BUMDes

BUMDes Kali Langit: mengembangkan wisata peninggalan Mataram Kuno

BUMDes Kali Langit, Desa Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, mengembangkan wisata edukasi dan sejarah Situs Liyangan. Berkembang menjadi usaha penginapan dan sarana pembelajaran.

Ariyanto Mahardika
BUMDes Kali Langit: mengembangkan wisata peninggalan Mataram Kuno
BUMDes Kali Langit, Temanggung, Jawa Tengah mengembangkan wisata sejarah Situs Liyangan peninggalan Mataram Kuno. Ariyanto Mahardika / Kanal Desa

Mendung tak segera beranjak di sekitar Situs Liyangan, Purbosari, Ngadirejo, Temanggung. Sekolompok siswa berada di dekat pintu masuk situs. Mereka tengah mengerjakan tugas sekolah. "Tak membolos, kami sedang membuat konten sejarah. Tugas sekolah," kata salah satu dari mereka tampak serius.

Situs Liyangan merupakan kompleks bekas permukiman kuno yang diperkirakan dari Abad II sampai Abad IX. Sejumlah benda arkeologis berupa bekas tempat pemujaan, peralatan rumah tangga, bekas area persawahan ditemukan di kawasan ini. Sejak kali pertama digali, sejumlah peneliti menyambangi situs yang berjarak sekitar 25 kilometer atau 45 menit perjalanan dari Kota Temanggung, Jawa Tengah ini.

Menurut halaman Kemendikbud.Go.Id dijelaskan bahwa situs ini merupakan aset sejarah peradaban manusia di Jawa. Keunikannya, menurut ahli arkeologi, usia situs ini diperkirakan lebih tua daripada Candi Borobodur. Peninggalan peradaban masa lalu ini pun menjadi nilai arkeologis yang tinggi yang berada di sekitar lereng timur Gunung Sindoro ini.

Saat ini, di dekat area situs ada kompleks Penginapan Kampung Peradaban dan taman. Berdiri di lahan desa seluas 4.600 meter persegi, terdapat enam unit rumah semi permanen beratap ijuk. Di sela-sela bangunan terlihat jalan batu yang ditata rapi.

“Kamar-kamar tersebut memang disewakan untuk pengunjung. Per malamnya Rp 250 ribu. Ada juga pendapo yang bisa dimanfaatkan untuk pertemuan. Biaya sewanya Rp 350 ribu per hari,” kata Dwi Setyo, pengelola Penginapan Kampung Peradaban.

Penginapan Kampung Peradaban menjadi tempat wisata bernilai sejarah yang dikelola oleh BUMDes Kali Langit di Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah.
Penginapan Kampung Peradaban menjadi tempat wisata bernilai sejarah yang dikelola oleh BUMDes Kali Langit di Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah. Ariyanto Mahardika / Kanal Desa

Setiap unit rumah penginapan itu dilengkapi dengan kamar mandi lengkap dengan pemanas air, serta kamar kecil duduk. Kapasitas setiap unit bisa untuk enam orang. “Ada biaya tambahan sewa untuk penambahan tempat tidur. Kami siapkan jika memang tamu memerlukannya,” kata Dwi.

Kompeks penginapan tersebut selesai dibangun pada 2020. Dibangun secara bertahap baik melalui bantuan pemerintah kabupaten dan pemerintah desa.

“Kalau bangunannya melalui bantuan. Tahap pertama 2018 dan tahap kedua pada 2020, masing-masing Rp 400 juta dan Rp200 juta. Untuk isian seperti tempat tidur, almari, pemanas air itu dianggarkan dari pemerintah desa,” kata Baidilah, Kepala Seksi Pelayanan Desa Purbosari.

Penginapan itu menjadi salah satu unit usaha BUMDes Kali Langit yang berdiri pada 2016 lalu. Baidillah bercerita semula penginapan itu diinisiasi oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) desa setempat. Idenya berawal dari seringnya para peneliti dan wisatawan menyambangi situs di Dusun Liyangan itu.

“Daripada menginap di Temanggung, lebih baik kan kalau ada tempat menginap di desa. Jadi nggak jauh-jauh. Nah, dari pokdarwis kemudian pengelolaan diserahkan kepada BUMDes pada 2020,” katanya.

Situs Liyangan yang berada di Temanggung, Jawa Tengah ini menjadi objek wisata pendidikan bagi peneliti, sejarawan, hingga pelajar. Menjadi modal bagi BUMDes Kali Langit dalam mengembangkan objek wisata berbasis pendidikan dan sejarah.
Situs Liyangan yang berada di Temanggung, Jawa Tengah ini menjadi objek wisata pendidikan bagi peneliti, sejarawan, hingga pelajar. Menjadi modal bagi BUMDes Kali Langit dalam mengembangkan objek wisata berbasis pendidikan dan sejarah. Lokadata / Lokadata

Berdasarkan Situs Liyangan dan Sejarahnya Peradaban Adiluhung di Lereng Gunung dan komik Liyangan Sepenggal Kisah dari Balik Kabut Sindoro, situs tersebut ditemukan oleh penambang pasir pada 2008. Dalam buku yang ditulis Sugeng Riyanto, itu ekskavasi situs kali pertama dilakukan pada 2010, selanjutnya dilakukan pada 2012 dan 2018.

