BUMDes

BUMDes Tridadi Makmur: kembangkan destinasi budaya dan alam

BUMDes Tridadi Makmur, Sleman, Yogyakarta, memberdayakan Puri Mataram berbasis budaya dan alam.

Nindias Nur Khalika
BUMDes Tridadi Makmur: kembangkan destinasi budaya dan alam
Puri Mataram adalah peninggalan tempat keluarga raja masa Mataram. Kini, dikembangkan menjadi destinasi berbasis budaya dan alam. Nindias Nur Khalika / Kanal Desa


Bangunan menyerupai Benteng Baluwarti jadi pemandangan pertama yang dilihat pengunjung jika datang ke Puri Mataram, destinasi wisata di Desa Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Dulu, Baluwarti berfungsi sebagai benteng pertahanan Keraton Yogyakarta. Ia memiliki lima pintu masuk berbentuk melengkung yang kerap disebut plengkung.

Serupa dengan Benteng Baluwarti, pengunjung mesti melewati pintu gerbang melengkung untuk masuk ke kawasan Puri Mataram. Setibanya di dalam, bangunan kafe dengan gaya joglo kayu dan embung jadi pemandangan selanjutnya yang dilihat. Di atas tanah kas desa seluas 4,5 hektar, selain minum kopi di kafe serta bermain becak air di embung, wisatawan juga dapat menyantap makanan tradisional di restoran dan menjajal berbagai macam wahana wisata.

Ada 11 wahana wisata yang bisa dinikmati pengunjung, antara lain permainan air, taman bunga, kebun kaktus, terapi dan tangkap ikan, serta kandang kelinci. “Ada juga kandang domba merino, rusa, kuda, merak, serta ayam hias. Memang lebih condong ke mini zoo, ya. Di samping itu, ada restoran, kafe, juga guest house,” kata Manajer Puri Mataram Erlangga Pradana.

Untuk menikmati wahana wisata tersebut, tiket terusan seharga Rp 20 ribu saat weekday atau Rp 30 ribu di akhir pekan harus dibeli. Akan tetapi, wisatawan yang ingin menikmati becak air dan kuda harus membayar tiket yang lain.

Puri Mataram merupakan salah satu unit usaha BUMDes Tridadi Makmur, badan usaha milik Desa Tridadi, Sleman, Yogyakarta yang didirikan tahun 2018. Menurut Direktur BUMDes Tridadi Makmur Raden Agus Choliq, ide mendirikan Puri Mataram muncul sebab Desa Tridadi memiliki potensi-potensi yang bisa dikembangkan.

“Wisata di Jogja semakin berkembang dan posisi desa kami terletak di jalur Yogyakarta kota ke arah Borobudur. Selain itu, Desa Tridadi mempunyai banyak tanah kas desa. Luasnya kalau tidak salah lebih dari 60 hektar. Saya pikir jika kami dapat mengemas hal itu maka akan bisa baik,” ujarnya.

BUMDes Tridadi Makmur berkontribusi bagi kas desa karena berhasil mengelola usahanya dengan baik.
BUMDes Tridadi Makmur berkontribusi bagi kas desa karena berhasil mengelola usahanya dengan baik. Nindias Nur Khalika / Kanal Desa

Choliq mengatakan konsep Puri Mataram adalah wisata berbasis budaya dan alam. Ide tersebut dipilih berdasarkan dua pertimbangan. Pertama, konsep itulah yang terjangkau oleh modal BUMDes. Kedua, wisata jenis ini dinikmati orang banyak bahkan hingga sekarang.

Erlangga menjelaskan pemberian nama destinasi wisata, yakni Puri Mataram tak lepas dari konsep yang memang diusung dari awal. Menurutnya, puri merupakan tempat persinggahan keluarga raja pada zaman dahulu sedangkan Mataram adalah kerajaan yang pernah ada di Yogyakarta. Di dalam puri tersebut, ada hunian yang nyaman, pemandangan alam, hewan peliharaan, dan sumber air yang melimpah.

Puri Mataram merupakan salah satu unit usaha BUMDes Tridadi Makmur. Menjadi penyokong kas desa bagi  Desa Tridadi, Sleman, Yogyakarta sejak  tahun 2018.
Puri Mataram merupakan salah satu unit usaha BUMDes Tridadi Makmur. Menjadi penyokong kas desa bagi Desa Tridadi, Sleman, Yogyakarta sejak tahun 2018. Nindias Nur Khalika / Kanal Desa

Pembangunan Puri Mataram, lanjut Choliq, dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan modal BUMDes. Restoran dan embung menjadi dua objek yang pertama dibangun agar dapat mengundang serta menghasilkan perputaran uang. Dari sana, ide buat mendatangkan orang ke restoran kemudian muncul. Akhirnya, konsep wahana wisata dibuat dan tiga wahana wisata pun sudah bisa dinikmati pengunjung di bulan Juli 2018.

