BUMDes

BUMDES GIRI LODJI: Bangkit Dari Bencana Kembangkan Ekowisata

Desa Balerante bangkit dari duka pasca meletusnya Gunung Merapi 2010. Kini, mengelola ekowisata melalui pengelolaan BUMDes Giri Lodji.

Islakhul Muttaqin
BUMDES GIRI LODJI: Bangkit Dari Bencana Kembangkan Ekowisata
BUMDes Giri Lodji menjadi motor penggerak ekonomi dan pemberdayaan masyarakat di Desa Balerante, Klaten, Jawa Tengah. Kemenparekraf / Kemenparekraf

Peristiwa meletusnya Gunung Merapi pada akhir tahun 2010 menjadi pengalaman berharga bagi masyarakat di Magelang dan sekitarnya. Meletusnya Gunung Merapi memakan banyak korban jiwa dan kerugian mencapai Rp 3,3 triliun.

Salah satu desa yang terdampak adalah Desa Balerante. Ada 4 korban jiwa meninggal dunia akibat terkena luka bakar awan panas dan setidaknya tercatat ada sekitar 1.806 jiwa tinggal di pengungsian. Dampak lainnya, tentu saja kerusakan berbagai infrastruktur dan rumah warga.

Desa Balerante berada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Desa ini berada di kawasan beresiko bencana dan merupakan desa tertinggi kedua dari 11 desa lereng Merapi di Kecamatan Kemalang.

Posisinya yang berada di ketinggian, membuat desa ini memiliki pemandangan alam yang indah. Tak salah jika desa ini sering mendapat banyak kunjungan wisata untuk menikmati pesona alamnya. Salah satunya lokasi wisata Kali Talang yang telah dikelola oleh BUMDes Giri Lodji.

Obyek wisata Kali Talang Bike Park Desa Balerante mendapatkan juara 3 kategori destinasi wisata olahraga petualangan di ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) Alhasil pada tahun 2022.

Desa Balerante, Klaten, Jawa Tengah berada di kawasan beresiko bencana Taman Nasional Gunung Merapi. Bangkit melalui pengembangan ekowisata berkelanjutan.
Desa Balerante, Klaten, Jawa Tengah berada di kawasan beresiko bencana Taman Nasional Gunung Merapi. Bangkit melalui pengembangan ekowisata berkelanjutan. Lokadata / Lokadata

Ekowisata dan Upaya Konservasi

Wisata Kali Talang mulai digarap masyarakat pada tahun 2017. Di Nahkodai oleh Jainu bersama pemuda setempat. Memanfaatkan potensi alam di desa mereka dengan menggarap konsep ekowisata. Mula-mula trobosan yang diambil adalah membuat spot foto melalui gardu pandang.

“Awalnya dulu ya ikut-ikut trend saja. Membuat beberapa spot foto di Kali Talang lewat bangunan sederhana gardu pandang. Syukurnya mendapatkan respon yang bagus dari wisatawan. Akhirnya Kali Talang mulai banyak dikenal masyarakat luas,” ujar Jainu, selaku Ketua Wisata Kali Talang.

Jainu ingat, setelah erupsi tahun 2010 banyak aktivitas masyarakat di Balerante yang berubah. Hal itu dikarenakan dampak dari erupsi mengakibat lahan-lahan pertanian hancur, ternak masyarakat banyak yang mati, sehingga masyarakat di sini harus memulai kehidupan dari nol.

Berdasarkan data demografi desa, sektor pekerjaan masyarakat Balerante mayoritas adalah petani dan peternak. Kehidupan sehari-hari masyarakat ditopang oleh hasil bumi dan ternak sapi dan kambing. Secara geografis Desa Balerante berada di jantung kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

Saat ini, Paguyuban Wisata Kali Talang terus berbenah agar jumlah wisatawan ke desa mereka terus meningkat dan cenderung stabil. Pengembangan awal paguyuban melakukan pembangunan berupa fasilitas umum seperti musala, toilet umum, dan warung sederhana untuk pelaku UMKM sebagai penunjang dan guna memenuhi kebutuhan pengunjung.

Desa Balerante persis menghadap puncak Gunung Merapi.  Menjadi area kunjungan wisata berbasis ekowisata.
Desa Balerante persis menghadap puncak Gunung Merapi. Menjadi area kunjungan wisata berbasis ekowisata. Kemenparekraf / Kemenparekraf

“Sedari awal kami memilih branding utama dari Wisata Kali Talang adalah Ekowisata. Kami awalnya kurang mengerti filosofi dari ekowisata tersebut. Perlahan kami belajar dan melakukan study banding untuk menginternalisasi apa yang seharusnya dilakukan dalam ekowisata,” ujarnya.

Salah satu kampanye dalam ekowisata ini adalah mengkampanyekan isu lingkungan. Terlebih mereka berada di kawasan taman nasional. Berbagai potensi yang ada menjadi rujukan pengembangan wisata berkelanjutan.

