Desa

Desa Bababinanga : bangkit dari bencana

Desa Bababinanga, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan bergulat untuk meningkatkan pendapatan ekonomi berbasis sumber daya pesisir.

Irfan Saputra
Desa Bababinanga : bangkit dari bencana
Desa Bababinanga membangun produk kerupuk rumput laut untuk menambah nilai ekonomi masyarakatnya. Irfan Saputra / Kanal Desa

Desa Bababinanga berada di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Berjarak 27 kilometer dari pusat kabupaten, 40 menit dengan menggunakan sepeda motor. Desa ini berbatasan langsung dengan Selat Makassar sekaligus menjadi pintu keluar aliran Sungai Saddang.

Jauh dari hulu yang bermula di Kabupaten Toraja Utara, Sungai Saddang mengalir sembari menggerus kerikil, pasir, dan lumpur. Ia menyusuri Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang sebelum akhirnya tiba di Kabupaten Pinrang.

Sebelum sampai ke laut, aliran Sungai Saddang terbelah menjadi dua, satu mengarah ke Desa Paria satunya lagi mengarah ke Desa Bababinanga. Aliran sungai purba ini memindahkan lebih dari 300 ton material per tahun, berlangsung sepanjang masa, menyebabkan tanah timbul di aliran sungai menuju Desa Paria.

Kondisi ini menyebabkan debit aliran sungai yang mengarah ke Desa Bababinanga menjadi lebih banyak dan lebih deras, dampaknya banjir bandang melanda Desa Bababinanga pada 2010.

Sutriani, salah satu warga Desa Bababinanga, mengisahkan pada saat peristiwa banjir bandang terjadi. Ia dan warga lain harus pindah rumah akibat lahannya tergerus air akibat terkikis sungai. Ratusan orang terpaksa pindah karena kondisi yang semakin rawan.

Tak hanya itu, aliran sungai terus mengikis lahan tambak warga di Desa Bababinanga. Tambak adalah mata pencaharian utama warga desa di sana. Salah satunya tambak milik Landing di Desa Bababinanga. Landing pernah memiliki lahan tambak seluas 10 hektar. Namun sejak 2019 tambaknya mulai tergerus oleh sungai setelah tambak petani yang lebih dekat dengan sungai lebih dulu terbawa aliran sungai. Kini luas tambak yang ia miliki tinggal satu hektar.

Menurutnya, selama tiga tahun terakhir, ia tidak pernah sempat memanen ikan dan udang yang ia lepas di tambaknya. Air sungai meluap sebelum ikan dan udangnya siap panen.

“Semua ikan akan hilang terbawa arus dan gagal panen sudah pasti,” tutur Landing yang kini berusia 55 tahun.

Selama tiga puluh tahun menambak, ini adalah kerugian terbesar yang pernah ia alami. Tak sendiri, petambak lain juga mengalami hal yang sama. Menurut perkiraan Landing, dalam satu dekade sekitar 30 hektar lahan tambak warga hilang tergerus air sungai.

Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan berada di pesisir pantai. Menjadi tulang punggung masyarakatnya di sektor budidaya perikanan . Namun terancam akibat abrasi dan luapan sungai.
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan berada di pesisir pantai. Menjadi tulang punggung masyarakatnya di sektor budidaya perikanan . Namun terancam akibat abrasi dan luapan sungai. Irfan Saputra / Kanal Desa

Orang Muda Melibatkan Diri

Lahir dan besar di desa yang terus didatangi bencana, membangun kepedulian orang-orang muda di Desa Bababinanga. Berawal dari inisiasi oleh LSM lokal yang mengajak para orang muda yang sehari-harinya membantu orang tua mereka di tambak, untuk membentuk Kelompok Pemuda Perubahan Iklim (KPPI).

Pada Desember 2020 KPPI Desa Bababinanga terbentuk, yang diikuti dengan serangkaian pertemuan rutin penguatan kelompok. KPPI beranggotakan orang muda di desa yang telah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun memilih tinggal untuk membantu orang tua mereka yang pada umumnya adalah petambak.

Melalui kelompok, mereka mulai membicarakan secara bersama isu-isu penting yang ada di desa, seperti abrasi dan banjir yang kerap terjadi. Hasilnya KPPI Desa Bababinanga merencanakan untuk menanam mangrove di pesisir desa untuk melindungi tambak yang tersisa.

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) manfaat bakau salah satu spesies mangrove yaitu memberi nutrisi bagi lingkungan sekitarnya, menjadi sumber makanan ikan-ikan kecil dan kepiting, membuat air lebih jernih melindungi pantai dari erosi, tempat berlabuhnya kapal yang berukuran kecil, dan dapat dimanfaatkan jadi kayu bakar.

Akhirnya pada bulan Mei 2021 KPPI membangun pembibitan mangrove dan mulai menyemai mangrove di bulan Juni. Jenis mangrove yang mereka semai yaitu Rhizophora Apiculata, Rhizophora Mucronata, dan Rhizophora Stylosa.

Tiga bulan berselang, pada September 2021 KPPI Desa Bababinanga bersama KPPI Desa Paria dan Desa Salipolo serta kelompok peduli mangrove di tingkat lokal maupun regional menanam mangrove sebanyak 25 ribu bibit yang ditanam sejauh 1,2 km di sepanjang pesisir yang melintasi tiga desa yaitu Desa Bababinanga, Desa Paria, dan Desa Salipolo.

Warga desa menyambut baik kerja orang muda ini karena sejak lama mereka telah memikirkannya tapi terhambat akses untuk mendapatkan bibit mangrove. Selain memasok bibit mangrove pembibitan juga menambah pendapatan. Pada bulan September, pembibitan sudah bisa memberikan pemasukan kepada KPPI melalui usaha penjualan bibit mangrove seharga Rp. 2.000 per bibit.

