Desa

Desa Cikahuripan Hidup Bersama Bencana

Desa Cikahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat mengembangkan desa wisata tangguh bencana untuk membangun kesadaran mitigasi kebencanaan.

Ahmad Yunus
Desa Cikahuripan Hidup Bersama Bencana
Ancaman risiko gempa dan letusan gunung berapi mengancam warga desa di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. InaRISK / InaRISK

Desa Cikahuripan tampak seperti desa di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa yang berada di pusat wisata ini selalu padat dengan kunjungan wisatawan di akhir pekan. Di luar itu, kehidupan warganya berdetak pada sektor pertanian dan peternakan sapi. Tak ada yang aneh dengan lanskap desa pada umumnya.

Namun, tepat di bawah desa ini, sebuah jalur gempa terbentang dari Jatinangor hingga Padalarang. Namanya, Sesar Lembang sejauh 29 kilometer. Inilah wajah risiko bencana yang mesti dihadapi oleh warganya. Tak jauh dari desa ini juga ada Gunung Tangkuban Parahu yang tergolong masih aktif.

Risiko bencana memang hidup dalam keseharian mereka. Sekalipun kesadaran ini kian surut dengan kegiatan ekonomi dan keseharian mereka. Padahal di tahun 2011, Sesar Lembang ini pernah merobek desa tetangga dan mengakibatkan 384 rumah hancur. Menyadari kondisi risiko bencana yang besar, warga desa bersama BUMDes, lembaga desa, hingga ITB membangun kesadaran tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana. Termasuk menjadikan desa ini sebagai desa wisata pendidikan mitigasi bencana.

Sesar Lembang membentang sejauh  29 kilometer dari arah Jatinangor hingga Padalarang. Berisiko pada kehidupan warga Desa Cikahuripan yang berada tepat di jalur ini.
Sesar Lembang membentang sejauh 29 kilometer dari arah Jatinangor hingga Padalarang. Berisiko pada kehidupan warga Desa Cikahuripan yang berada tepat di jalur ini. Lokadata / Lokadata

Salah satunya membangun kesadaran bersama melalui Forum Kesiapsiagaan Dini Masyarakat (FKDM). Inilah forum yang uniknya terbangun dari basis perempuan desa untuk berpartisipasi hingga melakukan pemberdayaan. Ada banyak jalan yang mereka tempuh agar kesadaran akan bencana ini tetap hidup dan waspada. Salah satunya, menghidupkan kesenian engko yang biasa ditunjukan saat acara hajatan kawinan atau khitanan.

Budaya seni engko adalah kegiatan bertutur sambil diiringi kecapi. Dalam engko inilah mereka mengangkat berbagai cerita risiko kebencanaan ini. Termasuk berbagai kegiatan lainnya, seperti pengembangan wisata berjalan, hingga melahirkan produk furoshiki yang mengandung pesan siaga bencana pada produk lokal mereka.

Peta Sesar Lembang yang menjadi perhatian akan risiko kebencanaan.
Peta Sesar Lembang yang menjadi perhatian akan risiko kebencanaan. Ahmad Yunus / Google Maps.

Inilah wajah Desa Cikahuripan hari ini yang bergerak melalui pengembangan desa wisata tangguh bencana. Berbagai kegiatan lapangan sangat kental dengan nuansa pendidikan risiko kebencanaan. Contohnya, saat menjelajah desa melalui Benteng Belanda Cikahuripan hingga Lembah Cikahuripan, inilah jalur evakuasi saat terjadi bencana alam.

BUMDes Cikahuripan juga terlibat dalam agenda pengembangan desa wisata tangguh bencana ini. Keberadaan BUMDes pun menjadi motor dalam pengembangan aspek ekonomi desa. Mengingat di desa ini juga termasuk sentra penghasil susu sapi dan olahannya. Berbagai program wisata dibalut produk lokal mereka bergerak dalam kesadaran akan risiko sekaligus pengembangan wisata pendidikan.

Baca Lainnya

Angin Segar Dari Desa Wunut
BUMDes

Angin Segar Dari Desa Wunut

Setiap Kepala Keluarga Desa Wunut mendapatkan tunjangan hari raya atau THR. Berkah dari pengelolaan unit usaha yang sehat melalui peran BUMDes.

Ahmad Yunus