Desa

Desa Danger : hidup dari gaharu

Desa Danger, Lombok Timur menjadi desa pengolah minyak gaharu. Menjadi penopang kehidupan warga desanya agar lebih sejahtera.

Maharani
Desa Danger : hidup dari gaharu
Minyak gaharu menjadi komoditas unggulan yang kini dikembangkan oleh Desa Danger, Lombok. /

Ada pepatah orang timur yang mengatakan ‘Sudah Gaharu Cendana Pula, Sudah Tahu Bertanya Pula’. Mungkin pepatah ini secara harpiah dibuat tidak hanya untuk menyindir orang yang sudah tahu akan sesuatu hal, atau bisa saja bahwa di wilayah timur banyak tanaman gaharu dan cendana.

Berbicara tanaman Gaharu (Gyrinops versteegii) di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB), kita akan langsung teringat dengan sebuah desa yang terletak di kabupaten paling timur di Pulau Lombok. Desa itu adalah Desa Danger. Secara Administratif, Desa Danger masuk ke Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur.

Memang secara geografis desa ini berada di zona yang merupakan daerah jasa dan perdagangan. Di desa ini terdapat pengrajin gaharu dan pebisnis gaharu dalam bentuk olahan.

Kepala Desa Danger Kaspul Hadi mengatakan bahwa selama ini sudah sekitar 7 negara yang datang langsung ke Desa Danger untuk melihat secara langsung bagaimana proses pengolahan Gaharu sebelum dikirim ke pembeli atau luar negeri. Dengan adanya usaha-usaha pengolahan gaharu ini membuka peluang dan kesempatan peningkatan ekonomi bagi masyarakat Desa Danger.

Bisnis gaharu menjadi pengembangan baru bagi masyarakat Desa Danger untuk mendongkrak kesejahteraan warganya.
Bisnis gaharu menjadi pengembangan baru bagi masyarakat Desa Danger untuk mendongkrak kesejahteraan warganya. Kanal Desa / Lokadata

Bisnis gaharu di Desa Danger di lakukan oleh masyarakat dari hulu sampai hilir. Di hulu, bisnis gaharu ini dimulai dari pembibitan, budidaya dan proses injeksi (penyuntikan) serta pembuatan jamur (Fusarium). Sedangkan di hilir yaitu pengolahan menjadi kayu siap kirim dan penyulingan minyak gaharu.

Kaspul Hadi menambahkan bahwa bisnis gaharu di Desa Danger ini masih di dominasi oleh beberapa pengusaha saja, bahkan hanya beberapa pengusaha besar yang bisa dikatakan memonopoli. Harapannya agar semua masyarakat bisa terlibat agar lebih banyak lagi yang bisa merasakan manfaatnya baik secara ekonomi maupun secara keilmuan. Dan yang lebih ditekankan lagi oleh kepala desa yaitu menginginkan agar gaharu ini menjadi home industry di Desa Danger.

Desa Danger mengolah kayu Gaharu  dari bahan mentah menjadi minyak. Tujuannya agar nilai komoditas ini semakin tinggi di pasaran.
Desa Danger mengolah kayu Gaharu dari bahan mentah menjadi minyak. Tujuannya agar nilai komoditas ini semakin tinggi di pasaran. Maharani / Kanal Desa

Pengolahan Gaharu

Sore itu awan terlihat gelap, namun di salah satu bangunan tua di Dusun Danger Selatan, tampak pemuda dan beberapa ibu-ibu lagi sibuk. Di tangan kirinya memegang pisau kecil dengan ujung yang agak gepeng.

Tangan-tangan itu cekatan menggerus batang-batang kayu. Batang itu dibuat kecil kecil sebesar ibu jari. Bentuknya tidak beraturan. Ada yang ujungnya tumpul dan ada juga yang ujungnya agak lancip.

“Ini disebut chip arab” ungkap Mansur sambil menunjukkan batang gaharu yang sudah digerus kepada saya. Sambil mangguk-mangguk saya pun mengamininya.