“Sekarang fokus kami adalah menggarap pada objek dan daya tarik wisata alam yang memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri di Balerante. Lalu pemberdayaan masyarakat sekitar juga yang terpenting, ” tutur Jainu.

Wisata Kali Talang melibatkan sekitar 30 orang warga lokal kalangan muda. Tujuannya untuk memberikan pendapatan sekaligus sebagai upaya kaderisasi dalam upaya konservasi alam.

Julianto, salah seorang pemuda sekaligus pengelola wisata Kali Talang menjelaskan, adanya wisata ini juga bagian dari mempererat organisasi kepemudaan dalam menjaga kelestarian alam di Desa Baleante. Pelibatan secara langsung ini menjadi sarana penting dalam menyadarkan generasi muda dalam aspek sadar budaya dan lingkungan.

Desa Balerante menurut Julianto memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Untuk itu dari konsep Ekowisata ini menjadi strategi yang tepat dalam mengoptimalkan potensi sumber daya lokal. Dalam konteks ini, perjalanan wisata tidak hanya menjadi pengalaman rekreasi semata, melainkan juga melibatkan keterkaitan yang tak terpisahkan dengan upaya-upaya konservasi, pemberdayaan ekonomi di tingkat lokal, serta penekanan pada perhatian dan pelestarian terhadap budaya masyarakat setempat.

Warga lokal melalui BUMDes Giri Lodji terlibat dalam mengelola seluruh area kawasan wisata.
Warga lokal melalui BUMDes Giri Lodji terlibat dalam mengelola seluruh area kawasan wisata. Kemenparekraf / Kemenparekraf

Kali Talang menawarkan pemandanan yang eksotik dengan melihat puncak Gunung Merapi dari dekat, jarak kawasan wisata Kali Talang dengan puncak Merapi sekitar 5 Km. sehingga wisatawan bisa melihat secara jelas belahan kawah dari puncak merapi. Selain itu, di sini juga menyediakan tempat camping groud, sehingga cocok untuk parawisatawan yang memiliki hobi menginap di gunung.

“Kami sudah menyiapkan segala keperluan bagi wisatawan yang hendak menginap di Kali Talang. Pengelola sudah menyediakan sewa peralatan camping ground secara komplit,” tutur Julianto.

Julianto menambahkan, Ekowisata mengusung konsep perjalanan yang seimbang antara menikmati keindahan alam dan upaya aktif untuk menjaganya. Konsep ini mengajak wisatawan untuk tidak hanya menikmati pesona alam, tetapi juga berkontribusi dalam upaya pelestarian.

Selain itu, ekowisata dapat berperan sebagai solusi untuk mengatasi potensi masalah yang mungkin muncul selama pengembangan kawasan pariwisata. Dengan mengadopsi pendekatan konsep ekowisata, tujuan utama pengembangan adalah mencari potensi dasar kepariwisataan, di mana kelestarian alam dan budaya tidak hanya dijaga tetapi juga dikedepankan.

Wisata Kali Talang ini buka setiap hari. Untuk biaya masuk wisatawan dikenakan biaya Rp 13.000 beserta parkir. Tarif yang relatif murah tersebut membuat Wisata Kali Talang ini ramai dikunjungi wisatawan, khususnya di hari weekend. Jumlah wisatawan yang datang bisa mencapai ribuan.

Jumadi, salah satu pedagang di Wisata Kali Talang mengungkapkan jumlah wisatawan di hari-hari biasa mencapai 100 – 200’an orang. Sedangkan untuk weekend, bisa mencapai ribuan. Apalagi saat liburan sekolah, biasanya tempat parkir bisa sampai penuh.

Melalui wisata Kali Talang ini, Jumadi sehari-hari mengais pundi-pundi rupiah untuk meningkatkan ekonomi keluarganya. Pasalnya, dampak erupsi Merapi 2010 telah meruntuhkan rumah dan menghancurkan lahan pertanian keluarga Jumadi. Adanya wisata Kali Talang membantu menyetabilkan perkekonomian keluarga Jumadi.

“Rata-rata kalau hari biasa bisa dapat 300-500 ribu rupiah. Kalau weekend bisa sampai 1-1,5 juta rupiah per hari,” kata Jumadi.

Keberadaan perkebunan kopi menjadi salah satu paket ekowisata yang dihadirkan oleh BUMDes Giri Lodji.
Keberadaan perkebunan kopi menjadi salah satu paket ekowisata yang dihadirkan oleh BUMDes Giri Lodji. Kemenparekraf / Kemenparekraf

Geliat BUMDES Giri Lodji dan Peningkatan Ekonomi

BUMDES Giri Lodji memiliki 4 unit usaha yang dijalankan. Diantaranya, ekowisata Kali Talang, Taman Ledok Sari, Unit Usaha Kecil (UKM) dan Simpan Pinjam. Dari keempat usaha ini, BUMDES Giri Lodji memberikan pendapatan desa sekitar Rp 5 -10 juta pertahun.

Sementara ini wisata Kali Talang yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan BUMDES. Setiap tahun income yang diberikan oleh wisata Kali Talang sekitar Rp 22 juta per tahun.

