Melestarikan Gula Tumbu Di Kandangmas
Gula tumbu menjadi salah satu produk khas dari beberapa desa di lereng Muria, Kabupaten Kudus. Salah satunya di Desa Kandangmas.
Siang itu (2/8/2023), beberapa pekerja tampak sibuk memproduksi gula tumbu. Di Dukuh Sekandang, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, industri gula tradisional berbahan sari tebu ini masih dipertahankan.
Gula tumbu diproduksi di Desa Kandangmas ini dibuat sebagai bahan pembuatan kecap manis. Dipasarkan ke sejumlah daerah di pulau Jawa, dengan harga berkisar Rp8500 - Rp10.000 tergantung kualitas.
Masyarakat menyebut jenis gula merah ini dengan gula "tumbu". Dinamakan gula tumbu, sebab olahan sari tebu yang sudah masak dituangkan ke dalam tumbu atau tombong yang terbuat dari bahan bambu.
Proses pembuatannya cukup panjang. Dari tebu yang sudah tua, digiling untuk diambil sarinya dan dimasak di sebuah kawah besar. Sesekali para pekerja juga menyebutnya kilang tebu. Sementara bahan pembakarannya, diambil dari sisa batang tebu yang sudah digiling dan dikeringkan.
Industri gula tumbu di Kandangmas masih dilestarikan. Meskipun mulai meredup, beberapa pelaku usaha tetap memilih bertahan. Industri gula tumbu juga menjadi usaha rumahan yang turun-temurun.
Proses memasak gula tumbu berkisar 3 jam. Untuk mendapatkan gula tumbu, harus menunggu tumbu penuh dengan cairan gula. Dalam sehari, para pekerja biasanya membuat 3-4 lapisan gula. Sementara untuk penuh, butuh waktu sekitar 7 sampai 8 hari.
Masing-masing pekerja saling bekerja sama. Dari menggiling tebu, menjaga api tungku hingga akan memindahkan sari tebu dari kawah ke kawah. Proses terakhir adalah penuangan gula di atas tumbu dan pengadukan. Dilakukan berlapis-lapis hingga tumbu penuh.
Gula tumbu yang sudah jadi akan disetorkan kepada pengepul. Dikirim ke luar daerah dan ke pabrik untuk bahan baku pembuatan kecap. Bulan Agustus memang sedang ramai-ramainya produksi gula tumbu. Sebab di bulan ini, pertanian tebu sedang musim panen raya.