Meniti Kemajuan Di Desa Kunangan
BUMDes Maju Bersama bergerak memajukan Desa Kunangan, Kabupaten Muaro Jambi melalui inovasi pertanian.
Desa Kunangan pagi itu terlihat lengang. Sebanyak 6,58 persen dari total 623 penduduk desa sedang berada di kebun masing-masing. Beberapa orang ibu-ibu terlihat sedang serius menekuni pekerjaan mereka.
Dari Jambi menuju Desa Kunangan, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi, menempuh perjalanan darat selama 30 menit. Melintasi beberapa stockpile tempat penyimpanan batu bara yang melelahkan mata ketika memandangnya.
Rasa lelah itu terobati ketika memasuki areal desa. Desa ini, berada di pinggir Sungai Batanghari, sungai dengan panjang 8.000 kilometer, yang membelah Pulau Sumatera. Urat nadi sungai yang memiliki nilai potensi besar bagi kehidupan.
"Kami sedang mencari cara untuk pengembangan pariwisata di desa," kata Kepala Desa Kunangan, Ihsan N. Salah satunya melalui pengembangan BUMDes. Menurutnya, BUMDes berperan penting dalam mengembangkan ekonomi warga dan pembangunan desa.
"Kami masih pada tahapan penguatan BUMDes secara ekonomi," katanya.
BUMDes Maju Bersama
BUMDes Maju Bersama telah ada sejak 2018 lalu. Tapi, sayangnya, bertahun-tahun BUMDes ini tiarap. Sejak November 2022, BUMDes ini bangun dan kembali dikelola dengan sistem manajerial yang baik. Saat ini ada tiga usaha BUMDes yang sudah berjalan. Toko alat tulis, penyewaan alat pertanian dan tenda, serta pendampingan bagi UMKM.
Menurut Fitriani, Ketua BUMDes Maju Bersama, awal pertama modal BUMDes ini sebesar Rp 53 juta dengan aset sebesar Rp 58 juta. Dengan modal awal ini, penyewaan alat-alat pertanian menjadi jasa paling dibutuhkan masyarakat. “ Semula, sekitar 15 unit alat-alat pertanian itu adalah bantuan dari Pemprov Jambi untuk desa mereka,” ujar Fitriani.
BUMDes terlibat untuk merawat sekaligus memelihara berbagai peralatan ini. Khususnya mesin bajak sawah, mesin perontok padi, mesin penanam padi, biji dan benih, pompa air, hingga mesin chainsaw.
"Biaya sewa untuk satu unit alat-alat pertanian adalah Rp 50.000 per hari," katanya. Hingga saat ini, uang sewa alat-alat pertanian yang masuk ke kas BUMDes adalah Rp 500.000. Meskipun masih terhitung kecil, tapi tetap terus berjalan karena kebutuhannya sangat vital bagi pertanian di desa ini.
Berbagai peralatan pertanian ini sangat dibutuhkan warga yang umumnya adalah petani padi sawah dan holtikultura. Kebanyakan warga bertanam sayuran seperti kacang panjang, ketimun dan lainnya. Sayuran itu rata-rata dijual ke Kota Jambi dan didistribusikan ke pasar-pasar tradisional.
Sedangkan untuk UMKM, BUMDes bekerjasama dengan Tim Penggerak Program Kesejahteraan Keluarga (PKK) desa. Desa ini memiliki UMKM "Wanita Mandiri". Beranggotakan delapan orang ibu-ibu, mereka memulai usaha kecil berupa makanan ringan dan souvenir pernikahan.
Untuk makanan kecil, mereka memiliki olahan daun singkong yang dibuat menjadi kerupuk dan dendeng. Kerupuk merek "Kridadi" dan dendeng merek "Decubi" menjadi salah satu cemilan terkenal dari desa ini. Ilmu mengolah daun singkong itu mereka dapat setelah 20 hari dilatih oleh trainer dari BLK Jambi pada Desember 2022 lalu. Sehingga, untuk tahapan awal dipilihlah olahan daun singkong karena ketersediaan di desa ini sangat melimpah.
