BUMDes

BUMDes Japan: memasarkan kopi sampai merintis ekosistem wisata alternatif di kawasan Muria

BUMDes Tunggak Jati Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, mulai merintis ragam usaha. Dari pengolahan dan penjualan kopi, internet, sampai wisata desa.

Noor Syafaatul Udhma
BUMDes Japan: memasarkan kopi sampai merintis ekosistem wisata alternatif di kawasan Muria
Barista BUMDes Japan, Saiful Muad, menyiapkan sajian kopi untuk pengunjung pada Gebyar UMKM Kudus, September lalu. Noor Syafaatul Udhma / Kanal Desa

Aroma kopi menguar saat Syaiful Muad menyeduh kopi Japan dengan air panas. Semerbak harum kopi menyergap indra penciuman siapa saja yang berada di dekat stan BUMDes Tunggak Jati di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus pada (17/9). BUMDes milik Desa Japan, Kecamatan Daweini saat itu sedang mengikuti pameran dalam rangka HUT ke-474 Kabupaten Kudus bersama puluhan desa lain di Kabupaten Kudus.

Siang itu, sekira pukul 12.00, Saiful Muad selesai menyeduh kopi. Dia pun menghidangkan kopi racikannya kepada Direktur BUMDes Tunggak Jati, Ahmad Khakim Sulistiyono dan anggota BUMDes bernama Andika Arfiana. “Ini lho kopi Japan kualitas terbaik. Yang meracik barista andal,” kata pria yang biasa dipanggil "Bejo" ini usai meneguk kopi buatan Muad. Andika dan anggota lainnya mengangguk-angguk. “Meski sama-sama dari kawasan Muria, cita rasa kopi Japan berbeda dengan kopi yang lain. Sebab pengolahannya memang berbeda,” imbuh Bejo .

Salah satu penentu mutu dan cita rasa kopi, kata Bejo, yakni kualitas panen kopi. Selain itu proses pascapanen. “Peranan paling besar yakni pada proses pascapanen petik merah (buah kopi yang sudah merah). Lebih berat, rasa lebih mantap,” katanya sambil memegang cangkir berisi kopi seduhan Muad. Muad yang berada di samping Bejo mengangguk-angguk setuju.

Sebagai warga Japan, Bejo (38) bangga dengan kualitas kopi dari Desa Japan. Tak heran, melalui BUMDes Tunggak Jati, Bejo dan anggotanya fokus mempromosikan kopi Japan dengan bekerja sama dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Saat ini sudah ada 30 UMKM yang bekerja sama dengan BUMDes Tunggak Jati. “Dengan rincian 20 produk kopi dan 10 produk makanan,” katanya. Bejo yakin, ke depan, jumlah produk kopi dari Desa Japan semakin bertambah.

Saat ini, BUMDes Tunggak Jati sedang membangun galeri. Galeri itu kelak akan digunakan untuk memajang produk UMKM warga Japan, baik kopi maupun produk lain, seperti olahan pamelo, vanili, hingga parijoto. “Masih proses pembangunan,” terangnya.

Produk-produk UMKM itu dipromosikan melalui dua sistem yakni offline dan online lewat marketplace. “Kami juga mengikuti pameran. Ini dalam rangka mengenalkan produk dari Desa Japan seperti pameran seperti saat ini. Jika ada beli, itu bonus,” papar Bejo sambil memperlihatkan beberapa produk kopi Japan.

Bejo (kiri) dan Andika (kanan) memamerkan produk-produk kopi dari UMKM di Desa Japan saat gelaran Gebyar UMKM Kudus pada September 2023.
Bejo (kiri) dan Andika (kanan) memamerkan produk-produk kopi dari UMKM di Desa Japan saat gelaran Gebyar UMKM Kudus pada September 2023. Noor Syafaatul Udhma / Kanal Desa

Agar nilai ekonomi kopi Japan meningkat

Biji-biji kopi itu masih dijemur di samping galeri BUMDes Tunggak Jati pada (17/9) sore. Kopinya tampak sudah mengering, tetapi belum terpisah dari kulitnya. Setelah pengeringan, kopi-kopi itu akan dimasukkan ke sebuah alat pemisah biji dan kulit kopi. “Ini kualitasnya tidak begitu bagus. Sebab biji kopi yang dipanen memang masih muda,” kata Bejo sambil mengambil biji kopi.

Di dekat penjemuran kopi, terlihat bak air. Andika (24), salah satu anggota BUMDes Tunggak Jati mengatakan, bak itu untuk proses full washed yakni proses pemisahan biji kopi dan kulitnya.

