyak warga membuka usaha knalpot. Usaha itu nyatanya bisa menekan angka pengangguran dan kemiskinan di desa. Secara tidak langsung, geliat usaha itu juga mampu menekan pergaulan bebas atau perilaku tercela di desa. Dulu, sebagian pemuda sebelum memiliki kesibukan membuat knalpot, mudah terpengaruh pada perilaku negatif, misal minum minuman keras.

“Kalau dulu kan anak muda gak ada usaha, mereka merantau ke kota. Di kampung mereka suka kumpul, terus mabuk (miras),”katanya Menurut Hidayat, pengaruh industri rumahan knalpot terhadap kesejahteraan warga terlihat dari kondisi rumah warga yang bagus, bahkan sebagian memiliki mobil dan mampu beribadah umroh.

Ia mengakui, di awal-awal keberadaannya, industri rumahan itu kerap dikeluhkan warga sekitar karena proses produksi yang menimbulkan kebisingan. Namun masalah itu teratasi seiring adanya alih teknologi yang tidak menimbulkan polusi suara.

“Awal-awal iya, waktu masih manual kan suaranya keras. Sekarang sudah pakai mesin, jadi gak terlalu bising,”katanya

Produk Mendunia

Banyaknya UMKM knalpot di Purbalingga mendorong mereka untuk berorganisasi. Asosiasi Perajin Knalpot Purbalingga (Apik Bangga) menanungi ratusan pengrajin yang tersebar di berbagai daerah di Purbalingga.

Agung Sudrajat, penasehat Apik Bangga mengatakan, di bawah naungan organisasi, posisi tawar pengrajin semakin kuat, khususnya dalam menjaring relasi dengan pemerintah maupun pengusaha untuk pengembangan industri knalpot Purbalingga.

Ia mengatakan, jumlah produsen knalpot di Kabupaten Purbalingga yang terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Purbalingga mencapai sekitar 400. Di luar itu, masih ada ratusan pengrajin lain yang tak terdaftar karena tidak memproduksi knalpot dalam bentuk jadi. “Gak terdaftar karena mereka hanya jual jasa, misal pengelasan, mengkilapkan knalpot, dan finishing. Kalau total semua 1000 an,”katanya

Rata-rata pengrajin menjual knalpotnya ke pengepul, sebagian menjual ke toko sparepart maupun menjual langsung ke konsumen serta toko online. Ada pula yang bekerjasama dengan perusahaan (PT) untuk penjualan produknya.

Ia mengklaim produsen kerajinan tangan knalpot di Kabupaten Purbalingga adalah yang terbesar di dunia. Setelahnya baru India. Ia pun mengklaim produk knalpot Purbalingga istimewa. Selain penampilannya yang elegan, jenis suara dan bentuk bisa dibuat sesuai permintaan pelanggan. “Minta suara apapun, misal suara serigala, hingga tidak bersuara seperti angin, kita bisa bikin. Bentuk yang diminta seperti apapun bisa jadi,”katanya sambil tersenyum.

Produk knalpot Purbalingga kebanyakan dibikin secara otodidak hingga diminati mobil merk besar, seperti Mercedes-Benz. Tersebar hingga ke berbagai mancanegara, seperti Australia hingga Amerika.

Beda dengan industri bulu mata atau rambut palsu Purbalingga yang dikuasai pemilik modal asing, industri knalpot di Purbalingga murni dikuasai rakyat dengan total 1000 lebih UMKM. Serapan tenaga kerja juga besar.

Pihaknya juga menginginkan laboratorium untuk uji emisi dan kebisingan segera dibangun di Purbalingga. Pemerintah daerah juga didorong membangun sirkuit untuk memfasilitasi pebalap-pebalap muda Purbalingga agar mampu berprestasi. Selain membawa harum daerah, dunia balap ternyata ikut menunjang keberlangsungan industri knalpot.

“Harus mulai sadar diri. Knalpot Purbalingga dipakai dimana-mana. Bahkan dipakai Mercedes-Benz. Jadi tolong produk Purbalingga juga dipakai di sini. Plat merah kalau ganti knalpot, harusnya pakai produk lokal sendiri,”katanya untuk mendorong kebanggaan produk Purbalingga.

Baca Lainnya