Selaras Alam Dari Desa Labbo

Hutan Desa Labbo, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan menjadi jantung kehidupan warganya. Hutan desa yang masih lestari menyimpan kekayaan alam yang melimpah dan menjadi penghidupan bagi masyarakatnya.

Salah satu potensi alam yang berkelanjutan di hutan desa ini adalah madu hutan. Keberadaan madu hutan ini menambah nilai ekonomi warga selain dari pertanian. Keberadaan madu hutan ini dirawat dan dikelola oleh kelompok peternak madu dan mampu menghasilkan hingga puluhan kilogram madu hutan.

Penampung hasil madu hutan ini adalah BUMDes Ganting dengan membeli langsung dari kelompok peternak madu hutan. Pemerintah Desa Labbo dan BUMDes Ganting mendorong ekonomi dan isu konservasi dalam menjaga hutan desanya. Hutan desa ini dikelola langsung oleh masyarakat dengan prinsip kelestarian dan keberlanjutan.

Hutan Desa Labbo termasuk daerah pertama yang mengelola skema hutan desa sejak 2009 dan melibatkan lembaga pendidikan Universitas Hasanuddin dan RECOFTC atau The Center for People and Forests yang mendampingi masyarakat di sekitar hutan di wilayah Asia Pasifik.

Saat itu, BUMDes Ganting turut mendapat dukungan dan disertai modal awal dari Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam membantu ekonomi masyarakatnya. Hutan Labbo sendiri seluas 704 hektar yang melibatkan peranan pengelolaan langsung dari beberapa desa di sekitar hutan.

Tak hanya madu. Desa ini juga menghasilkan komoditas kopi yang ditanam di sela perkebunan cengkeh dan hutan alami. Keberadaan tanaman kopi dan cengkeh ini pun menjadi salah satu tulang punggung ekonomi bagi banyak keluarga di sini.

BUMDes Ganting memang mengedepankan prinsip keseimbangan ekonomi dan ekologi. Terlebih hutan Labbo menyimpan keanekaragaman hayati tinggi di Sulawesi. Salah satunya tempat hidupnya satwa Anoa, endemik Sulawesi. Di hutan ini juga memiliki sumber air yang melimpah dan menghidupi desa di sekitarnya.

Pengelolaan hutan desa termasuk ke dalam skema perhutanan sosial yang diinisiasi pemerintah Indonesia sejak tahun 2007. Berbagai skema pelibatan masyarakat, mulai perencanaan hingga pemanfaatan menjadi tiang mengapa mereka bisa mendapatkan izin dalam pengelolaan hutan desa ini.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memang telah mendefisinikan hutan desa sebagai hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untu kesejahteraan desa serta belum dibebani izin atau hak.

BUMDes Ganting mengelola hutan desa selama 35 tahun dan fokus pada unit usaha hutan desa melalui pendampingan kelompok masyarakat pengelola hutan. Di dalamnya, juga termasuk bagaimana mengatur hak dan kewajiban masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian hutan.

Misalnya, setiap kepala keluarga di desa ini memiliki hak untuk mengelola lahan seluas setengah hektar dan memiliki kewajiban membagi hasil panen sebesar 20 persen per tahun kepada BUMDes Ganting.

BUMDes Ganting memang menjadi ujung tombak dalam meningkatkan ekonomi desa. Mulai dari penyediaan layanan, perdagangan sembako, pembelian hasil pertanian, hingga pengembangan UMKM dan jasa lingkungan.

Hasilnya cukup menggembirakan dan mampu berkontribusi bagi pendapatan desa dan menyerap tenaga kerja hingga 400 orang untuk mengelola unit bisnis BUMDes.

Desa Labbo dihuni sekitar 3.173 jiwa dan berada di kawasan hutan negara. Desa ini cukup subur dan tumbuh tanaman seperti kopi, cengkeh, kakao, hingga pohon kayu.

Pengelolaan secara berkelanjutan memang menjadi kunci desa ini bergeliat dan lestari. Terlebih saat ini, BUMDes Ganting juga mendapatkan izin pengelolaan hutan desa seluas 342 hektar. BUMDes di desa lainnya juga mendapat izin pengelolaan yang sama.

Kolaborasi antarlembaga dan keterlibatan warga secara demokratis adalah praktik pembelajaran yang penting dari desa ini. Warga menyusun rencana kerja pengelolaan hutan desa secara lestari. Termasuk membuat pemetaan mengenai zona ekonomi maupun konservasi agar terjaga kelestarian alamnya.

Komitmen ini mereka jaga agar ekonomi warga desa terus tumbuh tanpa merusak ruang hidupnya. Desa Labbo membuktikan bahwa mereka bisa selaras dengan alam.