BUMDes

BUMDes Lohjinawi : gebrakan anak muda di lereng Gunung Kerinci

Sekelompok anak muda penggerak BUMDes Lohjinawi di Desa Batang Sangir, Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi giat mengelola agrowisata pertanian. Mereka juga memproduksi pupuk organik untuk memperbaiki lahan pertanian yang rusak akibat pupuk kimia.

Febrianti
BUMDes Lohjinawi : gebrakan anak muda di lereng Gunung Kerinci
BUMDes Lohjinawi mendongkrak kawasan agrowisata stroberi menjadi pundi ekonomi bagi masyarat dan pembangunan desa di kaki Gunung Kerinci, Jambi. Febrianti / Kanal Desa

Kebun stroberi di lereng bagian barat Gunung Kerinci pada sore yang mendung itu masih didatangi belasan pengunjung. Beberapa anak dan orang tua mereka terlihat sedang mencari buah stroberi yang tersembunyi di sela dedaunan. Buahnya sudah banyak berkurang karena hampir setiap hari pada masa liburan ini selalu dipetik pengunjung.

Ribuan rumpun stroberi yang diberi nama “Taman Stroberi Alam Raya” itu seluas 3 ribu meter persegi dan menampung 7.500 polibag. Ada yang ditanam di tanah yang diberi mulsa. Juga ada yang ditanam dalam polibag yang disusun rapi di lahan yang berundak. Di taman stroberi itu ada sungai yang jernih mengalir.

Gerbang taman itu terbuat dari kayu yang dijalari tanaman markisa yang sedang berbuah dan yang paling memikat adalah panoramanya dengan latar Gunung Kerinci yang menjulang.

“Walau buahnya sudah jarang, tetapi pengunjung tetap memaksa ingin masuk untuk sekadar berfoto di kebun stroberi dengan pemandangan Gunung Kerinci ini,” kata Seman, pengelola “Taman Strowberi Alam Raya”.

Tiket masuk ke kebun itu cukup murah, hanya Rp5 ribu. Sedangkan buah stroberi yang dipetik pengunjung dihitung per ons. Satu ons Rp10 ribu.

Seman sudah berkebun stroberi sejak dua puluh tahun silam dengan menyewa tanah kas desa per tahun sebesar Rp 3,3 juta. Dari usaha ini, dirinya sanggup memberi pemasukan bagi kas desa sebesar Rp 1,5 juta per bulannya. Sebelumnya, ia pernah menjual stroberi dalam kemasan, tetapi tidak banyak peminat. Setelah itu Seman beralih menjadikan kebun itu sebagai tempat agrowisata dengan tawaran pengunjung bisa langsung panen.

“Ternyata peminatnya banyak,” ujarnya yang kini bergabung ke dalam BUMDes Lohjinawi.

Kayu Aro yang berada di kawasan Gunung Kerinci menyimpan berbagai potensi komoditas unggulan. Selain teh, kopi, kini juga terdapat stroberi yang menjadi andalan pertanian warga desanya.
Kayu Aro yang berada di kawasan Gunung Kerinci menyimpan berbagai potensi komoditas unggulan. Selain teh, kopi, kini juga terdapat stroberi yang menjadi andalan pertanian warga desanya. Kanal Desa / Lokadata

Cerita ini berawal pada 2022, semenjak lahan itu dijadikan agrowisata stroberi oleh Pemerintah Desa Batang Sangir bekerja sama dengan Seman.

“BUMDes menawarkan pengelolaan bersama dan saya setuju, ini bisa lebih dikembangkan lagi kalau bersama BUMDes, banyak rencana kami mengembangkan taman stroberi ini, sangat potensial,” ujarnya bangga.

Untuk pupuk stroberi, ia juga menggunakan pupuk kompos yang diproduksi BUMDes Lohjinawi, Desa Batang Sangir. Menurut Direktur BUMDes Lohjinawi Desa Batang Sangir, Andri Surya Nata, 28 tahun, mengatakan BUMDes ini terbentuk pada 6 September 2021 yang dimotori anak-anak muda. Mereka fokus pada usaha yang berhubungan dengan pertanian, seperti agrowisata dan pembuatan pupuk kompos. Desa ini adalah desa pertanian yang berada di lereng Gunung Kerinci.