Situs ini menjadi perhatian karena sejumlah temuan arkeologis dalam kondisi utuh akibat tertimbun letusan Gunung Sindoro, yang pada masa lampau disebut Susundara, berabad-abad lalu.

Situs Liyangan yang berada di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Temanggung, ini menjadi aset cagar budaya yang penting. Baik bagi Temanggung maupun nasional karena nilai sejarah masa lalunya. Terlebih bagi BUMDes Kali Langit sebagai modal untuk mengembangkan ekonomi sekaligus wisata edukasi dan sejarah peninggalan Mataram Kuno ini.

Situs Liyangan berdiri sejak masa Mataram Kuno dan diperkirakan lebih tua ketimbang Candi Borobudur.
Situs Liyangan berdiri sejak masa Mataram Kuno dan diperkirakan lebih tua ketimbang Candi Borobudur. Marijke Klokke / Wikipedia

Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid, Situs Liyangan akan terus direstorasi agar menjadi aset bagi negara dengan segala keunikan situs ini.

"Ke depan saya optimis Liyangan bisa menjadi salah satu pesona luar biasa untuk Jawa Tengah dan Indonesia, karena ada banyak hal unik, banyak bagian-bagian di situs ini yang enggak ditemukan di tempat lain," ungkap Hilmar, kepada media.

Situs Liyangan memang memiliki nilai unik dari sisi pembangunan dan teknologi pengetahuaan saat itu. Salah satu bagian yang unik itu adalah jalan lebar yang terletak di ketinggian kompleks.

Sepanjang 2020 Situs Liyangan telah dilakukan beberapa restorasi, khususnya pada bagian talud atau tepi jalan dan kompleks permukiman di masa lalu sebagai jejak rumah penduduk. Termasuk situs untuk tempat peribadatan dan bangunan candi.

"Situs Liyangan ini unik karena ditemukan berbagai macam jenis cagar budaya yang menjadi satu kesatuan," kata Ketua Kelompok Kerja Pemugaran Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Eri Budianto.

Situs Liyangan dinilai unik karena kemampuan pengetahuan dan teknologi saat itu yang dikembangkan masa Mataram Kuno.
Situs Liyangan dinilai unik karena kemampuan pengetahuan dan teknologi saat itu yang dikembangkan masa Mataram Kuno. Ariyanto Mahardika / Kanal Desa

Saat ini, menurut Dwi Setyo mengakui promosi penginapan Penginapan Kampung Peradaban memang perlu digenjot agar wisatawan yang menginap juga bertambah. “Memang belum banyak yang tahu setiap bulan kadang bisa sepuluh orang, kadang juga dua orang. Tapi Agustus lalu, pengipanan itu full selama beberapa hari,” katanya.

Baidillah menerangkan pemerintah desa setiap tahun masih menganggarkan dana untuk mengembangkan BUMDes ini agar semakin berkembang. Anggaran diberikan secara bertahap sejak tahun 2016 hingga 2021. Pada tahun 2016 sebesar Rp 50 juta, 2017 sebesar Rp 38 juta, 2018 sebesar 20 juta, 2019 sebesar Rp 20 juta, 2020 sebesar 20 juta, dan di tahun 2021 sebesar Rp 30 juta.

Anggaran ini sangat membantu dalam usaha mengembangkan BUMDes Kali Langit. Terlebih untuk pembangunan sarana dan prasarana unit usaha, seperti toko minimarket yang menjual aneka kebutuhan warga sekitar.

“Antara usaha BUMDes dan usaha milik warga juga harus saling menjaga,” kata Baidillah penuh semangat.

Menurut Direktur BUMDes Kali Langit, Sutrisno, sepanjang 2021 BUMDes Kali Langit meraih pendapatan sebesar Rp 12,5 juta. Selain penginapan, BUMDes ini juga mempunya unit usaha lain, seperti peternakan kambing namun belum optimal.

"Angka 12,5 juta rupiah itu di masa pandemi dan disisihkan juga bagi pemasukan pendapatan asli desa," katanya. Selain itu, pendapatan ini digunakan untuk keperluan perawatan dan pengembangan Kampung Peradaban.

Sutrisno baru menjabat satu tahun dan ingin BUMDes Kali Langit semakin berkembang. Saat ini dikelola oleh tujuh orang dan sekuat tenaga meningkatkan kualitas layanan dan pengembangan wisata ke depan. "Kami akan berbenah," katanya optimis.

Baca Lainnya