Kendiri, Ketua BUMDES menuturkan fokus utama dari BUMDES saat ini adalah meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pengelolaan wisata. Dengan potensi alam yang dimiliki Desa Balerante diharapkan dapat membantu menyerap tenaga kerja dari berbagai kalangan.

“Kekuatan utamanya pasti pariwisata. Dari situ akan berdampak pada sektor UKM. Untuk itu kami selalu berbenah untuk meningkatkan kualitas pariwisata di Balerante,” ujarnya.

Selain wisata Kali Talang, BUMDES Giri Lodji menggarap wisata bernama Taman Ledok Sari (Talesa). Tempat ini terdapat camping ground yang bisa digunakan berkemah para wisatawan. Selain itu, di Talesa ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap, seperti tempat pertemuan, resto dan terdapat penginapan sebagai alternatif lain dari camping ground.

Wisata Talesa ini dibangun sejak tahun 2021. Fokus utamanya berbeda dengan wisata Kali Talang. Talesa menawarkan sensi yang berbeda. Di Talesa para wisatawan bisa menikmati sajian makanan khas Balerante, menyediakan tempat rapat maupun pertemuan dalam skala besar dan menyediakan fasiltas home stay.

“Sejauh ini untuk Talesa mayoritas banyak dari instansi yang memesan. Seperti family gathering, kegiatan kampus hingga wisata edukasi tentang erupsi merapi dan kekayaan alam yang ada di Balerante,” ujar Kendri.

Berbagai fasilitas homestay hingga restoran siap memberikan pelayanan terbaik bagi para wisatawan yang berkunjung ke desa ini.
Berbagai fasilitas homestay hingga restoran siap memberikan pelayanan terbaik bagi para wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Islakhul Muttaqin / Kanal Desa

Kopi Balerante dan Edukasi Wisata

Salah satu pengembangan di sektor pariwisata di Balerante saat ini adalah menggarap komoditas kopi sebagai salah satu tambahan wisata. Selain menjadi buah tangan ketika berwisata ke Balerante, para pegiat kopi di Balerante mengembangkan sektor ini menjadi eduwisata, yakni dengan mengajak para wisatawan untuk belajar mata rantai produksi.

Tanaman kopi di Balerante sebenarnya sudah ada sejak lama akan tetapi kurang terawatt dengan baik. Sehingga banyak masyarakat yang memilih mengganti tanaman kopi dengan tanaman lain yang lebih mudah secara penjualannya. Baru pada tahun 2019, terdapat gerakan yang massif untuk kembali mengangkat kopi sebagai salah satu komoditas andalan di Balerante.

Jainu dengan tekad yang bulat membangun kedai kopi sederhana di halaman teras rumahnya. Letak kedai ini pun cukup strategis karena lokasinya tidak jauh dari wisata Kali Talang. Sehingga para pengunjung yang suka menikmati kopi asli bisa mampir ke Kedai Kopi Balerante dengan suguhan pemandangan Gunung Merapi.

Kopi Balerante memproduksi dua jenis kopi yaitu kopi arabika dan robusta. Semuanya diproses secara mandiri oleh Jainu dan anggotanya. Mulai dari pemetikan hingga penyajian.

“Paling banyak jenis arabika, karena di sini kopi masih budaya baru. Sebelumnya jenis robusta akan tetapi sudah banyak yang mati,” ujarnya.

Sejauh ini pasar kopi Balerante mendapatkan respon yang bagus dari konsumen. Baik dari wisatawan maupun dari pegiat kopi di hilir. Kopi Balerante mampu menembus pasar nasional dan internasional. Beberapa kali kopi Balerante di kirim ke luar negeri. Selain itu, kopi Balerante juga sudah masuk ke roaster ternama di Yogjakarta seperti Darat Coffee Lab, Rahayu Roastery dan kedai-kedai lain di Yogjakarta.

Kopi Balerante menjadi suguhan lokal yang nikmat saat berada di puncak Gunung Merapi.
Kopi Balerante menjadi suguhan lokal yang nikmat saat berada di puncak Gunung Merapi. Islakhul Muttaqin / Kanal Desa

Julianto yang secara khusus bertugas mengembangkan potensi kopi Balerante, menuturkan, saat ini fokus dalam menambah kapasitas hasil panen. Karena sejauh ini hanya mampu memproduksi sekitar 1 ton per tahun. Jumlah tersebut masih sangat sedikit karena belum bisa memenuhi permintaan pasar.

“Kendala utama di sini kapasitas produksi saja. Kalau peminat kami sudah mendapatkan respon yang baik dari pasar,” ujar Julianto.

Saat ini Jainu dan Julianto untuk pengembangan wisata di Kali Talang sedang menyiapkan paket wisata yang mampu mengakomodir seluruh potensi yang ada di Balerante. Selain Ekowisata, mereka juga ingin menggarap konsep Eduwisata sebagai alternatifnya. Karena di Balerante memiliki banyak potensi, mulai dari sejarah, kebudayaan, kebancaan dan alam.

Baca Lainnya