Tim Penggerak PKK desa bergerak membantu permodalan dan peralatan. Sedangkan BUMDes berperan membantu dalam penjualan dan distribusi cemilan ini. Berbagai produk keripik dan dendeng yang keriuk itu dijual melalui akun Instagram @bumdesmajubersama22. Dengan cara itu, jangkauan penjualan dapat lebih luas lagi, bahkan hingga ke Kota Jambi.
Setiap hari, UMKM ini dapat menjual masing-masing minimal 20 kemasan ukuran 250 gram. Keripik dijual dengan harga Rp 5.000, dan dendeng dijual dengan harga Rp 10.000.
"Ke depan, kami akan membuka peluang usaha bagi remaja putri," demikian harapan ketua Tim penggerak PKK desa, Amelia.
Kini, pihak BUMDes sedang berupaya untuk mengurus perizinan. Tujuannya agar makanan ringan yang mereka hasilkan dapat juga dijual ke pasar swalayan atau mall yang ada di Kota Jambi. Asiknya, keripik dan dendeng yang mereka produksi tidak menggunakan bahan pengawet. Namun, keripik ini hanya dapat bertahan selama 3 bulan, dan dendeng bertahan selama satu minggu.
“Pesanan via DM di akun Instagram selalu ada,” ujar Amelia tersenyum. Berbagai permintaan ini membuat mereka selalu semangat dalam berusaha. Untuk menambah ekonomi tambahan, para pelaku UMKM ini juga memiliki usaha catering makanan. Biasanya untuk memenuhi permintaan perhelatan seperti pernikahan dan lainnya. Termasuk membuat berbagai souvernir untuk pernikahan, khitanan dan lainnya. “Masih baru dicoba tapi mudah-mudahan sudah satu paket,” ujarnya.
Pengembangan Wisata Sungai Bahari
Sungai Batanghari sebenarnya ibarat jantungnya Jambi. Sungai ini adalah sungai terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang mencapai 800 kilometer dengan lebar hingga 500 meter. Lanskap Sungai Batanghari tak sekedar menyimpan keelokan panorama alamnya saja. Tapi juga menyimpan nilai sejarah penting bagi perkembangan Budaya Melayu.
Sungai ini berhulu di Sumatera Barat dan melewati berbagai kabupaten. Mulai dari Dharmasraya, Batanghari, Kota Jambi, hingga ke Tanjung Jabung Timur. Melewati kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Tak salah jika Sungai Batanghari adalah mutiara pengetahuan akan nilai konservasi, pendidikan, maupun bagi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
Potensi ini, jika dipoles dengan baik, bukan mustahil bisa mendongkrak usaha bagi BUMDes Maju Bersama untuk menyediakan jasa wisata. Menurut catatan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat, di sekitar sungai ini terdapat berbagai situs purbakala abad ke-13 peninggalan berbagai kerajaan Sriwijaya, Dharmasraya, dan Kerajaan Melayu Kuno. Salah satu yang terkenal adalah Kompleks Percandian Muaro Jambi yang menyimpan 80 reruntuhan candid an pemukiman kuno.
Kini, BUMDes Maju Bersama tengah mengelola sebidang tanah agar menjadi salah satu pendukung usaha pariwisata ini. Kesejukan udara, semilir angina Sungai Batanghari, dan berbagai sajian kuliner khas, menjadi nilai tambah bagi usaha ini. Pada saat bulan Ramadhan, biasanya warga meramaikan kegiatan melalui Pasar Bedug. Di keramaian Pasar Bedug tersaji aneka kue khas Jambi, seperti gandus, muso, dan bolu kojo.
“Selain itu, ada pengembangan lain untuk wisata memancing, “ ujar Fitriani. Di sungai ini ada berbagai jenis ikan lokal, seperti gabus, pating, baung dan lainnya yang layak untuk dikonsumsi.
Namun, Kepala Desa Ihsan, pengembangan lahan desa ini tetap memerlukan pembiayaan untuk pembangunan dan pengelolaannya. Sekalipun pihak desa telah menyiapkan anggaran dan akan dilakukan pembangunan secara bertahap.
Ada banyak harapan agar Desa Kunangan tersirat kemajuan dalam berbagai bidang. Sektor pertanian dan keberadaan Sungai Batanghari menjadi motor agar desa ini bergerak maju. Melalui BUMDes Maju Bersama, mereka meniti agar mimpi mereka tercapai dengan pasti. (Diliput bersama Jon Afrizal).