Andika mengatakan, biji kopi yang sudah dipetik akan dimasukkan ke dalam bak air untuk proses full washed. “Biji-biji yang mengapung akan dibuang karena menandakan kopi tersebut cacat,” tutur Andika sambil menyerok kopi di dalam kolam untuk proses full washed tersebut. “Nah kalau yang ini kopinya bagus,” katanya sambil memperlihatkan biji kopi berukuran besar.

Syaiful Muad, barista dari BUMDes Japan, membikin kopi untuk pengunjung pada gelar Gebyar UMKM Kudus, September 2023 lalu.
Syaiful Muad, barista dari BUMDes Japan, membikin kopi untuk pengunjung pada gelar Gebyar UMKM Kudus, September 2023 lalu. Noor Syafaatul Udhma / Kanal Desa

Bejo mengatakan, Desa Japan mampu menghasilkan 200 ton biji kopi per tahun. Sayang, biji kopi yang dihasilkan para petani belum terkelola dengan baik. Sebab para petani menjual biji kopi kepada tengkulak dengan harga murah. Padahal jika dikelola dengan baik, kopi Japan bisa dihargai Rp160 ribu per kg (petik merah full washed), sedangkan saat ini petani menjual Rp42.500 per kg dalam bentuk (green bean).

Bejo mengatakan, hal ini terjadi karena petani ingin cepat menjual biji kopinya. Sehingga tidak memedulikan proses dan pengolahannya. Selama ini, kata Bejo, tengkulak besar mengambil kopi Japan dari petani lantas diangkut ke Temanggung. “Nah para tengkulak ini mendapatkan harga yang murah dari petani. Petani merasa senang karena panennya laku dengan harga sesuai,” jelas Bejo lantas meneguk kopi Japan buatan Muad.

“Ini yang akan menjadi fokus kami selanjutnya: mengedukasi petani jika harga tersebut sangat murah,” terangnya.

Bejo mengatakan, keresahan kedua yakni petani belum bisa memproses dan mengolah biji kopi. Padahal jika petani bisa mengolah biji kopi sendiri, maka harga jual akan jauh lebih tinggi. Tentu saja hal ini akan berpengaruh dengan pendapatan mereka. “Para petani ini ingin cepet-cepet. Cepet cepet panen, cepet-cepet dikeringkan, lalu cepet-cepet dijual. Akibatnya proses pengolahan biji kopi hanya ala kadarnya,” terangnya.

Untuk itu, BUMDes Tunggak Jati ingin mengedukasi petani agar mengolah biji kopi agar harganya semakin tinggi. Tak hanya itu BUMDes juga memiliki inisiatif untuk memotong kompas tengkulak. Bejo mengaku sudah berkoordinasi dengan BUMDes Megamendung Jaya agar membantu mengekspor kopi Japan. Hal itu, kata Bejo, disambut baik oleh BUMDes Megamendung Jaya. “Kebetulan, kami ikut pelatihan yang diadakan oleh PT Djarum. Di pelatihan itulah kami bertemu dengan BUMDes Megamendung Jaya. Target kami bisa memotong kompas tengkulak,” terangnya.

Bejo memperlihatkan biji kopi dari Japan, yang semestinya bisa berpotensi bernilai ekonomi lebih tinggi.
Bejo memperlihatkan biji kopi dari Japan, yang semestinya bisa berpotensi bernilai ekonomi lebih tinggi. Noor Syafaatul Udhma / Kanal Desa

Bejo berharap dengan memotong kompas dan sistem pengolahan yang benar, petani akan diuntungkan. Selain memotong kompas, Bejo juga ingin agar BUMDes Tunggak Jati memiliki brand kopi Japan sendiri. Tentu saja dengan kopi kualitas terbaik. “Kami perhatikan mulai dari pemetikan, pengolahan hingga packaging. Kami juga ada target ingin memproduksi kopi tanpa ampas,” paparnya.

Tak hanya kopi Japan, jeruk pamelo juga diserbu tengkulak yang selanjutnya dipasarkan ke Jakarta, Kalimantan, hingga Bali. “Belum panen, tengkulak sudah membeli pamelo petani. Petani tentu saja senang karena belum panen sudah dibayar. Padahal kalau dijual sendiri atau diolah harganya juga jauh lebih mahal,” jelasnya.

Selain memasarkan produk UMKM, ke depan BUMDes juga akan memfasilitasi perizinan, PIRT, hingga BPOM. “Bagi warga yang belum memiliki usaha, BUMDes akan membantu agar warga bisa memaksimalkan potensi dengan membuat usaha. Misalnya ternak kambing milik warga, tetapi dikelola oleh BUMDes,” kata Bejo.

Usaha lain yang dikelola BUMDes yakni sewa gedung (aula Balai Desa Japan) dengan kapasitas 150 orang. Gedung ini bisa digunakan untuk acara meeting, gathering, hingga acara penting lainnya seperti pernikahan.

