BUMDes Rejo Makmur Ngemplak: maksimalkan potensi desa dari embung sampai kafe
BUMDes Rejo Makmur Ngemplak, Desa Ngemplak, Kecamatan Undaan memanfaatkan segala kesempatan yang terlihat. Mulai embung, pengelolaan sampah, sampai kafe. Rintisan usaha BUMDes menunjukkan potensi yang cukup besar. Dalam enam bulan, BUMDes sudah mampu menyetorkan PADes ke desa.
Setelah sempat mati suri, BUMDes Rejo Makmur akhirnya bangkit lagi. Selain mengelola sampah, BUMDes juga mulai mengelola kafe, toko, katering, hingga wisata air.
Dua pemancing itu duduk di tepi danau. Di hadapan mereka ada branjang (jaring yang diikatkan pada bambu untuk menangkap ikan). Branjang itu lalu mereka masukkan ke dalam danau. Beberapa menit setelah branjang masuk ke dalam danau, dua ikan mujair tertangkap. Satu pemancing mengangkat branjangnya lantas memasukkan mujair ke ember, sedangkan pemancing yang lain, sibuk memeriksa branjang yang sejak tadi tak kunjung didatangi ikan.
Selain ikan mujair, di embung atau wisata Rik Boe juga ada ikan betik hingga ikan gabus. Tak heran beberapa warga memancing di danau yang dikelola BUMDes Rejo Makmur, Desa Ngemplak, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus itu. Ikan-ikan hasil tangkapan itu ada yang dikonsumsi. Ada pula yang dijual.
Sekitar 100 meter dari lokasi dua pemancing itu, ada sebuah dermaga. Di dermaga itu, tertaut satu perahu dan satu perahu bebek. Perahu-perahu itu biasanya digunakan untuk wisata air. Sayang, sudah beberapa bulan, perahu-perahu itu tak digunakan usai Desa Ngemplak diterjang banjir sejak Januari hingga awal Maret.
Di sekitar dermaga ada loket tiket masuk wisata. Loket itu sepi. Tak ada yang menjaga. “Iya, kami habis kena musibah. Jadi untuk sementara wisata air Rik Boe tak beroperasi,” kata Direktur BUMDes Rejo Makmur, Ali Imron sambil menunjuk tempat pembelian tiket (6/4/2023).
Sebelumnya, tepatnya pada November 2022, BUMDes Rejo Makmur baru meresmikan wisata air Rik Boe yang berada di belakang Masjid At-Taqwa itu, setelah mendapat hibah pengembangan wisata dari Provinsi Jawa Tengah senilai Rp100 juta. Uang itu oleh Pemdes Ngemplak dibelikan perahu bebek, becak air, perahu wisata, dua spead boat, dan dua ATV lalu diberikan kepada BUMDes. Selain itu, dana hibah tersebut juga digunakan untuk membuat tempat pembelian tiket dan fasilitas penunjang seperti pelampung.
Untuk bisa menikmati perahu bebek, wisatawan cukup membayar Rp 30 ribu, sedangkan becak air Rp 50 ribu yang bisa dinaiki empat orang. Untuk spead boat, ATV, dan perahu wisata cukup terjangkau, hanya Rp 20 ribu saja.
Imron mengaku, akan segera menghidupkan kembali wisata air tersebut. Sebab potensi wisata air ini sangat besar. Dia berencana akan membuat arena pemancingan di danau tersebut. Sebab di danau itu ikannya banyak. Tak hanya itu, ke depan, di sekitar danau juga akan didirikan restoran. “Cocok sekali untuk wisata sekeluarga. Yang suka mancing bisa mancing. Yang ingin memutari danau bisa naik 'bebek-bebek'-an, perahu, atau wahana lain. Nah setelah lelah bermain dan memancing, wisatawan bisa makan. Jadi ini paket komplet,” katanya dengan penuh semangat.
Selain memberi lapangan pekerjaan untuk warga yang pandai memasak, pihaknya juga akan menggandeng UMKM untuk berjualan di sekitar danau. “Jadi wisatawan yang mau membeli oleh-oleh kami fasilitasi,” terangnya.
Imron mengatakan, jika rencana ini terwujud, semua akan memperoleh manfaat. BUMDes bisa dapat pemasukan, warga bisa dapat pekerjaan, dan produk UMKM laku dan dikenal banyak orang.
Bikin toko, kafe, hingga, layani pembayaran PBB
Bangunan bercat hijau dan oranye itu berada di pinggir jalan raya Kudus-Purwodadi km 6. Tepatnya di sebelah gapura gang 1 Desa Ngemplak, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Bangunan itu adalah kantor BUMDes Rejo Makmur sekaligus menjadi toko. Selain mengelola wisata air Rik Boe, BUMDes juga memiliki unit usaha perdagangan. Salah satunya toko yang menjual beras, minyak goreng, air mineral hingga gula pasir. Kendati penjualan belum maksimal, tetapi BUMDes Rejo Makmur konsisten mengelola toko tersebut.
