Desa

Suara Nyaring Dari Desa Gandu Wetan: Gerakan Ekonomi Biru

Desa Gandu Wetan, Temanggung, Jawa Tengah menghasilkan pewarna alam untuk keperluan tekstil Indonesia dan dunia.

Ahmad Yunus
Suara Nyaring Dari Desa Gandu Wetan: Gerakan Ekonomi Biru
Kabupaten Temanggung bersama warga terus mengembangkan budidaya tanaman Strobilanthes cusia penghasil pewarna alami ramah lingkungan. Kabupaten Temanggung / Kabupaten Temanggung

Ekonomi hijau dan gaya hidup ramah lingkungan menjadi kata kunci dalam beberapa dasawarsa terakhir ini untuk merespon dampak lingkungan dan pembangunan yang kian parah. Kerusakan alam dan lingkungan akibat aktivitas manusia menyebabkan persoalan mendasar. Mulai dari sampah, plastik, hingga bencana alam akibat ulah manusia.

Berbagai aktivitas dan pendekatan kembali ke alam pun menjadi solusi untuk memperbaiki lingkungan yang rusak saat ini. Berbagai konsep pembangunan yang lebih lestari menjadi garda ke depan agar kehidupan manusia dan bumi semakin baik.

Gunter Pauli, ekonom Belgia, menggagas konsep blue economy sebagai konsep ekonomi berbasis pada alam. Konsep ini ia perkenalkan jauh lebih mendasar ketimbang sekedar konsep ekonomi hijau. Konsep ini mengedepankan konsep hidup ramah dengan alam sekaligus menjaga keragaman hayati. Di Indonesia, praktik ini sudah berlangsung lama dan melekat dalam budaya Dayak atau Baduy. Kelestarian alam menjadi tiang utama dalam keberlangsungan hidup mereka dan menerapkan beberapa nilai dan prinsip.

Pertama, lokalitas atau bekerja dengan bahan baku lokal sesuai fungsi dan kebutuhannya. Kedua, kemudahan pada akses dan pemanfaatan energi yang ada. Ketiga, inovasi pada pengembangan pengetahuan lokal berbasis budaya dan lingkungan. Keempat, menjaga keragaman hayati. Kelima, penekanan pada pembangunan sistem ekonomi kooperasi dan kolaborasi. Bukan persaingan. Keenam, penekanan pada kebermanfaatan pembangunan yang lebih holistik, adil, inklusif. Ketujuh, pengelolaan limbah secara minim agar alam bisa bekerja secara alami.

Berbagai gerakan ini menjadi penyegar saat bumi dalam kondisi mengenaskan. Gerakan ekonomi berbasis alam ini menunjukkan pada manusia tidak bisa lagi untuk mengeksploitasi alam secara masif, mengurangi ketimpangan secara sosial, mengedepankan pengetahuan dan teknologi tepat guna, hingga mempraktikkan pola perilaku sehat.

Desa Gandu Wetan kebanyakan petani kopi dan jambu. Kini menanam Strobilanthes causa sebagai pewarna alami tekstil.
Desa Gandu Wetan kebanyakan petani kopi dan jambu. Kini menanam Strobilanthes causa sebagai pewarna alami tekstil. Lokadata / Lokadata

Kontribusi Praktik Baik Dari Gesa Gandu Wetan, Temanggung, Jawa Tengah

Desa Gandu Wetan, Temanggung, Jawa Tengah adalah desa yang cantik dengan udara yang sejuk. Warga desa kebanyakan bekerja sebagai petani kopi, dan jambu. Namun sejak 2016 mereka menanam budidaya Strobilanthes cusia atau tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk pewarna alami. Tanaman ini menjadi penambah nilai ekonomis selain dari hasil komoditas kebun.

Ada sekitar 170 petani yang terlibat dalam budidaya ini di lahan seluas 65 hektar. Tanaman ini berada di antara ladang kopi dan jambu.

Strobilanthes cusia bisa menghasilkan pewarna alami berwarna biru berkualtias yang kini telah diolah bersama para pelaku UMKM di Temanggung, Solo, dan Yogyakarta. Salah satu pegiatnya adalah Shibiru dengan produk kain dan bahan baku pewarna alami. Tanaman ini memang tak mengenal musim dan memberi dampak secara ekonomi dan lingkungan. Produk pewarna alam ini telah dijual hingga ke negara Jepang, Malaysia, Amerika, dan Eropa.

Produk pewarna alami pada sehelai kain tekstil memberi warna unik sekaligus aman bagi lingkungan dan penggunanya.
Produk pewarna alami pada sehelai kain tekstil memberi warna unik sekaligus aman bagi lingkungan dan penggunanya. Kabupaten Temanggung / Kabupaten Temanggung

Pewarna alami memang sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Namun seiring waktu, pewarna alam tak lagi digunakan oleh para pelaku tekstil. Pewarna tekstil berbahan kimia menjadi lumrah dalam penggunaan pewarnaan skala kecil hingga industri besar. Sayangnya, pewarna tekstil ini juga berdampak pada pencemaran air dan berkontribusi buruk pada kualitas air di sungai.

Pewarna alami pun kini naik daun dan telah digunakan dalam berbagai produk tekstil karena aman, bersih, dan turut mendongkrak nilai jual produk. Asal muasal bahan hingga proses pengolahannya pun jelas dan tidak berdampak buruk bagi manusia dan lingkungan.

Desa Gandu Wetan berkontribusi dan telah menghidupkan kembali gerakan pada alam. Merespon kebutuhan gaya hidup manusia saat ini yang lebih ramah lingkungan. Sekaligus bisa memberi dampak pada lingkungan dan jejaring ekonominya.

Produk pewarna alam dari desa ini telah membirukan berbagai produk tekstil dari berbagai wilayah dan pelaku UMKM di Indonesia dan dunia.

Desa Gandu Wetan salah satu contoh bagaimana mereka mengambil peran dalam gerakan ekonomi biru yang kini kian relevan dan kondisi bumi saat ini. Penggunaan pewarna alami adalah cara menjawab persoalan saat ini. Termasuk menghidupkan kembali pengetahuan lokal, teknologi tepat guna, dan pemberdayaan masyarakat sebagai jalan memperbaiki bumi.

Desa Gandu Wetan adalah salah satu desa dari sekian ribu desa Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Indonesia juga memiliki keragaman hayati tinggi, pulau dan pesisir yang membentang, hutan dan laut yang mahaluas. Keberadaan sumber daya alam yang melimpah, pengetahuan lokal, dan riset teknologi saat ini seharusnya mulai berkiblat pada gerakan ekonomi yang mengutamakan kelestarian lingkungan.

Gunter Pauli mendorong Indonesia untuk segera menerapkan prinsip Ekonomi Biru sebagai jalan pembangunan ekonomi di masa depan. Inovasi, gotong royong, dan semangat kewirausahaan menjadi kunci dari penerapan Ekonomi Biru.

Gerakan kecil dari Desa Gantu Wetan bagian penting dari mata rantai ini. Suara mereka semakin nyaring saat bumi semakin mengenaskan dan ekonomi yang tidak memihak.

Baca Lainnya