Tak hanya itu BUMDes Tunggak Jati juga akan mengembangkan program internet desa. Tujuannya untuk memudahkan pembayaran dan mencerdaskan masyarakat desa. “Kami akan memaksimalkan transaksi nontunai. Warga bisa membayar pajak, pembelian voucher, hingga top up di marketplace lewat kami,” tuturnya.

Selain itu, pihaknya juga akan mengembangkan kafe yang kelak akan ditempatkan di atas galeri UMKM. “Bawah tempat promosi produk UMKM, atas kafe. Pokoknya asyik,” kata Bejo sambil menunjukkan bagian atas gedung galeri UMKM.

BUMDes juga akan mengelola Pamsimas. Sebab hingga saat ini di Desa Japan belum ada manajemen air. Dengan adanya pamsimas, kebutuhan air warga menjadi lebih mudah.

Terbentuk pada Juni 2022, BUMDes Tunggak Jati akhirnya resmi berbadan hukum dengan nomor badan hukum: AHU-08342.01.33 pada 31 Oktober 2022. Terbentuknya BUMDes Tunggak Jati ini tak lepas dari peran Kades Japan Sigit Tri Harso, PT Djarum, dan Pemkab Kudus melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD). Selain itu, peran Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kemendesa PDTT juga sangat sentral dalam membantu advokasi permodalan dan regulasi untuk BUMDes Japan ini.

Bejo mengaku, Kades Japan terus mendukung hadirnya BUMDes Tunggak Jati. “Kalau pemdes dan BUMDes kompak kan enak. Visi, misi, dan arah tujuannya jelas,” kata Bejo. PT Djarum, kata Bejo, juga membantu dalam hal pelatihan. Selain itu PT Djarum juga memberi pendampingan hingga konsultasi gratis. “Jujur ini sangat membantu kami yang baru merintis BUMDes. Bahkan sampai sekarang kami masih konsultasi dengan tim pnedamping,” tuturnya.

BUMDes Tunggak Jati didampingi oleh PT Djarum selama setahun sejak Juli 2022 sampai Juni 2023. BUMDes didampingi untuk merencanakan usaha, mendirikan BUMDes, sampai memulai operasionalisasi bisnis.

Pemkab Kudus juga membantu mempromosikan produk UMKM Desa Japan. Salah satunya dengan mengajak BUMDes Tunggak Jati mengikuti pameran di Brebes dalam rangka HUT Jateng ke-78.

Sigit Tri Harso, Kepala Desa Japan, selalu mendukung ikhtiar BUMDes Tunggak Jati dan kelompok wisata di desa untuk memajukan produk UMKM dan wisata di Desa Japan.
Sigit Tri Harso, Kepala Desa Japan, selalu mendukung ikhtiar BUMDes Tunggak Jati dan kelompok wisata di desa untuk memajukan produk UMKM dan wisata di Desa Japan. Noor Syafaatul Udhma / Kanal Desa

Kades Japan Sigit Tri Harso mengaku memang mendukung hadirnya BUMDes Tunggak Jati. Dia bersama dengan Bejo, Andika, serta anggota BUMDes lain memang ingin agar desa memiliki wadah bagi produk UMKM Desa Japan. Dengan hadirnya BUMDes, maka produk-produk UMKM bisa dipasarkan bersama. Selain itu BUMDes juga mengembangkan kelompok UMKM untuk meningkatkan perkonomian masyarakat serta menciptakan kemandirian keuangan desa.

Sigit mengaku, pada 2022, pihaknya BUMDes Tunggak Jati mendapat modal sebesar Rp 100 juta untuk membangun galeri UMKM. Pada 2023, mendapat anggaran Rp 100 juta khusus untuk pengembangan internet desa.

Alternatif wisata di kawasan Muria

Udara sejuk langsung menyergap sesampainya di Desa Japan. Desa yang berada di Kecamatan Dawe ini memang menjadi desa tertinggi di Kabupaten Kudus dengan ketinggian kurang lebih 700 mdpl hingga 900 mdpl. Desa ini memiliki luas wilayah 317 hektar. Nyaris sepertiga luas wilayah desa ini merupakan area perkebunan kopi. Selebihnya warga menanam jeruk pamelo, parijoto, dan tanaman lainnya. Secara alam dan potensi wisata lain, Desa Japan ini sangat berpotensi untuk menjadi wisata alternatif di kawasan Muria.

Desa ini juga memiliki daya tarik wisata alam dan religi seperti komplek Rejenu, Air Tiga Rasa, Air Terjun Montel, Puncak Argo Piloso, Makam Syeh Sadzali, Guyangan Camping Ground, makam Mbah Suro Gonjo, air terjun Kedung Paso, dan punden Nyi Wandansari. Di Desa Japan juga ada wisata kuliner seperti Warung Moro-Miri, kedai kopi Watu Obonk, dan restoran dan kafe Jembangan.

