BUMDes

Air Kehidupan Di Kaki Gunung Rinjani

Desa Lendang Nangka melewati krisis air bersih dan wabah kolera yang mengancam. Dengan semangat kebersamaan dan mimpi perubahan mereka menyalakan lilin perubahan.

Maharani
Air Kehidupan Di Kaki Gunung Rinjani
Sumber mata air di Desa Lendang Nangka, Lombok menjadi sumber kehidupan sekaligus pendapatan ekonomi warganya. Maharani / Kanal Desa

Lanskap Gunung Rinjani membentang bak kanvas menyigi langit biru. Bagi siapapun, Rinjani seolah menjadi rumah yang menyedot para pendaki. Sementara bagi warga lokal, Rinjani adalah gunung yang telah memberi kehidupan secara turun temurun.

Di pagi yang mencubit kulit itu, kehidupan masyarakat di Desa Lendang Nangka berjalan seperti biasanya. Orang-orang pergi ke sawah. Sebagian terlihat sibuk melakukan pembibitan sayuran. Warga larut dengan kegiatan rutin sehari-hari di musim kemarau tahun ini. Desa Lendang Nangka berada persis di kaki Gunung Rinjani. Sebuah desa yang memiliki keindahan paripurna.

“Kami masih bisa menanam padi walaupun musim kemarau” ungkap Amaq Toni, salah satu warga Lendang Nangka yang menjadi pelanggan PAMDes. Pemuda warga Lendang Nangka yang berprofesi sebagai petani ini menjelaskan, warganya bisa bercocok tanaman sepanjang musim, sekalipun memasuki musim kemarau tahun ini. Desa ini memiliki delapan mata air besar dan lebih dari 10 mata air yang kecil-kecil. Keberadaan mata air ini menjadi urat nadi yang tak pernah putus bagi kehidupan warga Lendang Nangka.

Pengelolaan air di desa ini punya riwayat panjang dan berlangsung sejak tahun 1976. Saat itu, desa ini mendapatkan bantuan dari UNICEF untuk mengatasi distribusi air bersih. Namun, bantuan ini terbatas seiring dengan tumbuhnya kebutuhan warga. Pada tahun 2002, Pemerintah Desa Lendang Nangka kemudian mendirikan lembaga pengelolaan air bersih, Badan Pengelola Air Minum Desa (PAMDes) Asih Tigasa.

“Asih Tigasa adalah nama salah satu mata air di desa ini. Artinya ada tiga rasa,” kata Mamiq Supratman, salah satu inisiator PAMDes Asih Tigasa. Menurutnya, masyarakat percaya, mata air di desa ini memiliki tiga rasa, manis, asin, dan tawar. Sejak itu, PAMDes ini pun terus melayani kebutuhan masyarakat desa.

Masyarakat Lendang Nangka kini menikmati aliran air secara merata. Peranan BUMDes Lentera menjadi kunci dalam pengelolaan manajemen air warga.
Masyarakat Lendang Nangka kini menikmati aliran air secara merata. Peranan BUMDes Lentera menjadi kunci dalam pengelolaan manajemen air warga. Maharani / Kanal Desa

Sejarah Pembentukan PAMDes

Malam itu, Rabu 6 Juli 2022, Saya bertemu di Berugaq Sekepat atau saung khas Lombok, milik Mamiq Supratman. Di sana, hadir juga para pendiri PAMDes yang dikenal dengan Tim 9. Mamiq Supratman, sekaligus menjabat sebagai Kepala Wilayah Pedalaman Lauq Desa lendang Nangka. Secangkir kopi Lombok yang panas menghangatkan suasana malam itu. Sembari mereka menuturkan sejarah terbentuknya PAMDes Asih Tigasa Lendang Nangka.

“Saat itu Desa Lendang Nangka mengalami krisis air yang cukup parah. Kondisi semakin berat karena dilanda wabah kolera,” ingat Mamiq Supratman mengingat kondisi tahun 70’an di desanya. Tokoh masyarakat bersama pemerintahan desa waktu itu berpikir keras bagaimana mencari solusi atas wabah dan krisis ini.

Beruntung, mereka segera mendapatkan bantuan dari UNICEF melalui bantuan pipa sebanyak 150 pipa. Dan juga beberapa bahan bangunan untuk pembuatan bak penampung.