Bendahara BUMDes Rejo Makmur, Ulil Musfina mengaku, hingga saat ini penjualan toko memang belum maksimal. Penyebabnya BUMDes tidak bisa menurunkan harga jual karena di sekitar toko sudah banyak toko-toko kecil yang beroperasi. “Kalau kami jual dengan harga yang lebih murah, kasihan toko-toko di sekitar BUMDes,” katanya.
Untuk mengantisipasi itu, BUMDes sudah berupaya untuk menyuplai barang ke toko-toko sekitar. Sayang para pedagang sudah memiliki distributor tetap. “Maka sementara ini, kami samakan harga jual dengan toko-toko sekitar,” papar perempuan berkacamata itu.
Fina, panggilan akrab Ulil Musfina mengaku, untuk menggerakkan unit perdagangan, BUMDes akhirnya mencoba membuka usaha katering. Saat ini baru menerima pesanan snack box berisi jajanan. Bisanya dipesan warga yang memiliki hajatan hingga rapat pemerintah desa. “Orderannya lumayan,” katanya.
Jajanan ini tidak dibuat oleh anggota BUMDes, melainkan dari UMKM di sekitar. “Ini sekaligus untuk memperdayakan ibu-ibu Desa Ngemplak,” tuturnya.
Direktur BUMDes Rejo Makmur, Ali Imron mengatakan BUMDes juga melayani pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB), angsuran motor, hingga biaya kuliah. “Kami juga akan bekerja sama dengan Samsat untuk melayani pembayaran pajak kendaraan bermotor. Saat ini sedang proses,” jelasnya.
Selain mengelola toko, BUMDes juga membuka kafe. Ide membuka kafe, kata Imron, untuk memberi tanggung jawab kepada anak-anak muda untuk mengelola BUMDes. Selain itu, pihaknya juga ingin memanfaatkan balai desa lama. “Daripada tidak terurus, maka kami sulap balai desa lama menjadi kafe,” paparnya.
Kafe itu menjual kopi, aneka minuman, snack, dan mie instan. Selain untuk ngopi, kafe juga sering digunakan untuk nonton bareng (nobar). “Pas ada piala dunia, pada nobar di sana,” tutur lelaki berusia 52 tahun itu.
Dia mengaku, kafe itu buka sejak Oktober 2022 dengan modal Rp 10 juta. Beberapa bulan setelah kafe buka memang belum bisa setor PADes. Namun sejak Januari hingga sekarang, kafe bisa setor Rp 200 ribu sebulan. “Anak-anak muda itu agak sungkan karena hanya bisa setor Rp 200 ribu. Saya katakan, tidak masalah. Ini kan baru merintis. Yang penting konsisten dan orientasinya tetep profit,” katanya.
Selain mengelola toko, katering, dan wisata air, BUMDes Rejo Makmur juga mengelola sampah. Saat ini sudah ada sekitar 700 rumah yang mengikuti program sampah ini. “Biayanya murah. Per bulannya hanya Rp 12.000. Seharusnya biayanya 15.000, karena BUMDes lain biasanya menarik Rp 15.000. Ke depan akan kami naikkan, tetapi sementara ini masih Rp 12.000 dulu,” terangnya. Target saat ini, kata Imron, menambah jumlah warga yang mengikuti program ini.
Imron mengatakan, saat ini BUMDes memiliki dua bentor pengangkut sampah dengan dua operator. Sampah-sampah itu diambil sepekan tiga hingga empat kali. Pengelolaan sampah ini dilakukan untuk menjaga lingkungan sekaligus mengurangi konflik sosial yang ditimbulkan karena sampah.
Hingga saat ini, kata Imron, pengelolaan sampah masih berupa pemilahan organik dan anorganik. Pemilahan itu dilakukan di TPS Desa Ngemplak. Setelah dipilah, sampah-sampah akan dikirim ke TPA Tanjungrejo, Jekulo. “Ke depan, sampah organik ini akan diolah menjadi kompos, sedangkan sampah plastik akan disulap menjadi kerajinan,” kata Imron.
Untuk langkah ke depan, Imron mengaku akan mengelola Pamsimas. Selama ini, warga menggunakan air PDAM. Jika ada Pamsimas, biayanya akan semakin murah. “Jadi warga bisa lebih hemat. Upaya itu masih kami matangkan,” katanya lantas tersenyum. Dia yakin BUMDes Rejo Makmur memiliki masa depan yang cerah. Rencana pengembangan pun sudah matang, tinggal pelaksanaan.