“Kami juga anak petani, karena itu di BUMDes ini kegiatan yang kami pilih adalah agrowisata, agar ada nilai jual lebih, apalagi Desa Batang Sangir berada di kawasan wisata Gunung Kerinci di dekat Taman Nasional Kerinci Seblat, banyak wisatawan yang datang ke sini,” katanya.

Andri Surya Nata bertanggung jawab untuk mengawasi sekaligus mengevaluasi seluruh kegiatan BUMDes. Ia dibantu oleh Ricky Sugiarto, 27 tahun sebagai manager dan pemandu wisata di kayu Aro, Kerinci dan Ramanda, 28 tahun, sebagai bendahara BUMDes.

Agrowisata di bawah pengelolaan BUMDes Lohjinawi, Kerinci ini menjadi pundi bagi masyarakat dan desa.
Agrowisata di bawah pengelolaan BUMDes Lohjinawi, Kerinci ini menjadi pundi bagi masyarakat dan desa. Febrianti / Kanal Desa

Dijadikan Paket Wisata

Selain mengelola agrowisata Taman Stroberi, pengelola BUMDes ini juga membuat agrowisata lainnya, seperti kegiatan panen di ladang petani. Paket wisata ini cukup diminati, kareana berupa wisata edukasi cara menanam dan memanen hasil pertanian.

“Kami buat paket untuk dua hari, pada hari pertama pengunjung dibawa ke ladang dan diajarkan cara menanam dan memeliharaa tanaman hortikultura seperti kentang dan cabe. Pada hari kedua mereka diajak panen bersama di ladang kentang dan cabe, ini banyak yang suka,” katanya.

Andri mencontohkan pada Maret 2022 BUMDes Lohjinawi kedatangan 400 siswa dari salah satu pesantren di Jambi yang mengambil paket agrowisata ke ladang petani.

Mereka dibawa ke ladang cabe dan kentang untuk belajar cara menanam dan merawat kentang dan cabe, serta ikut memanen. Selain agrowisata di kebun sayuran hortikultura, BUMDes Lohjinawi juga menyediakan paket wisata ke kebun kopi arabika milik angota kelompok tani. Peserta tur akan dibawa ikut panen memetik buah kopi merah di kebun kopi.

“Kami bekerja sama dengan anggota kelompok tani, kalau ada yang akan panen, kami tawarkan untuk menjadikan paket agrowisata,” kat Andri.

Saat ini pengelola BUMDes juga sedang bergiat mengerahkan setiap kelompok tani untuk menanam sayur di dalam polibeg di halaman yang bisa dibeli oleh wisatawan. Sayur yang ditanam seperti daun bawang, seledri, dan cabe.

“Ini juga peluang bagus, karena banyak wisatawan yang ingin membeli tanaman hidup dan membawanya pulang,” kata Andri.

BUMDes Lohjinawi mengelola limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik untuk merehabilitasi lahan sekitar Gunung Kerinci, Jambi.
BUMDes Lohjinawi mengelola limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik untuk merehabilitasi lahan sekitar Gunung Kerinci, Jambi. Febrianti / Kanal Desa

Beralih ke Pupuk Organik

Selain mengelola Agrowisata, BUMDes Lohjinawi juga sedang giat membuat pupuk kompos dari kotoran sapi dan sampah organik rumah tangga. Pupuk organik ini diproduksi sendiri dengan tujuan untuk memulihkan tanah pertanian yang rusak akibat pupuk kimia.

“Kami mendorong petani untuk menggunakan pupuk kompos untuk memperbaiki tanah yang sudah rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang sudah sangat lama,” kata Yusuf Arifin, kepala unit pembuatan pupuk kompos BUMDes Lohjinawi.

Pembuatan pupuk kompos dimulai sejak Oktober 2021 dengan memanfaatkan kotoran sapi yang selama ini hanya menjadi limbah. Di Desa Batang Sangir ada 225 sapi yang diternak petani di belakang rumahnya. Setiap petani rata-rata memiliki tiga ekor sapi.

“Kalau dulu, saat hujan lebat kotoran sapi itu meluap dan meluber mengotori lingkungan, sekarang dimanfaatkan menjadi kompos, kami membeli kotoran sapi itu dari petani,” kata Yusuf. Dari petani, BUMDes Lohjinawi membeli kotoran sapi senilai Rp 400 ribu per ton dengan volume kebutuhan mencapai 20 hingga 40 ton. Kotoran sapi ini berasal di sekitar Desa Batang Sangir dan daerah lainnya, seperti Kabupaten Solok Selatan.