Mansur menceritakan bahwa beberapa tahun ini semenjak datangnya wabah Covid-19, pesenan agak menurun. Berbeda dengan tahun-tahun sebelum wabah Covid datang.

Mansur merupakan salah satu pengusaha gaharu yang cukup berpengalaman. Sudah 10 tahun Mansur menggeluti bisnis gaharu ini. Mansur, mengaku merintis usaha ini dari nol. Awal mula melihat peluang usaha ini saat ia bersama keluarganya menjadi warga transmigran ke Kalimantan.

Di Kalimantan inilah Mansur kenal dengan pohon gaharu. Setelah malang melintang di Kalimantan, awal tahun 2010 mansur memberanikan diri untuk pulang ke tanah kelahirannya. Dan di Desa Danger ini lah Mansur memulai bisnis gaharu ini.

Dikatakannya, usaha gaharu memang cukup menjanjikan, keuntungan bersih yang didapat setiap bulan mencapai sekitar Rp50 juta. Namun untuk pengiriman terkadang dilakukan tiga atau empat minggu sekali. Dikarenakan Gaharu membutuhkan proses.

Akan tetapi, kata dia, memulai usaha ini mengajarkannya untuk bersahabat dengan alam. Untuk mencari gaharu di dalam hutan Kalimantan. Ia harus tinggal di dalam hutan selama tiga bulan dan bertahan hidup dengan bekal yang sudah disesuaikan. Risiko besar itu ia ambil karena melihat peluang usaha gaharu yang kini diraih dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Desa Danger dan sekitarnya.

Minyak gaharu dijadikan sebagai bahan baku untuk kebutuhan industri parfum.
Minyak gaharu dijadikan sebagai bahan baku untuk kebutuhan industri parfum. Maharani / Kanal Desa

Kenapa gaharu?

Mungkin masih banyak yang masih belum mengenal seperti apa pohon gaharu. Apa kegunaan gaharu?. Dan kenapa harus tanaman gaharu?. Tanaman yang banyak tumbuh di daerah di Indonesia itu, salah satunya sering digunakan untuk bahan pembuat parfum. “Harganya bisa mencapai puluhan juta per kilogram,” ujar Mansur.

Dia menuturkan kayu gaharu sehat bernilai rendah. Namun, ketika pohon gaharu sakit dan mengeluarkan gumpalan cokelat kehitaman beraroma wangi yang disebut gubal, gaharu inilah yang bernilai tinggi. Mansur menjelaskan gubal akan diperoleh dari kayu gaharu melalui bantuan cendawan. Ada beberapa jenis cendawan seperti acremonium, cylindrocarpon, dan fusarium yang dapat menyebabkan pohon gaharu sakit.

Menurut Mansur, ketika pohon gaharu sakit, ia akan berusaha mempertahankan diri dari serangan cendawan dengan menghasilkan senyawa yang menekan perkembangan cendawan. Senyawa pertahanan tersebut jika menumpuk pada bagian kayu, kayu gaharu yang tadinya berwarna putih dan tidak wangi akan berubah menjadi cokelat hingga cokelat kehitaman, mengeluarkan aroma wangi dan mudah menyebar jika kayunya dibakar.

Menurut dia, gaharu merupakan tanaman endemik Indonesia. Lantaran harganya yang mahal, tanaman ini banyak diburu masyarakat sehingga keberadaannya semakin menyusut, bahkan mendekati punah.

Melihat semakin lama tanaman gaharu ini jika tidak di budidayakan maka akan benar-benar punah. Maka, Mansur bersama Pemerintahan desa Danger mengajak masyarakat untuk membudidayakannya. Sehingga kedepannya selain menjalankan bisnisnya, juga akan menjaga bahan pokoknya yaitu tanaman gaharunya sendiri. Agar kedepannya akan terus berkelanjutan suplay bahan maupun hasil olahannya.

