Warga Desa Kluncing: Sulap Selokan Tak Lagi Kumuh
Gerakan kecil dari warga Desa Kluncing, Banyuwangi mengubah selokan kumuh menjadi area budidaya ikan. Menjadikan warga lebih peka lingkungan dan produktif.
Ini bukan sekedar cerita. Namun memang benar-benar ada dan nyata. Lokasinya berada di Desa Kluncing, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sekitar 15 kilometer dari pusat kota. Warga di desa yang terletak di lereng Gunung Ijen ini, berhasil mengubah selokan yang dulunya dikenal kumuh menjadi kolam ikan yang menawan.
Menariknya, selokan yang menjadi kolam ikan tersebut, mengalir di sepanjang satu kilometer di halaman depan rumah warga. Bahkan, selokan yang menjadi rumah berbagai jenis ikan air tawar itu kini menjadi lokasi wisata baru. Hingga mampu menjadi perekonomian masyarakat di desa tersebut.
Anda yang berkunjung ke sini akan disambut pemandangan indah khas pegunungan. Sawah hijau yang membentang, menambah suasana di kampung tersebut semakin nyaman. Rusady Awanto, salah seorang pemuda penggerak di kampung tersebut bercerita, jika selokan tersebut dulunya sangatlah kumuh.
"Sungai kecil ini dulu dipakai warga untuk cuci baju, mandi hingga BAB. Bahkan banyak sampah plastik di sungai ini," kata pria yang kerap disapa Wawan itu.
Sebagai penghobi ikan dan pecinta lingkungan, Wawan prihatin melihat kampungnya kumuh. Dia kemudian berinisiatif mengajak empat orang temannya yang lain untuk bersama mengubah kebiasaan tersebut. Saat itu sekitar tahun 2018.
Awalnya, dirinya sempat kebingungan, ide apa yang sekiranya cocok untuk diterapkan di kampungnya tersebut. Tentu yang tidak memberatkan dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Berbekal dari pengalamannya penghobi ikan, dia akhirnya menawarkan kepada warga untuk menyebar bibit ikan di selokan kumuh tersebut.
Ide ini disambut dingin. Warga tidak banyak yang tertarik. Namun dengan keteguhan dan keyakinan hatinya, Wawan akhirnya nekat menyebar ikan di selokan itu. "Saya taruh ikan di sungai itu tapi dengan diberi jaring sekat," ingatnya. Saat itu, ia menebar bibit ikan lele, koi, nila, gurame, dan ikan tawar lainnya.
Sehari dua hari tidak mendapat respon baik. Namun karena dia seringkali ke sungai, akhirnya warga pun penasaran dengan yang aksi dilakukan oleh Wawan. Setelah beberapa hari warga mulai bisa diajak ngobrol. Mereka tertarik dengan ide ini dan siap menjaga sungai agar bebas dari sampah.
Menjadi Gerakan Bersih Sungai
Akhirnya setiap hari jumlah sampah yang dibuang ke sungai pun berkurang. Warga mulai simpati ke Wawan dan tertarik untuk memelihara ikan. Di luar dugaan, aktivitas yang dilakukan oleh Wawan ternyata juga menarik perhatian dari tokoh-tokoh pemuda, masyarakat dan Pemdes Kluncing. Lambat laun banyak masyarakat yang sadar. Hingga akhirnya warga beramai-ramai menaruh ikan di aliran sungai tersebut.
"Kurang lebih selama 1 bulan, hampir tidak ada lagi warga yang buang sampah ke sungai tersebut," terang Wawan.
Bukan hanya sampah plastik. Warga juga tak lagi membuang hajat di aliran sungai ini. Setelah jernih, dan sungkan buang hajat ke sungai. Warga lalu berinisiatif iuran membuat kamar mandi umum yang digunakan bersama. "Waktu itu terkumpul dana sekitar Rp 4 jutaan untuk dibangun WC umum," katanya.
Atas kerja kerasnya itu, Wawan dan masyarakat Desa Kluncing sampai-sampai mendapat bantuan dari Pemkab Banyuwangi berupa bibit ikan nila dan tombro sebanyak 2000 ekor.
Masyarakat yang dulunya kerja sebagai buruh tani dan serabutan, kini banyak beralih berjualan ikan dari hasil budidaya di kolam depan rumahnya. Ada juga warga yang menjadikan budidaya ikan air tawar tersebut, sebagai usaha sampingan di luar dari pekerjaan utamanya.
"Hampir tiap rumah ada kolam ikan, disekat pakai jaring," ujar Wawan.
