Desa

Strategi Hebat Desa Laman Satong dalam Menjaga Hutan, Air, dan Masa Depan

Di Desa Laman Satong, Kalimantan Barat, masyarakat berupaya menjaga hutan dan sumber air dari ancaman perkebunan kelapa sawit. Mereka berkolaborasi dengan pemerintah untuk menerapkan skema Hutan Desa, yang mendukung pengelolaan berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan melalui ekowisata.

Zulkifli Mangkau
Strategi Hebat Desa Laman Satong dalam Menjaga Hutan, Air, dan Masa Depan
Sumber mata air yang berada dalam kawasan Gua Maria yang dijaga oleh masyarakat desa. Keberlimpahan air meskipun di musim kemarau adalah konsekuensi logis yang berhak didapatkan oleh warga desa. Melihat potensi yang berlimpah itu, Pemdes Laman Satong menggerakan Bumdes untuk mengelola dengan cara teratur agar bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat desa. Zulkifli Mangkau / Kanal Desa

Kehadiran matahari pagi Agustus yang belum begitu sempurna, dengan hangat menyapa warga Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Cahayanya berebutan masuk, mengisi setiap celah pohon jati yang menjulang tinggi.

Cahaya tersebut menjadi tanda bagi warga Lama Satong untuk memulai aktivitas rutin. Ketua LPHD Laman Satong Manjau Bonapentura Rino Sambioga tidak ketinggalan. Pagi itu, dia membawa peralatan sebagai pelengkap denyut nadi kehidupannya. Rino menenteng sebilah paran, botol minum, senter, dan memanggul sebuah tas.

Rino lantas berjalan menyusuri hutan yang tidak begitu jauh di belakang rumahnya. Selama berjam-jam, dia mengikuti jalur yang sudah dibuat sebagai petunjuk arah. Terkadang, sesekali, Rino membuat jalur sendiri sebagai jalan alternatif.

Kegiatan Rino ini, merupakan bagian dari pengawasan terhadap hutan di sekitar desa mereka. Aktivitas itu sebenarnya dilakukan secara bergantian. Tetapi Rino merasa kesibukan ini sudah menjadi bagian dari hidupnya. Dia merasa ada tanggung jawab yang harus dipanggul. Jadi, jika memiliki waktu, Rino akan turun sendiri ke hutan. Tetapi jika ada urusan lain, dia memilih tidak ikut. Sebagai gantinya, Rino selalu memberikan informasi kepada rekan patrolinya.

“Hampir setiap hari seperti ini. Pagi lalu balik lagi siang atau sore. Biasanya juga ada tim patroli yang bertugas mengunjungi hutan ini,” katanya kepada Kanal Desa.

Desa Laman Satong dihuni kurang lebih dari 1340 kepala keluarga. Mayoritas, mereka bekerja sebagai petani atau peladang. Warga Laman Satong dulunya terkenal giat mengembangkan tanaman musiman seperti durian, kopi, dan langsat. Mereka juga menanam padi ladang yang dikembangkan di lahan kering. Hasilnya melimpah dan sangat cukup untuk menghidupi warga desa.

Dari penuturan warga setempat, kopi menjadi primadona. Kopi selalu mampu memberikan pendapatan yang terbilang besar jika dibandingkan dengan tanaman musiman lainnya. Setiap panen, warga biasanya mendapatkan Rp 2 juta sampai Rp 5 juta dari kopi. Warga desa menanam kopi berdampingan dengan durian atau dikenal dengan sistem tanam tumpang tindih atau tumpang sari. Saat selesai memanen kopi, warga masih memiliki durian sebagai cadangan untuk menambah penghasilan.

Namun perlahan-lahan, warga desa mulai cemas. Ekspansi perkebunan skala besar khususnya kelapa sawit mulai mengancam keberadaan pertanian dan ladang garapan warga desa. Sebab, munculnya kelapa sawit dikhawatirkan dapat menyebabkan penurunan kualitas tanaman mereka. Pendek kata, sawit bisa mengganggu lingkungan.