BUMDes Lohjinawi memiliki tempat produksi pupuk kompos dan mesin penggiling untuk menghaluskan kompos. Menurut Yusuf penggunaan pupuk kompos sangat diperlukan, karena lahan pertanian yang ada saat ini sudah tercemar oleh pupuk kimia yang dipakai terus-menerus oleh petani sejak awal 1980-an atau sekitar 40 tahun.

“Dari hasil penelitian, tanah pertanian di Kayu Aro, Kerinci ini sudah didominasi zat kimia dari penggunaan pupuk kimia sejak puluhan tahun lalu sampai sekarang, jadi tanahnya harus dipulihkan dengan pupuk organik, selain itu tidak bisa, untuk menaikkan hasil produksi pertanian juga harus menggunakan pupuk organik,” katanya.

Kini, kata Yusuf, petani mulai beralih menggunakan pupuk kompos untuk memangkas biaya. Awalnya petani yang sebelumnya tidak pernah menggunakan pupuk kompos tidak percaya dengan hasilnya. Yusuf akhirnya mencontohkan dengan memakai sendiri pupuk kompos di lahannya dan hasil panennya bagus.

Melihat contoh itu beberapa petani tertarik menggunakan kompos dan ternyata hasil panen mereka juga meningkat. Selain itu pupuk kompos juga jauh lebih murah dari pupuk kimia.

“Pupuk kimia sekarang satu karung 50 kilogram harganya Rp1 juta, kalau dibelikan ke pupuk kompos bisa dapat 1 ton, jadi petani mulai berpikir kembali dan mereka beralih ke pupuk kompos,” ujarnya.

Menurt Yusuf, saat ini petani yang biasanya menggunakan pupuk kimia 150 kilogram sudah berkurang penggunaan pupuk kimianya menjadi 50 kilogram dan menambahnya dengan 1 ton pupuk kompos.

Pupuk kompos produksi BUMDes Lohjinawi dibuat dari kotoran sapi, abu sekam, dan bioaktifator yang diproduksi sendiri dari fermentasi usus ayam. Semua bahan kompos itu diaduk dan ditutup terpal untuk proses fermentasi selama tiga malam.

Kemudian bahan kompos tersebut dikeringkan dan digiling halus agar langsung bisa ditaburkan petani ke lahan pertaniannya. Proses pembuatan pupuk kompos hingga siap untuk dikemas hanya satu minggu.

Kepala Desa Batang Sangir Basuki mengatakan, BUMDes Lohjinawi akan memperluas kebun agrowisata stroberi yang saat ini hanya 2.400 meter persegi menjadi 2 hektar di tahun depan.

“Kami berencana menanam tanaman lokal seperti terong pirus, markisa, dan buah arben untuk menambah keragaman di kebun agrowisata Taman Stroberi, sekarang sedang disiapkan pembibitannya,” katanya.

Saat ini, kata Basuki, dari agrowisata Taman Strobery sudah dapat pemasukan Rp1,5 juta setiap bulan untuk Pendapatan Asli Desa (PADes). Dari pupuk kompos dengan produksi 3 ton per bulan menghasilkan Rp30 juta dan masuk ke PADes Rp6 juta setiap bulan.

“Saat ini walaupun BUMDes baru jalan kurang dari satu tahun, namun hasilnya sudah ada, dari kas Bumdes sudah bisa membelikan sepeda motor dinas untuk kepala desa,” katanya.

Basuki mengatakan, BUMDes Lohjinawi yang terbentuk pada September 2021 dimotori 12 anak muda Desa Batang Sangir. BUMDes sebelumnya di Desa Batang Sangir adalah BUMDes Sumber Rejeki.

“Pengurusnya membubarkan diri dan hampir tidak ada kegiatan dalam tiga tahun terakhir, jadi kami bentuk BUMDes baru dan pengurus baru,” katanya.

Ia berharap setelah agrowisata dan pembuatan pupuk kompos berkembang, Desa Batang Sangir bisa meraih pendapatan yang lebih besar dari BUMDes. Ia menargetkan pada 2024 hasil pendapatan desa dari BUMDes bisa mencapai Rp 500 juta setahun. Sebuah mimpi yang kini mereka wujudkan dengan semangat baja anak muda.

Baca Lainnya