Dalam setiap rumah, ada sekitar 3 sampai 4 meter kolam yang disebar benih ikan. Hasilnya dijual kepada pengepul. Agar tidak ada saling kecemburuan, warga yang mempunyai kolam dibuatkan kelompok. Setiap kelompok terdiri sekitar 20-an orang anggota. Hasilnya dibagi bersama.
"Ada yang langsung beli disini. Ada juga wisawatan yang pengen dibakar di tempat. Macam-macam pokoknya," terang Wawan. Kehidupan di desa semakin bergeliat dan ramai dikunjungi orang yang tertarik melihat budidaya ikan air tawar ini. Di sini mereka juga bisa membeli ikan seharga Rp 50 ribu tergantung jenis dan beratnya.
Rata-rata tiap kelompk bisa mendapatkan uang bersih sebesar Rp 4 juta per minggu. Ini luar biasa dan tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ekonomi warga terlihat hidup dan paling penting kesadaran menjaga air semakin tumbuh.
"Tentu tergantung ramai tidaknya pengunjung. Tapi pelanggan kita saat ini malah luar desa dan luar kecamatan. Setelah Covid-19 itu, banyak yang pesen via online," ujar Wawan.
Satu-satunya kendala saat ini adalah musim penghujan. Aliran air menjadi deras dan volumenya bisa naik berkali lipat. Kondisi ini tentu saja berpotensi merusak jaring. Ikan bisa lepas dan terbuang.
"Dulu sempat lepas dari jaring, karena debit air naik. Ikannya lari ke sawah, ada yang langsung ke sungai besar. Ya gimana lagi. Jadi kita buat sistem buka tutup kalau banjir," ujar Wawan tersenyum.
Dukungan Pemerintah
Kepala Desa Kluncing, Sumawi bersyukur, sampah di sungai yang menjadi salah satu permasalahan di desanya sudah mulai teratasi. Ia mengapresiasi usaha dari warga dalam menjaga sungai saat ini. Terlebih ada dampak ekonominya.
"Alhamdulillah, berkat perjuangan masyarakat. Akhirnya sungai menjadi bersih, sampah pun teratasi. Dan juga bernilai ekonomi bagi masyarakat," kata Sumawi.
Desa ini pun kini berkembang dan dikenal sebagai Kampung Ikan. Bersama Pemkab Banyuwangi, dia bertekad mengembangkan kampung ini menjadi wisata terpadu.
"Jadi wisatawan dapat melihat secara langsung. Mulai pembibitan ikan, pembesaran, hingga menikmati kuliner ikan di kampung kami," ungkap Sumawi.
Dengan semangat gotong royong bersama, kini di sekitar kolam ikan terdapat kantin-kantin yang menunya tentu dari ikan hasil budidaya warga. Kelompok masyarakat hingga BUMDes ikut mendukung langkah ini.
Kini, jerih payah perjuangan Wawan dan masyarakat Desa Kluncing mulai dapat dinikmati. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun, juga memberikan perhatian ke desa tersebut. Seperti bibit ikan, dan pemasangan jaring penghalang sampah.
Jaring itu disebar dan dipasang di sungai-sungai untuk mencegah menumpuknya sampah. "Saat ini, telah dipasang 23 jaring penghalang di sejumlah sungai di Banyuwangi. Termasuk Kluncing," kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas.
Menurut Ipuk, upaya pencegahan sampah itu dilakukan bersama dengan NGO Sungai Watch. "Sungai Watch telah melakukan pembersihan sampah di sejumlah aliran sungai di Banyuwangi," ujar Ipuk.
Bupati Ipuk bersama Gary Bencheghib, Founder Sungai Watch, juga sudah menandatangani perjanjian kerjasama penanganan sampah di Desa Kluncing, Kecamatan Glagah.
"Jadi kami tunjukkan kolam ikan tersebut terbentang sepanjang 1 kilometer lebih yang mengalir di depan rumah warga," kata Ipuk.
Sementara itu menurut Gary, saat ini telah dilakukan pemasangan 23 jaring penghalang di sejumlah sungai di Banyuwangi. Termasuk di Desa Kluncing. Untuk wilayah Banyuwangi sendiri, di tahun 2023 ini ditargetkan akan memasang sebanyak 100 jaring di sejumlah sungai.
"Dari 23 titik sungai yang telah dipasang jaring, setiap harinya sampah yang dikumpulkan mencapai satu ton," tandas Manajer Sungai Watch Banyuwangi, Suhardiyanto.
Perubahan bisa dilakukan dengan langkah kecil. Inisiator Wawan dimulai dengan menebar ikan dan mampu menjaring gotong royong warga. Warga sadar selain sungai mereka terbebas sampah, kualitas air pun ikut terjaga. Selain tentu saja ada cuan dari budidaya ikan tawar ini.