Alhamdulillah di pembukuan bulan Desember 2018 itu operasional kami sudah tertutup bahkan kami juga untung. Dari bulan Juli sampai Desember 2018 itu omzetnya Rp 1,8 milyar. Lalu pembangunan kami lanjutkan lagi di tahun 2019. Di 2019 itu omzet kami naik menjadi Rp 6 milyar dengan berbagai macam tambahan wahana wisata,” jelas Choliq.

Pembangunan lantas dilanjutkan di tahun 2020 tetapi harus terhenti karena pandemi COVID-19. Choliq mengatakan BUMDes Tridadi Makmur tadinya menarget omzet yang didapat di tahun tersebut sebesar Rp 8 milyar. “Akhirnya omzet BUMDes turun menjadi Rp 4 milyar lebih. Itu banyak disuplai dari unit usaha BUMDes lain, yakni Puri Aglonema. Alhamdulillah saat pandemi kami masih surplus. Kemudian, tahun 2021, kami juga surplus dan ada kenaikan keuntungan dari tahun 2020,” ujarnya.

Suasana yang nyaman menjadi pilihan masyarakat untuk menikmati rekreasi di Puri Mataram yang dikelola oleh BUMDes Tridadi Makmur.
Suasana yang nyaman menjadi pilihan masyarakat untuk menikmati rekreasi di Puri Mataram yang dikelola oleh BUMDes Tridadi Makmur. Nindias Nur Khalika / Kanal Desa

Pemberdayaan masyarakat dan menambah pendapatan asli desa

Desa Tridadi terletak sekitar 8 km dari Kota Yogyakarta serta dilalui jalan besar Yogyakarta-Magelang. Desa ini punya tanah desa yang belum termaksimalkan dan bisa menjadi potensi pendongkrak pembangunan desa. Salah satunya bagi pengembangan lokasi tanaman hias, seperti Aglonema. "Jika dikolaborasikan akan menghasilkan sesuatu yang apik," ujar Choliq.

Pengelola BUMDes lantas dipilih untuk mengelola serta memaksimalkan potensi-potensi Desa Tridadi. Di bulan Desember tahun 2017, Perdes tentang pembentukan badan usaha milik desa dibuat dan BUMDes Tridadi Makmur pun berdiri. Sebanyak tiga orang penasihat, seorang direktur, dua orang pengurus yang terdiri dari bendahara dan sekretaris, juga 65 karyawan kini menjadi penggerak BUMDes.

Dua unit usaha pun dibentuk berdasarkan potensi Desa Tridadi di atas di tahun 2018. Di samping Puri Mataram, BUMDes Tridadi Makmur juga menjalankan Puri Aglonema yang fokus pada budi daya juga jual-beli tanaman hias aglonema. Di atas lahan seluas kurang lebih 4.000 meter2, terdapat 60 ribu bibit tanaman yang dirawat lima orang pekerja yang sebagian besar warga Desa Tridadi.

Menurut Manajer Puri Aglonema Tri Harjanto, transaksi jual-beli dapat dilakukan dengan minimal pembelian aglonema sebanyak 100 tanaman. Oleh karena itu, Puri Mataram hanya menyasar pedagang besar dan bukan eceran. Harjanto mengatakan ada 24 jenis aglonema yang dibudidayakan di Puri Aglonema. Setelah melakukan pengembangbiakan bibit dari tahun 2018 hingga 2019, Puri Aglonema menjual tanaman pada tahun 2020. Choliq menjelaskan pendapatan Puri Aglonema selama dua tahun, yakni tahun 2020 sampai 2021, mencapai Rp 1,5 milyar.

Ia kemudian menjelaskan baik Puri Mataram dan Puri Aglonema sama-sama mengandalkan permodalan dari tiga pihak. “Jadi yang share saham kami itu masyarakat sebesar 49% dan desa sebanyak 51%. Lalu, kami juga minta program pemerintah daerah maupun pusat yang akhirnya bisa menambah kekuatan modal kami,” katanya.

Khusus Puri Mataram, Choliq menjelaskan ada dua jenis pendapatan yang diperoleh desa dari BUMDes Tridadi Makmur. Pertama, pemasukan dari sewa tanah kas desa. Harga sewa yang mesti dibayarkan ke desa, katanya, mencapai Rp 180 juta setiap tahun. Sementara itu, desa juga mendapatkan dividen dari saham yang diberikan sebagai modal BUMDes. “Dari tahun 2018 hingga 2021, biaya sewa tanah dan dividen yang kami berikan ke desa. Selama 4 tahun, dividen yang diterima desa di atas Rp 1 milyar,” ujarnya.