Dengan semangat baja dan mental gotong royong, warga bahu membahu memasang pipa hingga ke rumah warga. Mata Air Asih Tigasa menjadi hulu untuk memasok air sejauh 1,5 kilometer dan mengatasi persoalan air bersih.

Namun, pipanisasi air bersih ini ternyata hanya mengatasi masalah permukaan saja. Masalah timbul seiring dengan distribusi air yang tidak merata. Warga yang tinggal di kawasan ketinggian seringkali kekurangan air. Sementara warga yang tinggal di bawah air malah meluap berhari-hari. Kondisi ini pun memicu gejolak masyarakat yang semakin memanas.

Saat itu, pemerintah desa, tokoh masyarakat dan Dinas Dinas Pemukiman dan prasarana wilayah (Kimpraswil) Lombok Timur berkumpul untuk mencari solusi. Mereka sepakat, untuk memasang Water Meter atau WM agar pemakaian air lebih terukur dan tercatat. Kesepakatan ini menjadi titik terang dalam mengatasi konflik distribusi air yang lebih terukur dan tercatat. Bantuan dari Dinas Kimpraswil Kabupaten Lombok Timur sebanyak 280 ini ditambah 220 unit dari hasil swadaya masyarakat

Sejak November 2002 pengelolaan air ini diserahkan ke pihak Desa dan berdirilah lembaga Pengelola Air Minum Desa (PAMDes) Asih Tigasa yang dipimpin oleh Haji M. Tahir, seorang pensiunan guru sekolah dan tokoh masyarakat Lendang Nangka.

Pengelola Air Minum Desa (PAMDes) Asih Tigasa menerapkan tarif biaya air minum lebih murah ketimbang PDAM. Sehingga warga bisa lebih menikmati distribusi akses air bersih secara merata.
Pengelola Air Minum Desa (PAMDes) Asih Tigasa menerapkan tarif biaya air minum lebih murah ketimbang PDAM. Sehingga warga bisa lebih menikmati distribusi akses air bersih secara merata. Maharani / Kanal Desa

Tumbuh Menjadi BUMDes

Musyawarah menjadi urat nadi dalam setiap pengambilan keputusan di desa ini. Warga dan juga pemerintah desa terus memperkuat keputusan mereka dengan mengeluarkan berbagai peraturan, melalui surat Nomor 2 Tahun 2005 tentang penetapan tarif biaya air minum dan Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Pendirian Badan Usaha Milik Desa Sektor Pengelolaan Air Minum.

Dua peraturan ini juga turut memperkuat pendirian BUMDes Lentera sebagai cikal bakal berikutnya bagi perkembangan Desa Lendang Nangka. BUMDES Lentera berdiri pada 2 Januari 2015 untuk memperkuat kemajuan desa. Sejak itu, pengelolaan air bersih menjadi salah satu unit BUMDes Lentera.

Sampai saat ini, pengelolaan air bersih melalui BUMDes Lentera sudah mampu melayani 5 dusun dengan jumlah pelanggan sebanyak 1005 sambungan rumah (SR). Sedangkan 5 dusun lainnya memanfaatkan mata air kecil di sekitarnya. Dan membentuk Badan Pengelola Air Minum Dusun.

Tak hanya itu, pengurus BUMDes juga melibatkan pengurus masjid untuk memperkuat basis persaudaraan dan kekeluargaan desa. Masjid menerima manfaat dari bagi hasil sekaligus ruang sentra informasi dari kegiatan BUMDes Lentera. Biasanya, pertemuan dilakukan setiap hari Jumat Minggu terakhir bulan. Di masjid inilah semua laporan pemasukan dan penggunaan dari keuangan BUMDes dilaporkan, khususnya terkait dengan pengelolaan air. Sehingga hal inilah yang menjadikan salah satu spirit bagi masyarakat Lendang Nangka untuk menjaga dan memelihara air di desanya.

“Jadi warga tetap bisa menjaga dan memelihara air di desanya,” kata Lalu M. Isnaini Kepala Desa Lendang Nangka menambahkan. Menurutnya, setiap kegiatan selalu dilakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring dengan semangat partisipatif dan musyawarah desa sehingga bisa berjalan dengan baik dan mengurangi konflik.