Pada tahun 2015, pemerintahan desa mewajibkan masyarakat yang memiliki rumah di pinggir jalan utama desa danger untuk menanam pohon gaharu ini di depan rumahnya. Hasilnya bisa kita lihat sekarang ini. Di sepanjang jalan utama Desa danger kita akan diperlihatkan pemandangan tanaman gaharu yang berjejer sepanjang jalan.

Selain karena pertimbangan tersebut, kata Mansur, alasan lainnya yang mendorong dia karena prihatin melihat kondisi di Desa Danger banyak kebun-kebun masyarakat yang tidak terawat. Dalam artian masyarakat menanam tanaman sembarangan bahkan tidak ada yang produktif sama sekali. Yang lebih parah lagi ada sebagain lahan yang terlantar karena tidak terurus.

Menurut data dari dari pemerintahan desa, lahan kering dan kebun yang tidak terurus sekitar 40% dan setengahnya merupakan lahan kritis. Dengan melihat fenomena ini, menurut dia, jika tidak ada terobosan kebijakan ataupun program yang mengarah kepada penyelamatan sumberdaya alam ini, tidak menutup kemungkinan desa ini akan menjadi desa yang krisis sumber daya alam.

“Untuk itu dibutuhkan sebuah terobosan, yang di satu sisi dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara ekonomi, dan sekaligus dapat menyelamatkan sumber daya alam kita. Itulah kenapa saya mengajak masyarakat di sini untuk membudidayakan tanam­an gaharu ini,” ujarnya.

Tidak cuma kepada petani, Mansur juga langsung mendekati tokoh masyarakat, pejabat pemerintah dusun, desa, hingga kecamatan untuk membantu meyakinkan warga tentang idenya ini. Dia mengusulkan gaharu ditanam di lahan-lahan kritis, tak produktif, yang ditumbuhi semak belukar, termasuk lahan-lahan tandus dan tidak terurus yang ada di desa.

Desa Danger menjadi Desa Gaharu

Sampai saat ini, Desa Danger sudah di kunjungi oleh pengusaha, pemerintah daerah, bahkan masyarakat yang ingin mengetahui apa itu gaharu, bagaimana bisnis gaharu bahkan jika pengusaha yang datang, langsung mengajak masyarakat untuk kerjasama bisnis.

Kepala Desa Danger, Kaspul Hadi, mengatakan kunjungan yang dilakukan juga untuk melihat kerajinan dan pengolahan kayu gaharu yang ada di Desa Danger yang masuk dalam program badan usaha milik desa (BUMDes). Namun, Kaspul Hadi juga mengatakan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan bisnis Gahru yang berbasis BUMDes ini. Ini menjadi tantangan kami selaku pemerintah desa untuk menjadikan tantangan ini supaya dapat kita rubah menjadi peluang.

Beberapa tantangan yang harus diperbaiki kedepannya seperti peningkatan kapasitas pemuda dan pengrajin dalam hal digital marketing maupun dalam hal teknik pmrosesan kayu agar hasil kerajinan dapat lebih baik dalam memenuhi permintaan dari berbagai negara sahabat.

Selanjutnya yaitu keberlanjutan bahan baku. Saat ini untuk memenuhi permintaan, kami dari pemerintah desa bersama pengusaha yang di desa mendatangkan bahan baku dari Lombok Tengah, Pulau Sumbawa bahkan Kalimantan dengan berbagai jenis. Namun yang diolah oleh pengrajin di Desa Danger merupakan gaharu budidaya dengan bekerjasama dengan para petani gaharu.

Ke depan, Kaspul Hadi Menjelaskan bahwa Pemerintah desa sudah membuka peluang kerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk pemanfaatan asset daerah untuk lahan tanaman Gaharu. Agar keberlangsungan bahan baku bagi pengrajin yang ada di Desa Danger bisa terjamin.

Baca Lainnya