Kelompok Industri Rumah Tangga Pada Idi Desa Bababinanga terus meningkatkan keterampilan wirausaha untuk menunjang ekonomi masyarakatnya.
Kelompok Industri Rumah Tangga Pada Idi Desa Bababinanga terus meningkatkan keterampilan wirausaha untuk menunjang ekonomi masyarakatnya. Irfan Saputra / Kanal Desa

Ibu-Ibu Berperan Melalui Kelompok Usaha Rumput Laut

Selain orang-orang muda, Ibu-ibu juga terlibat langsung dalam pembangunan di Desa Bababinanga. Mereka membentuk Kelompok Industri Rumah Tangga Pada Idi (selanjutnya akan disebut Kelompok Pada Idi) pada Juni 2021. Awalnya kelompok ini juga diinisiasi oleh program pendampingan LSM lokal.

“Kami melihat perempuan jauh lebih rentan dibanding laki-laki sehingga penting dilakukan pendampingan dan pemberdayaan untuk membuat kelompok perempuan lebih tangguh” ujar Syafriman Ali selaku koordinator program pendampingan di Kabupaten Pinrang.

Kelompok Pada Idi terdiri dari Ibu-Ibu yang berstatus sebagai Penerima Keluarga Harapan (PKH) oleh Dinas Sosial dan perempuan desa yang sudah hidup sendiri (Janda) serta berpenghasilan rendah, Totalnya ada 20 orang.

“Awal pendataan di Dusun Babana kami memasukkan Ibu-Ibu yg terdaftar sebagai penerima PKH, kemudian meminta daftar nama warga yg tergolong rentan yaitu janda dan penghasilan rendah ke salah seorang anggota KPPI” ujar Agussalim Cide selaku pendamping desa.

Dusun Babana, merupakan lokasi yang dipilih oleh warga yang terdampak bencana banjir bandang pada 2010. Lahan yang dulunya adalah lapangan sepakbola berubah menjadi perkampungan, di dalamnya berdiri rumah panggung sebanyak 50 rumah yang dihuni sekitar 100 KK. Di dusun inilah Agus memfokuskan aktivitas pembentukan kelompok industri rumah tangga, dalam rangka meningkatkan ketahanan ibu-ibu yang ada di Desa Bababinanga.

Melalui serangkaian pertemuan, Ibu-Ibu dalam Kelompok Pada Idi bersepakat untuk mengusahakan rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditi yang warga usahakan dalam tambak di Desa Bababinanga, namun sebelumnya para penambak hanya menjualnya dalam bentuk rumput laut kering ke luar kota.

Jenis rumput laut yang banyak diusahakan yaitu Gracilaria sp. Rumput laut memiliki manfaat bagi tubuh seperti memperlambat pertumbuhan sel kanker, mempercepat proses penyembuhan luka, menjaga asupan air dalam tubuh, menjaga kesehatan pencernaan, dan membantu menurunkan berat badan.

Menurut penuturan warga rumput laut sangat mudah dibudidaya dan biaya produksinya rendah. Namun karena harganya yg turun drastis makanya banyak yang beralih memelihara ikan bandeng dengan udang.

Masyarakat dan anak-anak muda Desa Bababinanga tengah menanam mangrove untuk merehabilitasi kawasan pesisir.
Masyarakat dan anak-anak muda Desa Bababinanga tengah menanam mangrove untuk merehabilitasi kawasan pesisir. Irfan Saputra / Kanal Desa

Pemasaran

Melalui pelatihan dari PT. Jaringan Sumber Daya (JaSuDa) yaitu lembaga pemberdayaan masyarakat pesisir rentan terutama untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani rumput laut dalam mendapatkan akses informasi, keuangan, pasar, dan teknologi. Kelompok Pada Idi akhirnya mampu mengolah rumput laut menjadi kerupuk rumput laut serta mampu menghitung harga pokok produksi untuk setiap kemasannya.

Saat ini kelompok telah memiliki Spinner (Peniris minyak), Sealer (pengemasan), peralatan masak utama lain seperti kompor, tabung gas, talang, wajan, dll. Sarana dan prasarana tersebut sangat membantu kelompok untuk membuat produk.

Kelompok Pada Idi lalu menamai produknya dengan Kerupuk Sangosa, Sangosa sendiri berasal dari nama lokal rumput laut Gracilaria sp. yaitu Sango-Sango. Setiap kemasan 50 gram dihargai Rp. 10.000,. Sejak mulai beroperasi pada akhir januari 2022 kelompok sudah memproduksi sekitar 500 kemasan dan terus menerima pesanan dari berbagai kalangan masyarakat di dalam dan di luar Kabupaten Pinrang.

Saat ini Kelompok Pada Idi juga telah membangun kerjasama dengan Bachis produsen kripik asal Kabupaten Pinrang yang telah menjangkau pasar nasional. Bachis membantu pemasaran produk ibu-ibu dari Desa Bababinanga dengan jejaring pasar yang ia miliki. KPPI juga ikut andil dalam pengembangan produk dari desa mereka dengan cara membantu pemasaran produk.

Melihat progres usaha yang diinisiasi oleh ibu-ibu ini Pemerintah Desa berjanji akan mendukung usaha Kelompok Pada Idi dengan memberi bantuan modal usaha sekaligus menjadi unit usaha BUMDes yang saat ini masih non aktif.

Baca Lainnya

Angin Segar Dari Desa Wunut
BUMDes

Angin Segar Dari Desa Wunut

Setiap Kepala Keluarga Desa Wunut mendapatkan tunjangan hari raya atau THR. Berkah dari pengelolaan unit usaha yang sehat melalui peran BUMDes.

Ahmad Yunus