Adapun, pengelolaan air ini dilakukan melalui, satu pengubahan tata cara pemanfaatan air dari kondisi tanpa pengelolaan menjadi teratur dan terkelola sehingga distribusi air bersih adil dan merata, dua pemberlakuan iuran pemanfaatan air yang diukur dengan menggunakan Water Meter (WM), tiga pemberlakuan tarif air yang terjangkau oleh kelangan masyarakat prasejahtera, empat pengaturan pasokan air yang memadai untuk sektor pertanian dan perkebunan dan berbagai usaha untuk mendorong perekonomian serta, lima menjaga kelestarian daerah tangkapan air.

BUMDes Lentera berhasil menyediakan air bersih dan menawarkan tarif air yang lebih murah ketimbang PDAM.  Kunci kemudahan akses air bersih bagi masyarakat.
BUMDes Lentera berhasil menyediakan air bersih dan menawarkan tarif air yang lebih murah ketimbang PDAM. Kunci kemudahan akses air bersih bagi masyarakat. Kanal Desa / Lokadata

Menebar Inspirasi


Tidak seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), tarif yang disepakati oleh BUMDES Lentera sangat murah. Tarif air per meter kubik ditentukan berdasarkan kesepakatan lembaga desa bersama tokoh masyarakat melalui musyawarah. BUMDes tidak mematok keuntungan, yang terpenting air dapat terdistribusi secara merata. Penetapan tarif hanya diperkuat dengan Keputusan Kepala Desa Lendang Nangka Nomor 2 Tahun 2015. Adapun komponen yang harus dibayar adalah biaya pemeliharaan sebesar 1.000 rupiah, biaya administrasi 500 rupiah dan biaya per meter kubik yaitu 200 rupiah. Sebagai perbandingan, PDAM Kabupaten Lombok Timur mematok tarif air per meter kubik, sebesar Rp 5000.

Selain itu, keberadaan Masjid Darusalam Lendang Nangka juga mendapatkan pemasukan dana dari pendapatan BUMDes ini. Dengan nilai sebesar 40 persen, sisanya 20 persen untuk Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Keuangan Desa (APPKD), 30 persen untuk insentif pengelola, dan 10 persen biaya administrasi.

BUMDes Lentera terus tumbuh dengan unit usaha pengelolaan air ini. Pada tahun 2015 yang lalu, BUMDes ini mengembangkan unit usaha tambahan, yaitu usaha simpan pinjam dengan tambahan modal dari sharing pendapatan unit pengelolaan air sebesar Rp 102 juta. Selain jasa simpan pinjam, BUMDes Lentera juga memiliki usaha jasa lain, seperti sewa kios yang merupakan aset pemerintah desa.

BUMDes Lentera, Lendang Nangka, Lombok Timur telah memberikan dampak positif bagi warga desanya. Distribusi air yang lebih merata dan lancar, sarana mandi cuci kakus yang berfungsi dengan baik, teratasinya konflik akibat kesenjangan akses air, pemberlakuan iuran air secara terukur, hingga mendukung pengembangan ekonomi lokal. Keberadaan BUMDes Lentera ini dinilai telah berkontribusi pada upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SGDs) atau tujuan – tujuan pembangunan berkelanjutan, tentang akses air bersih dan sanitasi.

“Semua lembaga dan tokoh masyarakat harus terlibat dan berembuk,” kata M. Isnaini menjelaskan kunci keberhasilan BUMDes ini. Menurutnya, perubahan di Desa Lendang Nangka memang tak semudah membalikan tangan. Warga telah belajar banyak dan melewati berbagai kesulitan dengan kebersamaan Dengan semangat mimpi perubahan, mereka terus menyalakan lilin, dan menebar inspirasi bagi desa lainnya di Nusa Tenggara Barat.

Baca Lainnya

Tak Lagi Sulit Air Bersih
BUMDes

Tak Lagi Sulit Air Bersih

BUMDes Karangrejek mengelola air bersih di Desa Karangrejek, Gunungkidul. Berhasil memasok ketersediaan di tengah wilayahnya yang kering dan tandus.

Ahmad Yunus