Pesona Desa Wisata Bonjeruk
BUMDes Bonjeroek Abadi dan Pokdarwis Desa Bonjeruk bergerak menumbuhkan potensi desa. Menjadikan Desa Wisata Bonjeruk sebagai salah satu 50 destinasi desa terbaik di Indonesia.
Bonjeruk, salah satu desa wisata dengan pesona alam yang memukau. Hamparan sawah membentang luas khas pedesaan yang memanjakan mata. Rimbun pohon bambu yang menenangkan pikiran. Diimbangi dengan pengelolaan yang baik, membuat Desa Wisata Bonjeruk menjadi salah satu destinasi wisata yang asri dan sangat berkembang di Lombok saat ini.
Desa Bonjeruk sendiri berada di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Secara geografis desa ini memang indah dengan suguhan alam. Namun awalnya, beberapa lokasi masih terbengkalai. Termasuk pengelolaan terkait pengembangan desa wisata. Lokasi yang kini menjadi Pasar Bambu ini.
Awalnya Pasar Bambu merupakan tanah kosong yang dirimbuni pohon bambu dengan tumpukan sampah dan genangan air. Kondisi ini, mengakibatkan banyak nyamuk yang bersarang dan bertelur di sana. Sadar akan risiko yang bisa ditimbulkan, Usman selaku Ketua Kelompok Pemuda Sadar Wisata (Pokdarwis Bonjeruk Permai).
"Melihat tempat yang alamnya bagus berupa rumpun bambu tetapi kok tidak dikelola dengan maksimal," ujar Usman. Menurutnya, lokasi rumpun bambu ini punya potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu potensi desa. Salah satu idenya, mendirikan rumah makan bertemakan pohon bambu seperti yang sudah berdiri saat ini.
Kesan asri tampak pada rumah makan Pasar Bambu
Pasar Bambu ini berdiri pada Maret tahun 2018 beberapa bulan sebelum gempa mengguncang seluruh Lombok. Saat itu, Usman, serta beberapa warga getol gotong royong membersihkan kawasan bambu ini agar bebas dari sarang nyamuk. Tak lama bebenah, terjadi gempa pada Juli hingga Agustus 2018 dan membuat warga terguncang. Belum surut dengan trauma gempa, datang Covid-19 yang turut menghantam aktivitas dari pasar ini.
“Padahal saat itu, Pasar Bambu sudah beroperasi dan ada pendapatan,” ujar Usman mengingat dua peristiwa besar yang melanda Lombok dan dunia. Namun, ia dan warga tak pantang surut dengan segala keterbatasan ini. Beruntung, pemerintah desa menggelontorkan dana sebesar Rp 86 juta untuk pengembangan lokasi ini.
"Dari desa sendiri sudah memberikan dana dan bisa menunjang kebutuhan pasar ini," ungkap Lalu Audia Rahman, Kepala Desa Bonjeruk.
Setidaknya ada dua tahap pembangunan yang paling menunjang Pasar Bambu hingga eksis seperti sekarang. Tahap pertama, tentu saja ketika pembangunan awal dan dukungan dana swadaya dan iuran dari anggota. Tahap kedua, adanya bantuan berupa suntikan dana dari desa.
Seluruh pendanaan ini diperuntukan untuk membangun sarana dan prasarana Pasar Bambu. Mulai dari pembuatan Berugak, toilet umum, dan bangunan rumah makan bernuansa persawahan, yang diberi nama Kantin 21.
Kantin 21 berdiri di Dusun Bat Peken, Desa Bonjeruk, Lombok Tengah. Target pengunjungnya juga berbeda. Pasar Bambu biasanya untuk warga umum, sedangkan Kantin 21 menjadi tempat makan para agen tour and traveler.
"Di Kantin 21 ada cooking class, wisata sepeda, camping ground dan lainnya untuk para travel agen, sedangkan di Pasar Bambu khusus restoran yang dibuka untuk umum," ujar Usman.
Terbentuknya Kantin 21 sendiri bermula dari Bonjeruk English Camp, pada tahun 2017. Digagas serta dikelola langsung oleh Usman. Tujuannya, menghimpun para remaja Desa Bonjeruk untuk bisa belajar bahasa Inggris sekaligus menanamkan rasa cinta kepada alam. Disediakan pula tempat untuk camping, pengajaran berbagai macam keterampilan, dan menumbuhkan kepedulian pada lingkungan.
“Saat itu juga ada kebutuhan untuk penyediaan layanan makanan bagi peserta, lalu berdiri sebuah kantin dan dapur,” ujar Usman. Untuk menyokong lokasi ini, Pokdarwis Bonjeruk menambah 2 unik berugak sebagai tempat berkegiatan di Kantin 21. Uniknya, Kantin 21 menyediakan suguhan menu makanan khas masyarakat Suku Sasak.
Kolaborasi Bersama BUMDes Bonjeruk
Kantin 21 masih beroperasi dan mendatangkan pemasukan bagi desa. Terlebih saat ini, juga ada kolaborasi bersama dengan BUMDes Bonjeruk sebagai mitra pengembagnan dua usaha ini.
Menurut Wiriadi, Ketua BUMDes Bonjeroek Abadi, BUMDes bergerak bersama Pokdarwis untuk mengembangkan dua usaha andalan desa ini. Terlebih, para pendiri dua unit usaha juga aktif di dalam kepengurusan BUMDes.
