BUMDes

Secuil Surga Di Desa Bantar Agung

Desa Bantar Agung diberkati dengan kekayaan sumber alam Gunung Ciremai. Menjadikan desa wisata ini kental dengan nilai lingkungan dan budaya.

Ahmad Yunus
Secuil Surga Di Desa Bantar Agung
Panorama sawah terasering menjadi magnet bagi pengembagan desa wisata Bantar Agung, Kabupaten Majalengka. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Lapisan sawah terasering terlihat seperti karpet menghijau. Berundak-undak mengikuti galur bukit sepanjang mata memandang. Di lembah pesawahan terlihat air sungai yang mengalir deras. Jernih dan menyejukan. Beberapa saung atau gazebo kecil berdiri sebagai tempat peristirahatan pengunjung.

Kawasan pesawahan ini berada di Desa Bantar Agung, Kabupaten Majalengka. Desa yang berada di hulu Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Area sawah terasering ini mengingatkan pada pesawahan yang berada di Ubud, Pulau Bali.

Keunikan sawah terasering ini semakin populer sebagai tujuan wisatawan di Majalengka. Tak salah jika potensi ini menjadi salah satu yang kini dikembangkan oleh Desa Bantar Agung untuk mendukung statusnya sebagai desa wisata.

“Di sini juga udaranya masih bersih. Jadi sangat nyaman buat pengunjung,” ujar Albar, pemuda Desa Bantar Agung. Sehari-hari, Albar berperan sebagai penanggung jawab media sosial Desa Bantar Agung sekaligus anggota kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Bantar Agung.

Albar sudah tiga tahun ini bekerja di Desa Bantar Agung. Sebelumnya, ia bekerja di Cikeas mengelola sebuah villa. “Pandemi membuat saya pulang kampung dan mengembangkan desa wisata ini,” ujarnya bangga.

Desa Bantar Agung mengembangkan area sawah organik seluas 3 hektar. Menjadi contoh pengembangan sawah yang lebin ramah lingkungan.
Desa Bantar Agung mengembangkan area sawah organik seluas 3 hektar. Menjadi contoh pengembangan sawah yang lebin ramah lingkungan. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Menguatkan Peranan BUMDes

Albar memang tak sendirian. Dari kalangan anak muda hingga orang tua desa berbenah agar mereka siap menyambut para wisatawan. Termasuk melibatkan peranan BUMDes Agung Mandiri yang berdiri sejak tahun 2014. BUMDes Agung Mandiri menjadi motor untuk mengelola berbagai potensi usaha ini. Mulai dari jasa perdagangan, UMKM, dan pariwisata.

“Kita libatkan semua agar kesadaran masyarakat semakin siap. Termasuk dukungan dari pemerintahan desa,” ujar Direktur BUMDes Agung Mandiri, Kardawi.

Tak mudah menjadikan Desa Bantar Agung sebagai desa wisata. Menurutnya, desa wisata bukan sekedar menjual keindahan alamnya saja. Tapi juga harus memiliki nilai berbeda. Baik dari sisi budaya maupun kehidupan warganya.

“Keberadaan sawah terasering sebagai sumber edukasi pangan menjadi nilai tambahnya,” ujar Kardawi menjelaskan.

Kehidupan Desa Bantar Agung memang lekat dengan nilai tradisional Sunda. Pengaruh kultur Kacirebonan masih menjadi obor bagi kehidupannya. Termasuk pola pertanian yang masih menjaga nilai tradisi, seperti penggunaan kerbau untuk membajak sawah. Apalagi, saat ini di Desa Bantar Agung tengah mengembangkan padi organik hasil dampingan dari Bank Indonesia wilayah Cirebon.

“Pangan dan lingkungan yang sehat ini yang menjadikan petani merdeka,” ujar pengurus kelompok tani organik Bantar Agung, Kusaeri. Lahan padi organik ini berada di Ciboer dengan luas sekitar tiga hektar. Tahun 2022, masyarakat dan tokoh pemerintahan melakukan panen perdana padi organik. Hasilnya, cukup memuaskan dan bisa menghasilkan hingga 4.5 ton gabah kering.

“Dengan sistem organik hasilnya hampir sama dengan sawah dengan pupuk kimia,” ujar Kardawi.

Keberadaan sawah organik ini ibaratnya menjadi jantung baru yang memompa keindahan terasering Bantar Agung. Di tahun 2023 ini, kelompok petani, pemerintahan desa, dan pelaku pariwisata menjadikan area ini sebagai magnet penambah nilai desa wisata Bantar Agung. Mulai mendirikan area gazebo sebagai tempat pertemuan, area peternakan, hingga sajian kuliner nasi liwet organik.

“Ini yang menjadi pembeda dengan desa wisata lainnya,” ujar Kepala Desa Bantar Agung, Samhari menambahkan.