Lebih lanjut, Erlangga mengatakan saham yang ditanam masyarakat di Puri Mataram besarnya bermacam-macam. “Dimulai dari Rp 4 juta. Yang punya uang mungkin lebih. Bisa Rp 10 juta, 20 juta, atau 50 juta. Sampai sekarang lebih dari 150 orang mempunyai investasi di Puri Mataram,” jelasnya. Untuk dividen, Choliq menambahkan bahwa jumlahnya berbeda-beda dari tahun 2018 hingga 2021.

Wisata mini zoo menjadi area yang disukai anak-anak saat berkunjung ke area ini. Di sini ada koleksi binatang seperti kelinci, ayam, kuda, hingga rusa.
Wisata mini zoo menjadi area yang disukai anak-anak saat berkunjung ke area ini. Di sini ada koleksi binatang seperti kelinci, ayam, kuda, hingga rusa. Nindias Nur Khalika / Kanal Desa

“Di awal warga kurang lebih masih dapat 22% sampai 23% dari saham yang ditanam masing-masing per tahun. Misalnya dia kasih Rp 10 juta, ya, 23% dari itu dalam waktu satu tahun. Tahun 2018 hingga 2019 masih di angka itu. Nah, tahun 2020 turun menjadi sangat sedikit tetapi tahun 2021 ada perbaikan sedikit,” katanya.

Tak hanya perkara modal, BUMDes juga melibatkan SDM Desa Tridadi untuk mengoperasikan unit usaha Puri Mataram dan Puri Aglonema. Khusus di Puri Mataram, Erlangga menyebutkan dari 53 orang pegawai yang bekerja 80% di antaranya merupakan warga Desa Tridadi. Sisanya, manajemen Puri Mataram mengambil tenaga profesional di luar desa sesuai dengan posisi yang dibutuhkan. Proporsi tenaga kerja tersebut, menurutnya, diterapkan sebab baik bisnis maupun pemberdayaan masyarakat harus sama-sama berjalan.

Erlangga menjelaskan bahwa latar belakang SDM Puri Mataram bervariasi dari segi umur dan pendidikan. Ada yang lulusan SD atau SMP, ada yang tamat kuliah. Hal ini menjadi tantangan yang harus dikelola pihak manajemen. “Meskipun pemberdayaan mereka harus tetap bekerja secara profesional. Di awal dulu bahkan saya buat satu bulan sekali ada pelatihan materi baru atau training me-refresh kembali SOP yang sudah berjalan tetapi kurang maksimal. Staf manajemen memang harus lebih bersabar dan detail dalam menangani SDM,” katanya.

Ia kemudian menambahkan keterlibatan masyarakat juga ada pada pengadaan sebagian bahan baku makanan yang dibutuhkan untuk acara di Puri Mataram. Bahan tersebut diambil dari gapoktan di Desa Tridadi. Selain itu, ibu-ibu dipersilahkan untuk berjualan di Pasar Ndelik yang ada di hari Minggu serta libur nasional. “Pasar Ndelik atau pasar yang tersembunyi itu dikelola ibu-ibu PKK yang menjual hanya makanan tradisional tempo dulu. Jadi, bagi yang bisa jualan silahkan jualan tanpa dipungut biaya meski tetap kami kurasi dulu dari menu dan konsep agar sesuai dengan yang kami mau,” ujarnya.

Rizqi Lingga, 30 tahun, termasuk salah satu warga Desa Tridadi yang bekerja di Puri Mataram sejak tahun 2019. Warga Padukuhan Pisangan tersebut sehari-hari bertugas mengurusi operasional manajemen seperti marketing, mempersiapkan tempat jika ada acara, menjamu tamu, dan lain-lain. Ia mengaku mendapatkan pengalaman yang banyak selama bekerja di Puri Mataram.

“Dulu ngelamar di sini cuma karena ingin cari pengalaman kerja. Setelah masuk ternyata pengalaman yang saya dapatkan luar biasa. Saya belajar dasar-dasar yang saya enggak punya seperti marketing online dan offline, videografi, fotografi, serta line ke kementerian atau pemerintah kabupaten juga provinsi. Saya didampingi Pak Manajer dari nol sampai saya bisa,” katanya.

Menurutnya keterlibatan warga di Puri Mataram sudah bagus sebab unit usaha ini berhasil memberikan wadah bagi masyarakat Desa Tridadi untuk berkembang. Lingga pun berharap pembangunan Puri Mataram bisa dimaksimalkan agar semakin tercipta ruang bagi warga buat mengembangkan diri.

“Dari range 100% pembangunan Puri Mataram saat ini baru 30%. Jadi destinasi wisata ini masih berkembang terus. Dan banyak yang bisa dikembangkan dari sisi kafe, restoran, guest house, atau wahana wisata. Lahan juga masih luas,” tambahnya.

Baca Lainnya