Kekhawatiran masyarakat itu pelan-pelan menjadi kenyataan. Wilayah Desa Laman Satong mulai dikelilingi perkebunan kelapa sawit berskala besar. Masyarakat yang dulunya bertani dan berladang, perlahan bergeser dan meninggalkan pekerjaan awal mereka. Warga desa beralih menjadi buruh. Ada juga yang memilih mengubah tanaman kopi menjadi kelapa sawit.

Tangkapan layar informasi demografi dan lingkungan Desa Laman Satong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat pada Dashboard Lokadata.
Tangkapan layar informasi demografi dan lingkungan Desa Laman Satong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat pada Dashboard Lokadata. Dashboard Lokadata / Dashboard Lokadata

Upaya Gigih Menjaga Hutan Desa

Masyarakat dan Pemerintah Desa Laman Satong mulai sadar, menjaga hutan mereka dari ekspansi perkebunan kelapa sawit akan berdampak buruk pada lingkungan. Mereka sadar, harus ada upaya yang gigih dan kekompakan yang solid untuk menjaga hutan.

Salah satu usahanya adalah melarang masyarakat untuk menanam kelapa sawit di sekitar kawasan hutan yang dijaga. Alasan paling utama adalah hutan merupakan sumber penting air bersih. Air bersih ini, secara turun-temurun turut dijaga oleh para tetua kampung.

Masyarakat desa kemudian bersepakat menjaga sumber-sumber air mereka. Tujuannya, untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar warga dan kelestarian lingkungan hidup.

“Jangan berladang di tempat sumber-sumber air. Meskipun berladang adalah kearifan lokal orang Dayak, tapi kami punya kewajiban menjaga hutan desa. Ketika ada orang berladang dekat sumber air, kami harus memperhatikan bahwa itu tidak berdampak buruk pada sumber air tersebut. Ini agar masyarakat terus mendapatkan manfaatnya,” ucap Rino.

Rino memberi peringatan keras kepada siapapun yang menanam kelapa sawit. Bahkan, secara lebih tegar, dia melarang adanya kegiatan apapun di sekitar sumber mata air yang dijaga oleh masyarakat.

“Bisa dibayangkan kalau sawit ditanam, kami bakal kekurangan air di desa ini. Kami mencontoh kasus di daerah lain yang mengalami krisis air karena sawit. Mereka susah. Kita perlu belajar dari kasus itu,” ucapnya.

Rino sadar bahwa menjaga hutan tidak hanya bisa dilakukan dengan sekadar larangan dan kesepakatan warga desa saja. Perlu adanya upaya dan dukungan dari pemerintah. Baik pemerintah desa, kabupaten, bahkan sampai pusat.

Rino lantas berusaha mencari cara dan informasi agar bisa melindungi hutan dan sumber air yang ada di desanya. Sebuah ide akhirnya mampu dia petik. Warga dan pemerintah desa sepakat menjaga hutan dan sumber air melalui skema Hutan Desa.

Hutan Desa ini terdapat dalam skema pengelolaan hutan berbasis sosial yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Ini adalah skema perhutanan sosial. Dengan Hutan Desa, warga bisa mengelola kawasan hutan dengan syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi.

“Skema Hutan Desa kami pilih sebagai strategi untuk menahan lajunya perkebunan sawit di desa kami. Karena alasannya jelas, kami ingin menjaga sumber air dan hutan kami. Kami sampai sekarang masih bisa merasakan air karena kami menjaga hutan kami,” terang Rino.

Rino, melalui LPHD akhirnya mampu mengusulkan perlindungan lahan hutan desa seluas 1.000 hektare. Rino membagi lahan itu dalam beberapa wilayah hutan yang wajib untuk dilindungi.

Berkat usulan skema Hutan Desa itu, masyarakat mulai merasakan manfaatnya. Salah satunya adalah mengalirnya pendapatan yang diraup dari pengelolaan hutan dengan skema perhutanan sosial. Contohnya adalah mengoperasikan objek wisata alam Gua Maria. Kunjungan ibadah ke Gua Maria pada hari-hari besar keagamaan tidak hanya memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar. Tetapi juga perlindungan terhadap hutan dan sumber air.