Nama Desa Bantar Agung melejit pada tahun 2017 pada ajang Anugerah Pesona Indonesia.
Nama Desa Bantar Agung melejit pada tahun 2017 pada ajang Anugerah Pesona Indonesia. Lokadata / Lokadata

Nama Desa Bantar Agung melejit pada tahun 2017 saat menyabet juara ketiga di ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) di Jakarta. Dikenal sebagai “Surga tersembunyi terpopuler.” Sejak itu, desa ini pun menjadi objek tujuan wisatawan. Sekalipun masyarakat dan daya dukungnya belum siap. Tak pelak jika pada tahun 2019, kunjungan wisatawan ke sini mencapai 500 ribu orang.

“Dampak pariwisata juga harus diperhatikan, bising suara, sampah, sumbangsih buat masyarakat seperti apa. Itu harus kita perhatikan juga, “ ujar Kepala Desa Bantar Agung, Samhari di Kantor Desa Bantar Agung, Kabupaten Majalengka.

Sejak itu, Pemerintah Desa Bantar Agung pun berbenah. Memetakan berbagai potensi alam, budaya, maupun daya tarik lainnya untuk mendukung Desa Bantar Agung sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Majalengka.

“Kita bikin zona desa, mana untuk pangan, mana untuk pariwisata. Jangan sampai tidak diatur,” kata Samhari.

Desa Bantar Agung memang diberkati dengan alamnya. Lokasinya yang berada di hulu kaki Taman Nasional Gunung Ciremai menjadikan desa ini dimanjakan dengan keindahan alam. Saat ini ada empat titik kawasan wisata. Pertama, Ciboer dengan lokasi area sawah teraseringnya. Kedua, Curug Cipeuteuy dengan kejernihan air pegunungan. Ketiga, area bumi perkemahan Awilega dengan hutan pinusnya. Ketiga, Bukit Batu Semar yang berbatasan dengan kawasan taman nasional.

“Masih ada banyak tempat. Tapi paling penting juga soal menjaga lingkungannya,” ujar Samhari.

Merawat lingkungan memang menjadi prioritas Pemerintahan Desa Bantar Agung. Tiap tahun mereka menanam pohon di area lahan kritis kawasan taman nasional. Tujuannya, agar ketersediaan air tetap melimpah. Selain itu, hutan tetap menjadi urat nadi bagi kehidupan warga Bantar Agung.

“Di sini kita mudah melihat lutung, surili dan elang Jawa,” kata Albar. Bagi penikmati satwa liar, berbagai objek ini pun menjadi daya tarik untuk melakukan penjelajahan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.

Salah satu produk unggulan dari Desa Bantar Agung. Keripik emping melinjo menjadi salah satu tulang punggung ekonomi warga desanya.
Salah satu produk unggulan dari Desa Bantar Agung. Keripik emping melinjo menjadi salah satu tulang punggung ekonomi warga desanya. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Produk UMKM Desa Bantar Agung

Bagi warga Desa Bantar Agung, pohon melinjo dan durian menjadi tanaman kebun yang menghasilkan tiap tahunnya. Berbagai komoditas ini menjadi tulang punggung ekonomi bagi keluarga, selain dari pesawahan. Ketersediaan melinjo yang melimpah menjadi sumber bahan baku pembuatan keripik emping.

Salah satunya yang diproduksi oleh Annisa lewat produk Ezzy Putra. Annisa sejak lama menjadi pengrajin keripik emping. Ada berbagai ukuran dengan harga per kilo sebesar Rp 85 ribu. Annisa mengajak ibu-ibu rumah tangga lainnya sebagai pembuat keripik emping ini.

Produk Ezzy Putra telah dikemas dengan baik dan menjadi salah satu oleh-oleh dari Desa Bantar Agung ini. Selain emping ada juga produk desa lainnya seperti durian dan keripik pisang. Berbagai potensi ini pun menjadi produk unggulan yang kini dikembangkan oleh BUMDes Agung Mandiri.

“Nanti kita ada gerainya. Ada produk UMKM dan beras organik yang menunggu proses sertifikasinya,” ujar Kardawi.

Menurutnya, berbagai produk UMKM ini diharapkan bisa menyokong kebutuhan desa wisata. Sayangnya, masih dikerjakan secara tradisional sekalipun bahan baku dari desa ini sangat melimpah.

“Ada permintaan dari supermarket hingga satu ton per bulan. Kita tidak sanggup,” ujarnya sambal tertawa. Berbagai produk dari Desa Bantar Agung memang telah menyebar ke berbagai daerah, seperti Cirebon, Bandung, Jakarta dan Majalengka. Biasanya, saat menjelang lebaran mereka akan kebanjiran permintaan emping melinjo ini.

"Emping melinjo menjadi produk yang terkenal dari desa ini karena kualitas citarasanya," ujar Kardawi.

Desa Bantar Agung seluas 460 hektar ini bergerak lewat desa wisata. Warga lokal ingin agar desa ini menjadi desa mandiri dan berdaya. Keberkahan alam dan nilai sosial budaya yang kuat menjadi magnet dalam memakmurkan kehidupan warganya.

Baca Lainnya