Desa

Mencicipi Kampung Adat Cirendeu: Dari Beras Singkong Hingga Egg Roll

Kampung Adat Cirendeu, Kota Cimahi, Jawa Barat, mengembangkan singkong sebagai basis diversifikasi dan inovasi pangan berbahan baku singkong.

Ahmad Yunus
Mencicipi Kampung Adat Cirendeu: Dari Beras Singkong Hingga Egg Roll
Pengunjung Kampung Adat Cirendeu mendapat pendampingan dari warga untuk mendengar dan melihat seluk beluk kampung ini secara dekat. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Hamparan kebun pohon singkong terlihat subur di lahan ladang milik warga Kampung Cirendeu, Kota Cimahi selatan, Jawa Barat. Berbagai tanaman lain juga terlihat mulai panen di musim ini. Ada nangka, durian, hingga alpukat. Musim hujan yang mulai deras di bulan ini rupanya turut menyegarkan lahan kebun milik warga ini.

Kebun singkong memang menjadi jantung kehidupan bagi masyarakat Kampung Cirendeu. Sejak tahun 1924 mereka sepakat untuk memilih singkong sebagai pangan utama selain beras. Mereka menyebutnya dengan istilah beras singkong atau Rasi.

Ada sejarah panjang di balik beras singkong ini. Menurut catatan sejarah, masyarakat di sana pernah mengalami bencana kekeringan dan padi menjadi puso. Saat itu suplai beras juga sangat sulit. Berbekal nilai kearifan budaya Sunda, akhirnya mereka memilih singkong untuk kemudian dijadikan bahan nasi.

Sejak itu, masyarakat Cirendeu tidak lagi mengkonsumsi dan tergantung pada beras. Bahkan aturan adat melarang warganya untuk memakan beras dan dijalankan secara turun temurun. Ada petuah yang melekat hingga hari ini di benak warganya.

Teu nanaon teu boga huma ge asal boga pare. Teu nanaon teu boga pare ge asal boga beas. Teu nanaon teu boga beas ge asal bisa ngejo. Teu nanaon teu bisa ngejo ge asal bisa nyatu. Teu nanaon teu bisa nyatu ge asal bisa hirup” atau tidak apa-apa tidak punya huma atau ladang, asal punya padi, tidak apa-apa tidak punya padi, asal punya beras, tidak apa-apa tidak punya beras, asal dapat menanak nasi, tidak apa-apa tidak dapat menanak nasi, asal makan, tidak apa-apa tidak makan, asal dapat bertahan hidup.

Hamparan kebun singkong di Kampung Cireundeu dan menjadi jantung bagi warganya sejak masa Belanda.
Hamparan kebun singkong di Kampung Cireundeu dan menjadi jantung bagi warganya sejak masa Belanda. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Beras Singkong

Rasi menjadi ajaran leluhur yang kini masih lestari dan menjadi keseharian warganya dalam urusan pangan. Bahkan warga masih punya nilai tolong menolong dan gotong royong dengan cara saling memberi rasa antartetangga. Begitulah adat yang mereka tanam dan hidupkan hingga menjadi ciri budaya di desa ini.

Rasi berasal dari perasan ampas singkong dan dikeringkan setelah direndam selama satu malam. Rasi dikeringkan di bawah terik matahari hingga kering dan kemudian diolah menjadi beras singkong. Cara pengolahannya juga sama dengan beras bisa disajikan dengan ayam goreng, tahu tempe, sambal dan lalaban.

Jangan bayangkan masyarakat adat Cirendeu seperti kampung adat Sunda Baduy misalnya. Di sini warga juga mengikuti perkembangan zaman dan teknologi seperti masyarakat pada umumnya. Rumah bertembok. Akses internet dan lain-lain. Namun yang membedakan adalah pola sumber makannya.

Perkampungan Cirendeu berada di dekat bekas wilayah pembuangan tempat akhir Leuwigajah. Lokasi TPA Leuwigajah sudah ditutup oleh pemerintah sejak peristiwa ledakan sampah tahun 2005 dan mengakibatkan korban jiwa sebanyak 157 jiwa. Sejak itu masalah sampah menjadi perhatian besar dan melahirkan UU Pengelolaan Sampah pada tahun 2008.

Area Leuwigajah kini sudah menjadi hamparan kebun yang dikelola oleh warga. Tak ada lagi tumpukan sampah di sana. Area perbukitan terlihat lebih hijau ketimbang dulu yang sesak dengan sampah dan cairan limbah sampah organik. Di sini juga tidak tercium bau menyengat.