BUMDes Bonjeroek Abadi memiliki andil yang besar dalam mengembangkan dua usaha desa ini. Mulai dari fasilitas, pelibatan usaha warga, hingga kegiatan pencatatan transaksi di Pasar Bambu maupun di Kantin 21.
Omzet pendapatan dari Pokdarwis ini mencapai Rp 1,3 miliar per tahunnya. Pemasukan ini digunakan untuk pembiayaan operasional gaji pekerja dan pengembangan dua usaha di Pasar Bambu dan Kantin 21. Termasuk menyerahkan dana sebesar Rp 600 ribu per bulan kepada desa sebagai bentuk Pendapatan Asli Desa (PADes).
Kini, masyarakat dan desa bisa mendapatkan untung dari keberadaan Pasar Bambu dan Kantin 21. Mengingat bahan-bahan baku yang digunakan untuk mengolah makanan baik di Pasar Bambu maupun di Kantin 21, masih mengandalkan pasokan dari para pelaku pasar dan para petani yang ada di desa Bonjeruk. Langkah ini diambil untuk membuat perputaran ekonomi di Desa Bonjeruk tetap stabil. Sehingga masyarakat pedagang yang berjualan di pasar tradisional dan petani kecil di Desa Bonjeruk tetap mendapat jalur untuk mendistribusikan barang.
"Ada banyak tamu ke Bonjeruk dan makan di sini," ujar Nurhayati salah satu pelaku usaha makanan. Nurhayati salah satu pedagang yang memasok kebutuhan makanan di Pasar Bambu dan Kantin 21. Tiap jumat juga ia sering diminta membuat nasi bungkus yang biasa dibagikan ke anak-anak yatim piatu di sekitar desa.
Saat ini ada ada 40 sampai 50 pelaku usaha pengolahan makanan yang ada di Desa Bonjeruk. Usaha ini pun telah menjaring pemberdayaan dari warga dan berdampak secara ekonomi.
"Kegiatan ini berkah dan juga menjadi milik dari seluruh masyarakat Bonjeruk, kita juga harus mengusahakan supaya usaha masyarakat terjaring secara menyeluruh dan tak lupa kita untuk bersedekah," kata Usman.
Progres Pasar Bambu Dan Kantin 21 Ke Depan
Pasar Bambu dan Kantin 21 terus dilakukan perbaikan terkait layanan, infrastruktur, dan kualitas makanan dan minuman agar tetap terjaga. Kenyamanan pelanggan juga bagian penting dari usaha bisnis kuliner di Pasar Bambu dan Kantin 21. Berbagai pengalaman yang didapatkan di sini bisa menjadi potensi agar usaha desa ini bisa berkembang semakin baik.
Inovasi pun terus dilakukan untuk menciptakan suasana yang membuat tamu tetap merasa baru saat berkunjung ke Desa Bonjeruk. Seperti mendirikan Dome stay di Kantin 21 dan Pengembangan Pasar Bambu di lokasi lain yang berada disekitar Desa Bonjeruk.
"Bulan April nanti sudah ada penginapannya di Kantin 21,” ujar Usman. Menurutnya, keberadaan Dome Stay ini akan menjadi daya tarik bagi tamu untuk menginap dan menikmati suasana asri di alam. Termasuk bisa berlama menikmati pengalaman di Desa Bonjeruk.
Pasar Bambu sendiri ke depannya akan terus melakukan pembangunan di desa sekitarnya. Dengan menyediakan ruang untuk melakukan kegiatan meeting atau tempat berkumpul keluarga.
"Di lokasi lain, pembangunan Pasar Bambu nanti akan ada DAS, ada kedokan, ada bale sing, dan ada yang bentuknya langsung," ujar Usman.
Target-target tersebut akan dilaksanakan dengan tetap membawa pemerintahan desa sebagai mitra investasi. Sedangkan masyarakat akan tetap menjadi motor untuk pemberdayaan dan pengembangan usaha ini.
"Kami akan selalu terbuka lebar untuk pengembangan usaha yang menguntungkan masyarakat dan desa," ucap Wiriadi, Ketua BUMDes Bonjeroek Abadi. Menurutnya, usaha ini juga akan menyerap tenaga kerja sekaligus bisa berkontribusi bagi pembangunan desa.
Desa Wisata Bonjeruk bergerak di sektor wisata dan menjadikan desa ini termasuk 50 desa wisata terbaik di Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno pun takjub dengan panorama dan atraksi yang dihadirkan dari desa ini.
Desa Wisata Bonjeruk memang tak sekedar menghadirkan panorama alam dan kekentalan budaya Suku Sasak saja. Tapi di desa ini juga punya riwayat sejarah yang panjang sebagai pusat pemerintah Hindia Belanda. Berbagai bangunan tua bergaya arsitektur art deco masih bisa dilihat di desa ini. Kehadiran berbagai bangunan sebagai cagar budaya menambah keunikan Desa Bonjeruk di Lombok Tengah ini.
Tak heran jika Desa Bonjeruk, Lombok Tengah memang punya potensi desa wisata yang luar biasa. Alam yang cantik, budaya yang terjaga, serta nilai sejarah yang kental, berkelindan dalam pesona Desa Bonjeruk yang memesona.