Belajar menyikapi Covid-19 dari Dusun Krecek
Dusun yang terbiasa dengan hidup sehat dan saling membantu dalam segala kondisi.
Membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir bukan hal yang baru di Dusun Krecek, Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Hampir setiap rumah menyediakan gentong air bersih di halaman.
Saat berkunjung ke Dusun Krecek suasana asri dan rindang begitu terasa. Ditambah lagi dengan suara Cengeret atau garengpung (jenis serangga) sayup-sayup terdengar saling bersahutan dari balik rindangnya pepohonan di sepanjang jalan.
Senyum simpul warga selalu tampak setiap berpapasan. Sekilas dusun yang terletak di pedalaman sisi timur Kabupaten Temanggung dan berbatasan dengan Kabupaten Semarang, sama dengan kebanyakan dusun lainnya. Kelebihannya lingkungannya asri, tertata rapi, bersih, dan sepanjang jalan di setiap rumah menggunakan pagar bambu.
Tak heran bila Dusun Krecek dinobatkan menjadi Juara 1 lomba Kampung Siaga Candi 2020, yang di helat Kepolisian Resort (Polres) Temanggung, Polda Jawa Tengah. Krecek menjadi dusun terbaik dari 253 Kampung Siaga Candi di Kabupaten Temanggung.
Ngasiran, 32 tahun, salah satu tokoh pemuda Dusun Krecek mengatakan, membersihkan tangan, kaki, hingga muka setelah keluar rumah sudah seperti tradisi di tempatnya. Sebab mayoritas warga berprofesi petani dan setiap halaman rumah pasti menyediakan gentong berisi air bersih.
“Sepulang dari ladang atau hutan, sebelum masuk rumah mereka telah terbiasa mencuci tangan, kaki, dan muka, termasuk membersihkan alat pertanian seperti cangkul, golok, atau sabit,” kata Ngasiran kepada Lokadata.id, Kamis (23/10/2020).
Ketika pandemi Covid-19 menyergap dan saat pemerintah menggalakkan cuci tangan, di dusunnya hanya melakukan sedikit perbaikan. Seperti perbaikan saluran air dari mata air ke setiap wadah air di depan rumah warga yang bersumber dari tiga mata air yakni Tlaga, Kenci, dan Curug.
Kepala Dusun Krecek, Desa Getas, Sukoyo, 55 tahun, menuturkan, kekuatan utama warganya adalah kerukunan, kekompakan, dan toleransi antar warga. Selama 26 tahun menjadi Kadus, Sukoyo merasa warganya mudah diatur dan berbagi. Justru kesederhanaan, kesahajaan khas masyarakat di sini menjadi andalan menghadapi pandemi.
Dia mencontohkan, pada masa awal pandemi, saat masyarakat berbagai daerah ketakutan kehabisan masker, kehabisan hand sanitizer bahkan rela membeli dengan harga sangat mahal, hal itu tidak terjadi di Dusun Krecek. Sebab sisi egoisme di sini seolah dikikis habis oleh jiwa persaudaraan. Ketika hand sanitizer harganya selangit dan hilang dari pasaran, cukup membuat menggunakan daun sirih yang banyak tumbuh di pekarangan rumah warga.
Selain menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, pakai masker, cuci tangan dengan sabun, warganya menanam tanaman pangan, buah-buahan, hingga tanaman obat. Jika ada yang membutuhkan bisa saling memberi saling membantu. Dalam hal ini merupakan bagian dari jogo tonggo (jaga tetangga), selalu siaga dalam keamanan maupun siaga bencana.
Kepala Desa Getas, Dwi Yanto mengatakan, setelah ada wabah Covid-19, di desanya langsung dibentuk posko dan merekrut relawan, termasuk penggunaan dana desa untuk keperluan ini. Ia menyebut ada 19 dusun di wilayahnya namun yang ditunjuk mewakili lomba adalah Dusun Krecek.
Pada setiap dusun di dirikan posko pengamanan untuk pencegahan Covid-19, disediakan juga ruang karantina dilengkapi dengan dapur umum. Adapun para relawan yang berjumlah 50 orang bertugas melakukan edukasi serta pendataan, termasuk melakukan pengecekkan setiap kali ada orang keluar masuk dusun.
Ngasiran menjelaskan menjadi juara Kampung Siaga Candi 2020 merupakan buah dari kerja keras banyak pihak serta proses panjang. Mampu menerapkan berbagai aspek mencegah penyebaran Covid-19, sampai bagaimana mengatasi dampak ekonomi sosial di masyarakat.
"Persiapan lomba itu waktunya tidak banyak hanya dua minggu sebelum penilaian. Meski menghias taman, lampu penjor, kebersihan lingkungan dan melengkapi sabun cuci tangan di setiap gentong di halaman rumah warga, tapi tidak banyak mengubah kebiasaan. Karena memang jauh sebelum ada pandemi Covid-19 warga dusun kami sudah biasa menerapkan pola hidup bersih dan sehat," kata Ngasiran.
Kompak
Kesadaran warga Dusun Krecek menata lingkungan cukup tinggi. Malah sudah terstruktur dengan baik sejak 2018. Dusun yang dikenal sebagai kampung Buddhis, karena warganya mayoritas beragama Buddha, sering dijadikan tempat singgah orang-orang luar yang ingin mempelajari kehidupan asli warga. Seperti dari siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan mahasiswa Universitas Indonesia (UI).