Guyangan Camping Ground, salah satu lokasi wisata alam di Desa Japan yang belum terkelola maksimal. BUMDes, bersama kelompok wisata di Desa Japan ingin menyorong agar lokasi wisata ini semakin dikenal oleh masyarakat Kudus dan sekitar.
Guyangan Camping Ground, salah satu lokasi wisata alam di Desa Japan yang belum terkelola maksimal. BUMDes, bersama kelompok wisata di Desa Japan ingin menyorong agar lokasi wisata ini semakin dikenal oleh masyarakat Kudus dan sekitar. Syaiful Muad / BUMDes Japan

Bejo mengaku potensi di Desa Japan sangat banyak. Untuk itu BUMDes membuat paket wisata di Japan. Paket wisata itu terdiri dari paket wisata Jelajah Mutiara Japan, edukasi jeruk pamelo Japan, edukasi kopi Japan, edukasi vanili Japan, edukasi membatik, hingga paket susur Rejenu dan Air Tiga Rasa.

“Kami bekerja sama dengan kawan-kawan desa wisata untuk membuat paket wisata ini,” terangnya.

Bejo mengaku, paket wisata ini sudah komplet. Misalnya paket edukasi kopi Japan akan ada tari wiwit kopi. Kalau edukasi membatik ada tari tari pethik kopi. “Semuanya lengkap dengan kunjung dan edukasi masing-masing paket, kuliner, snack, suvenir, hingga tour guide,” kata Bejo.

Bejo mengaku, baru-baru ini kedatangan rombongan dari PT Djarum hingga Deputi Bidang Koordinasi Parekraf. Rombongan ini datang ke Japan untuk menikmati paket wisata. “Mulai dari petik biji kopi, pengolahan biji kopi, hingga petik pamelo,” tuturnya.

Sayang sarana, prasarana, serta infratruktur kurang mendukung. Akibatnya potensi-potensi itu tidak tergarap dengan baik.

Kades Japan Sigit Tri Harso mengatakan, infrastruktur untuk menunjang potensi di Desa Japan memang masih kurang. Mulai dari akses hingga lampu penerangan jalan umum (LPJU). Salah satu contohnya di sepanjang jalan menuju wisata Rejenu atau makam Syekh Sadzali belum ada penerangan. “Ada PLTS, tetapi tidak optimal. PLTS itu pun bantuan dari gubernur. Jadi masih ada beberapa ratus meter yang memang belum terjangkau listrik. Padahal banyak wisatawan ke Makam Syeh Sadzali dan pendaki yang mau ke puncak Argo Piloso,” tuturnya.

Kawasan Rejenu pada malam hari hanya teraliri listrik seadanya dari panel surya. Potensi wisata ini saat ini menjadi belum maksimal.
Kawasan Rejenu pada malam hari hanya teraliri listrik seadanya dari panel surya. Potensi wisata ini saat ini menjadi belum maksimal. Muhammad Nafi' / Kanal Desa

Sigit menambahkan, infrastruktur ke Goa Jepang juga kurang memadai. Tak heran hingga kini pihaknya belum membuka wisata ke sana. “Namun, tour guide-nya sudah ada,” paparnya.

Dia mengaku, saat ini BUMDes sedang proses kerja sama dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati untuk pengembangan wisata. “Nantinya kami akan mengelola ticketing ke beberapa objek wisata seperti Air Tiga Rasa. Saat ini masih proses,” jelas Sigit.

Untuk infrastruktur air tiga rasa, Sigit mengaku sudah ada perbaikan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). “Jadi lumayan baik,” tuturnya.

Kendati demikian, infrastruktur yang lain juga perlu diperbaiki. Sebab akses menjadi salah satu penentu kelangsungan unit usaha yang dikelola BUMDes Tunggak Jati. Selain itu, infrastruktur yang bagus juga akan berdampak pada perekonomian warga. “Kami berharap Pemkab Kudus dan PT Djarum terus mendampingi dan membantu proses perkembangan BUMDes Tunggak Jati. Harapan kami, BUMDes Tunggak Jati kuat, kokoh, dan jangkauannya luas, seperti namanya tunggak jati atau akar Jati yang kokoh dan mampu bertahan lama,” harapnya.

Baca Lainnya

Kopi Muria, potensi besar yang belum tergarap maksimal
Desa

Kopi Muria, potensi besar yang belum tergarap maksimal

Desa-desa di kawasan Gunung Muria, Kabupaten Kudus, menghasilkan kopi yang cukup besar. Namun, kendala berupa sistem ijon, kelembagaan, sampai pengolahan kopi masih menghambat petani untuk merasakan manfaat ekonomi yang lebih besar.

Islakhul Muttaqin