Perpustakaan Rumah Inspirasi: wadah inklusi sosial Desa Tumpangkrasak
Perpustakaan, secara fungsional bukanlah sekedar sebuah rumah baca tetapi juga menjadi wadah inklusi sosial. Ini diterapkan pada Rumah Inspirasi, perpustakaan milik Desa Tumpangkrasak Kudus.
Bangunan bercat putih di sudut jalan itu berada di tengah permukiman penduduk, tak jauh dari lokasi sawah dan tanah kebun milik desa. Di atas pintu masuk tertulis “Perpustakaan Rumah Inspirasi”. Seorang perempuan berambut sebahu yang asyik merangkaikan lilitan kain perca pada sebuah alat. Di kirinya terlihat sebuah karung berisi potongan-potongan kain perca serta beberapa lembar keset beraneka warna yang dibuat dari kain perca.
Sekilas, Navia perempuan berusia 32 tahun itu tampak seperti perempuan pada umumnya. Namun dia adalah seorang pengidap epilepsi yang kini menjadi salah satu pengrajin keset dari kain perca binaan Perpustakaan Rumah Inspirasi. Navia sudah beberapa bulan ini dilatih dan berkarya membuat keset dari kain perca di Rumah Inspirasi.
Dua orang perempuan, Dyah Hertanus Nurita dan Nasikah, adalah punggawa dari perpustakaan ini. Rita, panggilan akrabnya, adalah kepala perpustakaan. Sedangkan Nasikah merupakan salah satu pengurus. Kedua perempuan inilah yang kini intensif menyiapkan setiap kegiatan belajar di Rumah Inspirasi.
Rita menyebutkan bahwa saat ini ada dua penyandang disabilitas yang sedang fokus dibina oleh Rumah Inspirasi agar bisa punya keterampilan dan penghasilan. Salah satunya adalah Navia.
Menurut Rita, dia dan beberapa pengurus Rumah Inspirasi telah melakukan pendekatan kepada keluarga penyandang disabilitas agar penyandang disabilitas ikut aktif belajar di Rumah Inspirasi. Menurutnya, ada 22 penyandang disabilitas yang kini ada di desa Tumpangkrasak hampir semua tidak diizinkan keluarganya untuk diikutsertakan dalam kegiatan belajar di Rumah Inspirasi. Rita menyayangkan hal tersebut yang dikarenakan faktor rasa malu di pihak keluarga dan nilai-nilai tertentu di masyarakat mengenai penyandang disabilitas. Tetapi, Rita mengatakan bahwa para penyandang disabilitas ini mendapatkan perhatian cukup dari pelayanan Posyandu di Desa Tumpangkrasak. Mereka menerima kunjugan dan vitamin secara berkala dari petugas Posyandu.
Rita mengatakan bahwa konsep dasar perpustakaan yang didirikan pada 31 Desember 2019 oleh Kepala Desa Tumpangkrasak Sarjoko Saputro ini ada pada inklusi sosial. Ia mengatakan bahwa basis inklusi sosial yang diterapkan mendorong perpustakaan tak hanya sekedar tempat membaca tapi juga meningkatkan kualitas hidup dengan aneka literasi yang mendasari.
Rita mengatakan, untuk membangun inklusi sosial maka setiap desa saat ini harus memiliki perpustakaan. Rita menyadari bahwa membangun spirit pemberdayaan masyarakat pada inklusi sosial ini tidak mudah tetapi bisa diusahakan. Tidak sekali ia mendapati penolakan saat akan mengajak warga untuk belajar atau terlibat dalam kegiatan di Rumah Inspirasi. “Saya pernah disebut orang aneh saat orang lain melihat saya mau mengelola Rumah Inspirasi ini padahal tak ada honor dan sangat sulit menggerakkan masyarakat untuk ikut terlibat,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa semangatnya mengajak masyarakat juga tercipta berkat bimbingan Ninik Mustikawati, Kepala Seksi Pengelolaan Pustaka pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kudus yang mendorong agar perpustakaan menjadi wadah pembelajaran masyarakat.
Rita menceritakan ketika perpustaakaan baru berdiri dan datang situasi pandemi, pengurus perpustakaan ini sudah menyusun konsep kegiatan. Pembatasan kegiatan berkelompok memang membuat perpustakaan ini langsung mati suri. Beberapa rencana kegiatan edukasi oleh perpustakaan dibatalkan. Rita pun mengambil siasat lain. Pengurus perpustakaan yang umumnya adalah pekerja di dunia medis ia libatkan untuk edukasi mengenai kesehatan dan seputar penanggulangan Covid-19 ke masyarakat desa Tumpangkrasak.
Di tengah masa pandemi, pada 13 Februari 2021 perpustakaan Rumah Inspirasi ini dibuka secara resmi oleh Kepala Desa. Pada Maret 2021, perpustakaan ini bersama empat perpustakaan desa lainnya dipilih oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kudus untuk ditransformasi menjadi wadah inklusi sosial. Kemudian, perpustakaan desa Tumpangkrasak bersama perpustakaan desa Loram Wetan, Janggalan, Jati Kulon dan Gulang dinyatakan lolos verifikasi dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas).