"Karena sering menjadi tempat kunjungan atau life in dari anak SMA dan mahasiswa, serta orang-orang kota di sini, maka pemuda Dusun Krecek berkeinginan untuk menata lingkungan agar lebih baik. Pada 2019 awal kita adakan lomba penataan lingkungan antar RT sebagai stimulus. Agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, depan rumah ditanami bunga. Bahkan, karena di sini mayoritas Buddha setiap rumah warga membuat altar pemujaan di depan rumah," ujar Ngasiran.
Seperti menjalankan nilai Buddha Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan puja, menghargai alam, peduli terhadap sesama agar tercipta kehidupan masyarakat yang harmoni. Keberadaan altar puja di setiap halaman rumah warga, tak hanya simbol religiusitas, secara estetis menambah keindahan lingkungan.
Dalikah, 40 tahun, warga RT 1 Dusun Krecek menuturkan, melakukan ritual di depan altar puja menggunakan dupa pada pagi sebelum ke ladang dan sore hari selepas pulang bertani. Berkat keseimbangan hidup lahir batin ini, dia mengaku merasa hidup tentram dan damai.
Saat pandemic ini, Dalikah mengaku menanam jahe gajah dan jagung. Apalagi dengan masuknya musim hujan. “Tiga bulan lagi bisa panen biasanya dapat setengah kuintal harganya Rp6.000 per kilogram. Kalau jahe bulan Juni mendatang baru panen biasanya laku Rp30.000 per kilogram dengan hasil panen dua kuintal. Begini enaknya hidup di dusun tidak 'kemrungsung' (tidak frustasi)," katanya.
Andi, 26 tahun, salah satu pegiat usaha kopi Dusun Krecek menuturkan, meski saat ini produksi belum banyak namun ada harapan ke depan komoditas kopi menjadi salah satu andalan perekonomian warga. Sekarang sudah punya satu mesin roasting untuk pengolahan biji kopi. Kopi tubruk di sini, juga disediakan varian penyajian seperti kopi santan, kopi gula Jawa, dan kopi alpukat.
Selain pertanian aktivitas lain di Dusun Krecek adalah menderas nira. Air nira diolah menjadi gula aren atau gula semut. Pemasaran selain secara dari mulut ke mulut, juga melalui online dan kopinya telah terjual hingga luar pulau seperti ke Kalimantan.
Khusus kopi, sejak tahun 2018 telah ada sentuhan dari mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dengan program Desa Binaan, yang dilanjutkan di tahun 2019 dengan tema "Memetik Harapan dalam Kebersamaan". Program ini untuk meningkatkan kualitas kopi berupa pelatihan penanaman, pemanenan, pengolahan, peningkatan pemasaran, hingga rebranding produk Kopi Krecek.
Kemudian program kesehatan lingkungan berupa pengurangan penggunaan limbah plastik melalui sosialisasi secara langsung kepada warga. Diberikan pula pengetahuan tentang gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berupa peningkatan pengetahuan terkait gizi seimbang dan peningkatan kesadaran warga terkait PHBS.
Upaya meningkatkan taraf hidup warga dari para mahasiswa itu kini mulai menampakan hasil. Pola pikir masyarakat desa lebih kreatif dan tetap hidup sehat.
Tantangan setelah juara
Menurut Ngasiran menyandang nama juara merupakan kebanggaan, tapi ada tanggung jawab yang harus dipertahankan. Seperti bagaimana Dusun Krecek tetap menjadi dusun Siaga Candi yang selalu menerapkan jogo tonggo setiap saat meski tidak ada lomba sekalipun.
Anugerah juara ini menjadi tantangan bagi warga Dusun Krecek dalam mengelola potensi desa yang dimiliki. Para pemuda dusun sekarang sedang berbenah untuk mengembangkan wilayahnya menjadi desa wisata. Potensi Curug Pertapan di wilayah ini akan digarap lebih serius sebagai tempat wisata sekaligus lokasi meditasi bagi para bante.
Selama ini para bante datang untuk meditasi di Curug Pertapan. Tamunya tidak hanya dari Temanggung, tapi dari berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan, ada dari Malaysia. Suasana teduh di Curug Pertapan menjadi daya tarik tersendiri karena kondisi lingkungan yang masih alami.
Kasat Binmas Polres Temanggung Iptu Sri Suryani, mengatakan di wilayah Kabupaten Temanggung secara keseluruhan saat ini telah terbentuk 253 Kampung Siaga Candi. Pembentukan Kampung Siaga Candi merupakan program yang merupakan turunan dari Polda, Polres, hingga ke Polsek dalam rangka pengamanan dan pencegahan penyebaran Covid-19.
"Siaga candi ini ciri khas Jateng, di mana ada Candi Borobudur di Jateng. Kampung siaga candi kita adakan penilaian untuk memotivasi masyarakat yang kaitannya dengan ketahanan kesehatan, ketahanan pangan, ketahanan sosial ekonomi dan inovasi. Di sini ditekankan secara ketat untuk mematuhi protokol kesehatan, dengan 3M, yakni mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak, serta tambah lagi menghindari kerumunan," terangnya.