Objek wisata alam Gua Maria yang mendatangkan kunjungan ibadah pada hari-hari besar keagamaan tidak hanya memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar. Tetapi juga perlindungan terhadap hutan dan sumber air.
Objek wisata alam Gua Maria yang mendatangkan kunjungan ibadah pada hari-hari besar keagamaan tidak hanya memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar. Tetapi juga perlindungan terhadap hutan dan sumber air. Zulkifli Mangkau / Kanal Desa

“Kami mendorong ekowisata dengan memanfaatkan pengelolaan dari hutan desa dan masyarakat mendapatkan manfaatnya. Salah satunya ya Gua Maria itu. Wisatawan bisa melakukan trekking di sekitar Gua Maria dan juga bisa melihat sumber mata air yang ada di wilayah Gua Maria. Area itu juga masuk dalam wilayah yang dilindungi warga desa,” ucap Rino.

Kini, lebih kurang 1340 kepala keluarga sudah merasakan manfaat Hutan Desa di Laman Satong. Ini adalah dampak baik dari kolaborasi warga dan pemerintah desa. Sehingga mampu menelurkan aturan yang melindungi wilayahnya dari kerusakan ekologis.

“Kepentingan kami melindungi sumber air dan lingkungan di desa adalah agar masyarakat dan generasi kami di masa depan mampu merasakan dampak baiknya,” ucap Kepala Urusan Perencanaan Pemerintahan Desa Laman Satong Fransiskus Alexander.

Manfaat lain dari konsep Hutan Desa Laman Satong juga mulai dirasakan dengan terbangunnya beberapa fasilitas umum, sekolah, dan tempat ibadah. Ini adalah efek baik dari pengelolaan sumber mata air yang diinisiasi oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Laman Satong yang bekerja sama dengan LPHD Manjau.

Menurut Fransiskus Alexander, pengelolaan BUMDes di Laman Satong memang mengutamakan potensi alam namun tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

“Jelas kami mengutamakan pengelolaan yang berpihak kepada keberlanjutan lingkungan. Makanya desa bekerja sama dengan LPHD untuk menjaga kawasan yang dilindungi serta bisa dikelola dengan arif dan bijaksana. Ini agar semua orang mampu merasakan manfaatnya,” ucapnya.

Fransiskus menambahkan BUMDes juga sedang menyiapkan strategi dalam pengembangan usaha agar bisa saling men-support kinerja dari LPHD Manjau. Skemanya adalah kerja sama dalam pengelolaan perhutanan sosial yang ada di desa.

Peluang ekonomi lainnya, tambah Fransiskus, bisa datang dari aktivitas warga desa terdahulu dalam memanfaatkan tanaman musiman sebagai sumber pendapatan.

Kehadiran banyak perusahaan sawit memang membuat beberapa warga desa mulai mengubah haluan pekerjaan. Mereka meninggalkan pekerjaan sebagai petani durian atau kopi dan beralih bekerja di perkebunan sawit. Ide membangkitkan model tanaman musiman ini dianggap penting untuk memajukan ekonomi desa dan membantu masyarakat agar tidak terikat dalam sistem buruh pekerjaan di perkebunan kelapa sawit.

“Ke depan kami akan mengembangkan potensi ekonomi yang ada. Harapanya, bisa jadi ekonomi alternatif untuk warga desa. Pada kemudian hari, jika ini konsisten, maka bisa dimanfaatkan warga sebagai sumber pendapatan utama,” ucap Fransiskus.

Rino, Ketua LPHD Manjau sedang menemani para wisatawan mengunjungi wisata alam yang terhubung langsung ke Gua Maria. Setiap akhir pekan ada kunjungan ke wisata alam yang dikelola oleh LPHD Manjau dan puncaknya pada hari keagamaan yang mengunjungi Gua Maria untuk beribadah.
Rino, Ketua LPHD Manjau sedang menemani para wisatawan mengunjungi wisata alam yang terhubung langsung ke Gua Maria. Setiap akhir pekan ada kunjungan ke wisata alam yang dikelola oleh LPHD Manjau dan puncaknya pada hari keagamaan yang mengunjungi Gua Maria untuk beribadah. Zulkifli Mangkau / Kanal Desa

Baca Lainnya