Desa Kawalelo Penghasil Sorgum
Nusa Tenggara Timur terus menggenjot produksi sorgum sebagai bahan baku pangan. Menjadikan lahan kering semakin produktif. Sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat desa.

Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur tak hanya terkenal karena keberadaan Komodo yang menjadi kebanggaan Indonesia dan dunia. Namun di sana, juga kaya dengan berbagai komoditas unggulan. Seperti kacang mete, kakao, kemiri, hingga sorgum.
Berbagai komoditas ini mampu tumbuh dengan baik. Sekalipun dengan kondisi tanah yang kering dan kurang air. Salah satunya, Desa Kawalelo, Kecamatan Demon Pagong, yang menanam ribuan hektar sorgum sebagai bahan baku kebutuhan pangan.
Sorgum kaya dengan nutrisi dan bisa dimanfaatkan untuk menjadi berbagai produk makanan. Keberadaannya bahkan bisa menjadi cara untuk mengatasi gizi buruk pada anak-anak. Program penanaman sorgum pun menjadi perhatian Dinas Provinsi NTT dengan mengembangkan sorgum di lahan seluas 2.840 hektar yang melingkupi di 14 kabupaten.
Tujuannya agar sorgum ini bisa memenuhi kebutuhan pangan di NTT sekaligus memasok kebutuhan pangan secara luas. Permintaan yang tinggi membuat harga sorgum merangkak naik. Dari tahun 2015 harga per kilogram mencapai Rp 2 ribu dan kini bisa seharga Rp 10 ribu per kilogramnya. Kenaikan harga sorgum ini membuat ekonomi para petani sorgum kian membaik dan mendapatkan penghasilan lebih dari budidaya ini.
Mata rantai sorgum di NTT pun kian membaik seiring keberadaan koperasi yang menampung sekaligus membeli hasil panen para petani sorgum. Keberadaan koperasi mampu menjadi pendamping para petani sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat di sana. Prestasi membanggakan ini pun mendapat perhatian langsung dari Presiden Indonesia, Joko Widodo agar terus dikembangkan.
Hingga saat ini pengembangan sorgum terbesar berada di Kabupaten Flores Timur, Manggarai Timur, Sumba Timur, Sikka dan Ende. Berbagai kabupaten ini terus menggenjot produksi sorgum untuk dijadikan tepung maupun sereal makanan.