Pengunjung bisa melihat secara dekat kondisi hutan tutupan yang lestari dengan cara berjalan kaki tanpa menggunakan sepatu atau sandal.
Pengunjung bisa melihat secara dekat kondisi hutan tutupan yang lestari dengan cara berjalan kaki tanpa menggunakan sepatu atau sandal. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Hutan Yang Lestari

Kampung Cirendeu juga menjaga dan menerapkan nilai adat pada lingkungan sekitarnya. Area perbukitan terlihat lestari dengan aneka ragam pepohonan. Mulai dari bambu hingga tanaman keras lainnya agar menghijau dan menjadi area tangkapan air.

Area hutan dibagi ke dalam tiga bagian. Ada hutan larangan, hutan tutupan, dan hutan baladahan atau pertanian. Hutan larangan difungsikan sebagai hutan alami. Tak ada kegiatan manusia sama sekali di sini kecuali untuk keperluan adat. Hutan tutupan adalah hutan yang ditanam berbagai macam pepohonan untuk kelangsungan kehidupan. Sedangkan hutan baladahan difungsikan sebagai area untuk pengelolaan pertanian warga.

Pengunjung bisa melihat secara dekat kondisi di hutan larangan dan hutan baladahan. Alam masih terlihat lestari dengan udara yang begitu segar. Di sini pengunjung bisa menikmati suasana hutan dengan cara jalan kaki tanpa alas sepatu atau sandal. Aktivitas jalan kaki mengitari perbukitan ini sangat cocok bagi siapapun.

Produk pengembangan beras singkong atau Rasi ini salah satunya menjadi cemilan egg roll dan menjadi favorit pengunjung.
Produk pengembangan beras singkong atau Rasi ini salah satunya menjadi cemilan egg roll dan menjadi favorit pengunjung. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Inovasi Pangan Dari Singkong

Pengunjung tak hanya bisa menikmati sensasi rasi saja. Baik dinikmati sebagai nasi liwet dengan aneka lauk pauk maupun menjadi nasi goreng. Semua terasa enak dan rasanya seperti nasi pada umumnya. Baik dari sisi tektsur, aroma, maupun rasanya. Tak ada perbedaan sama sekali.

Selain itu, salah satu olahan yang sangat digemari adalah egg roll. Egg roll ini juga menghasilkan kualitas olahan yang sangat baik. Produk cemilan sehat ini hasil kolaborasi antara warga dengan Unpad dan pernah mendapatkan apresiasi penghargaan Top 34 Sistem Informasi Inovasi Pelayanan Publik melalui diplomasi pangan di tahun 2019.

Egg roll ini tentu saja berbahan baku rasi bukan tepung terigu. Pendampingan dilakukan oleh dosen dan peneliti Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Unpad Marleen Sunyoto, Ir.MP di tahun 2008 dan menjadikan produk egg roll ini sebagai produk unggulan dari Cirendeu.

Egg roll ini kaya dengan serat dan harga yang lebih murah,” ujarnya dan telah dijual di sejumlah toko kue di Bandung dan di Cireundeu sebagai oleh-oleh.

Di sini singkong menjadi emas dan tak dipandang sebelah mata. Di berbagai daerah lainnya, inovasi berbahan baku singkong juga terus dikembangkan dan menjadi produk pangan sehat.

Diversifikasi pangan melalui singkong menjadi salah satu jawaban pengembangan pangan di Indonesia. Inovasi dari Cirendeu menjadi bukti bahwa pengembangan inovasi pangan singkong bisa dilakukan dan turut meningkatkan nilai ekonomi masyarakatnya.

Kini, Cirendeu punya wajah yang lestari dan berdaya. Nilai budaya tetap melekat kuat dan menjadi sendi kehidupan. Ekonomi bergeliat melalui berbagai inovasi dari pengembangan pangan berbahan baku singkong.

Semangat kolaborasi dan gotong royong menjadi urat nadi agar kehidupan warganya semakin tumbuh membaik.Tak salah hingga saat ini keberadaan kampung adat Cirendeu tetap menjadi magnet kunjungan orang. Baik untuk rekreasi dan menikmati Rasi hingga penelitian dari berbagai kampus dan kelembagaan internasional. Singkong semakin naik kelas dan berkelas.

Baca Lainnya

Tak Lagi Sulit Air Bersih
BUMDes

Tak Lagi Sulit Air Bersih

BUMDes Karangrejek mengelola air bersih di Desa Karangrejek, Gunungkidul. Berhasil memasok ketersediaan di tengah wilayahnya yang kering dan tandus.

Ahmad Yunus