Kicauan Burung Dari Desa Sugihmukti
Desa Sugihmukti mengembangkan wisata desa berbasis lingkungan. Pengamatan burung menjadi atraksi utama.
Kemasan Kopi Pyconon sudah terbungkus rapi. Logonya unik hanya bergambar burung kicau. Ini adalah maskot kopi yang diproduksi dari Desa Sugihmukti, Gunung Patuha, Kabupaten Bandung. Daerah ini memang salah satu penghasil kopi terbaik dari Jawa Barat. Tumbuh subur membentang dalam kawasan hutan pinus sekitaran desa. Kopi dari desa ini memang menjadi tulang punggung bagi masyarakatnya, selain sayuran dan strawberi.
Desa Sugihmukti memang punya lanskap alam yang lestari. Di sinilah surga bagi 20 jenis burung yang hidup alami dan tujuh burung endemis. Mulai dari elang hitam, elang brontok, ciu jawa, ciu kunyit, srigunting hitam hingga primata Surili, endemis Jawa. Keberadaan satwa liar ini menjadi simfoni alam yang istimewa di tengah gempuran pengembangan wisata di wilayah Bandung Selatan.
Keragaman kehidupan alam yang lestari ini menjadi daya bagi pengembangan konservasi sekaligus pendidikan desa wisata di Sugihmukti. Berbagai kelompok pelestari kini sudah terbentuk. Mereka adalah anak-anak muda desa yang sehari-hari sebagai petani kopi maupun sayuran. Tak hanya itu, Pemerintahan Desa Sugihmukti beserta BUMDes Sugema pun berkolaborasi mengembangkan berbagai potensi desa wisata lestari ini.
Sebagai langkah awal, Januari awal tahun ini, Desa Sugihmukti bersama Yayasan Burung Indonesia menyelenggarakan kegiatan Patuha Bird Camp yang berlokasi di Bukit Sugih Lestari. Tak hanya kegiatan pengamatan burung, peserta juga ikut terlibat dalam penanaman pohon, jalan-jalan desa, hingga petik buah strawberi dan sayuran.
Kegiatan ini menjadi daya tarik anak-anak muda perkotaan untuk melihat sisi lain dari Desa Sugihmukti. Terlebih melihat secara dekat burung-burung endemik di alam liar. Berbagai kegiatan ini pun menjadi warna dalam pengembangan desa wisata berkelanjutan di Desa Sugihmukti.
Desa Sugihmukti memang punya karakter yang unik di Jawa Barat. Di sini ada tujuh burung endemis yang telah disurvei oleh Yayasan Burung Indonesia dan berada di kawasan Hutan Tambakruyung. Kicauan nyaring dan warna burung yang menarik menjadi atraksi yang memanjakan mata dan telinga. Termasuk keberadaan burung Elang Jawa (Nisaetus barteli) yang memiliki jambul di bagian kepala sebagai ciri khas maskotnya. Inilah burung predator yang kian terancam dan masih hidup secara aman di desa ini.
Kesadaran mengembangkan desa wisata lestari memang bukan tanpa alasan. Warga desa dan pemerintah desa menyadari kehidupan mereka tak bisa lepas dari keberadaan hutan yang terjaga. Terlebih warga desa kebanyakan bekerja di sektor pertanian. Air dan iklim yang terjaga menjadi kunci keberlanjutan pertanian di sana.
Kini, pengembangan desa wisata berbasis lingkungan di Desa Sugihmukti menjadi pemikat yang berbeda di wilayah Bandung Selatan. Mereka menjaga agar kicauan burung di alam liar terus nyaring tanpa mengeksploitasi alam untuk kepentingan ekonomi saja.