Sempat mati suri, kini sudah setor PADes
BUMDes Rejo Makmur ini berdiri sejak 2017. Sayang karena kurang sumber daya manusia (SDM), pengelolaan BUMDes menjadi tak maksimal. BUMDes juga sempat mati suri. Namun sejak Juni 2022, tepat setelah pengangkatan Ali Imron, BUMDes mulai ditata kembali.
Imron mengaku saat awal berdiri hingga sebelum dia diangkat menjadi direktur, BUMDes hanya mengelola sampah saja. Saat itu, belum ada inovasi atau pengembangan unit. Namun setelah dia terjun, banyak unit-unit yang dibentuk. “ Kenapa kok tidak berkembang? Karena SDM-nya kurang. Sekarang juga masih kurang, tetapi kami tetap dimaksimalkan,” terangnya.
Pembentukan unit dan pengelolaan BUMDes Rejo Makmur ini tidak hanya didukung Kades Ngemplak saja, tetapi juga Pemkab Kudus dan PT Djarum yang bekerja sama dengan Lokadata dan Perkumpulan Desa Lestari.
Selain didukung kades, BUMDes Rejo Makmur juga didampingi Pemkab Kudus melalui Dinas Pemberdayaan Pemerintah Desa (PMD) dalam memetakan potensi desa hingga pembuatan rencana usaha. “Jadi ada tim khusus yang mengawal BUMDes,” terangnya.
Tim-tim ini juga memberi pelatihan penyusunan laporan keuangan. “Anggota BUMDes dipandu sampai bisa,” tuturnya.
Selain itu, PT Djarum juga aktif mendampingi membuat rencana usaha, memetakan potensi desa, menyusun laporan keuangan, hingga laporan pertanggungjawaban. “Kami betul-betul didampingi secara maksimal selama enam bulan,” paparnya.
Imron mengaku, Kades Ngemplak mendukung unit-unit yang sudah terbentuk. Salah satunya wisata air. Pada 2022 ini, BUMDes memperoleh penyertaan modal dari dana hibah Provinsi Jawa Tengah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebanyak Rp 100 juta. Dana ini digunakan untuk membeli alat serta fasilitas di wisata air Rik Boe. “Ini betul-betul bermanfaat untuk mengembangkan unit pariwisata,” katanya.
Kendati demikian, dia tetap berharap pemdes terus diberi penyertaan modal kepada BUMDes. “Saya yakin semua BUMDes pasti membutuhkan modal. Sebab kami tidak bisa berkembang jika tidak ada modal. Untuk itu kami menyarankan agar ada penyertaan modal yang diambil dari DD,” usulnya.
Dari perjuangan ini, Imron mengaku bisa menyetor PADes sebesar Rp 1.296.588 hanya dalam enam bulan saja. Untuk lama bersih sebanyak 4.321.960 selama enam bulan. “Terhitung Juni hingga Desember 2022,” tuturnya.
Kades Ngemplak Syafi’i mengatakan, di bawah kepemimpinan Ali Imron, BUMDes Rejo Makmur memiliki visi misi dan tujuan yang baik untuk mengelola unit usaha. Sebab tahun ini, hanya dalam enam bulan saja, BUMDes bisa menyetor PADes.
Dia berharap BUMDes Rejo Makmur terus memaksimalkan unit-unit usaha yang sudah ada. Misalnya unit perdagangan yang juga membuka jasa katering. “Saya sarankan untuk melobi ke instansi untuk memenuhi kebutuhan di sana,” katanya.
Untuk pengembangan wisata, dia mengaku kendalanya yakni bencana alam. Sebab wisata air ini terhenti karena banjir. Soal banjir ini, perlu dukungan dari Pemkab Kudus juga. Dia menyarankan agar Sungai Juwana segera dinormalisasi. Dengan begitu, dapat mengurangi dampak banjir di Desa Ngemplak. “Jadi tidak hanya wisata yang terdampak, sawah seluas 425 hektare terendam. Petani rugi miliaran,” tuturnya.
Dia juga menyarankan agar dalam sepekan ada perawatan danau. Jadi saat wisata air dibuka kembali, danaunya dalam kondisi bersih dan asri. “Saya juga berharap, pemancingan segera diresmikan,” harapnya.
Dia berharap pemuda-pemuda desa terlibat dalam mengelola BUMDes. Sebab, hingga saat ini BUMDes kekurangan SDM. “SDM yang benar-bener sungguh-sungguh dan berorientasi profit,” harapnya.
Dia yakin BUMDes Rejo Makmur akan semakin maju, pengelolaan keuangannya semakin jelas, terus berinovasi, dan dapat mendapatkan laba yang besar.