Setelah itu menurut Rita, di tahun yang sama perpustakaan Rumah Inspirasi diikutsertakan dalam beberapa pelatihan seperti merajut, pengelolaan sampah, broadcasting, senam lansia dan pembukuan keuangan sederhana. Perpustakaan Rumah Inspirasi diharapkan oleh Perpusda Kudus bisa menjadi inisiator sekaligus fasilitator buat masyarakat.
Rumah edukasi dan pelatihan keterampilan
Menurut Rita, pengurus Perpustakaan Rumah Inspirasi hingga saat ini masih melakukan edukasi dalam bidang kesehatan. Perpustakaan Rumah Inspirasi juga berkerjasama dengan unit Posyandu menjadi WPA (Wadah Peduli AIDS) yang melakukan edukasi mengenai cara pencegahan HIV/AIDS: bagaimana pergaulan sosial yang aman untuk remaja dan edukasi serta pelibatan para pengidap HIV/AIDS untuk tetap beraktivitas secara aman di tengah masyarakat.
Rita kini menggalang keterlibatan berbagai pihak untuk berkontribusi menjadi fasilitator dalam proses belajar masyarakat di Rumah Inspirasi. Rita mengisahkan suatu saat pernah melibatkan sahabatnya yang seorang tenaga Make Up Artist (MUA) untuk ikut menjadi guru di kelas keterampilan make up di Rumah Inspirasi. “Saya minta tolong sahabat saya itu dan saya sampaikan bahwa Rumah Inspirasi belum bisa memberi honor dan ternyata dia mau. Ternyata dia juga antusias mau mendukung masyarakat untuk belajar. Sekali dia mengajar malah ketagihan mengajar lagi di sini,” kisahnya dengan antusias.
Saat ini Rumah Inspirasi rutin menggelar kelas bimbingan belajar bagi pelajar SD dan SMP. Selain itu, ada kelas aneka keterampilan yang diisi pengajar dari berbagai kalangan. Rita mengatakan bahwa yang sering membantunya menjadi pengajar adalah tim mahasiswa yang sedang KKN, penelitian atau praktik kerja di Desa Tumpangkrasak. Selebihnya, ia kadang dibantu aktivis masyarakat dari dalam dan luar desa Tumpangkrasak.
Rita mengakui tidak menekankan pada strata dan lembaga pendidikan dari pengajar yang mengisi kegiatan di Rumah Inspirasi. “Cukup punya kemampuan apa, bisa mengajarkan apa yang bermanfaat dan sedang dibutuhkan oleh masyarakat. Saya nggak mementingkan orang itu sekolah di mana, jurusan apa, titelnya apa,” tegasnya.
Meraih penghargaan perpustakaan terbaik di tingkat nasional
Tak hanya menjalankan fungsi di desa, Perpustakaan Rumah Inspirasi ini juga telah menorehkan prestasi di tingkat nasional.
Pada Desember 2022, Perpustakaan Rumah Inspirasi Tumpangkrasak menerima penghargaan sebagai salah satu perpustakaan desa terbaik di Indonesia oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI dalam kategori implementasi program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Menurut Kepala Desa Tumpangkrasak Sarjoko Saputro, di acara penyerahan penghargaan di Hotel Vasa, Surabaya, Jawa Timur pada 6 Desember 2022 itu ada 5 perpustakaan di Indonesia yang mendapatkan kategori terbaik.
Sarjoko mengharapkan perpustakaan Rumah Inspirasi tak hanya dijadikan tempat membaca tapi juga menjadi tempat pelatihan, belajar materi pelajaran sekolah, untuk mengaji dan lainnya.
Sarjoko juga menyampaikan bahwa Perpustakaan Rumah Inspirasi ini nanti bangunannya akan terintegrasi dengan bangunan BUMDes dan bangunan PKK. Ia mengatakan bahwa bangunan Perpustakaan Rumah Inspirasi yang baru dengan ukuran yang lebih besar sudah hampir rampung dan menyusul bangunan untuk PKK. Sementara itu menurutnya bangunan Perpustakaan Rumah Inspirasi ini akan dijadikan bangunan kantor BUMDes.
Sarjoko juga menginginkan agar Perpustakaan Rumah Inspirasi juga jadi tempat belajar dan menghasilkan untuk para penyandang disabilitas dari manapun. Beliau mengakui jika masih ada pemikiran ragu, takut dan malu dari para orang tua penyandang disabilitas untuk mengizinkan anaknya belajar di luar rumah. Tapi menurutnya, beliau tetap melakukan upaya persuasif untuk mengajak dan meyakinkan warga. Ia mencontohkan hasil kerajinan penyandang disabilitas binaan dari Perpustakaan Rumah Inspirasi yang pernah dijual melalui Expo UMKM pada akhir tahun lalu.
“Yang saya utamakan itu kebutuhan masyarakat itu bisa dijadikan satu di kegiatan perpustakaan. Pelatihan itu memang saya kemas untuk nantinya saya bisa menggerakkan UMKM. Sehingga, nanti kita mempunyai wadah yang melahirkan kreasi. Sumberdaya yang ada ini akan saya gabungkan ke BUMDes dan lembaga yang lainnya untuk bisa dipromosikan. Jadi kita tidak stagnan di kegiatan perpustakaan saja tapi ada kelanjutannya yaitu berbagai kreasi dari masyarakat yang bisa menunjang perekonomian mereka,” tutupnya.