Desa

Manis Nanas di Kualu Nenas

“Nenas” dalam Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, bukan nama sematan belaka. Inilah salah satu desa penghasil nanas terbesar di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Zulfa Amira Zaed
Manis Nanas di Kualu Nenas
Yunilas, seorang petani nanas di Desa Kualu tengah memanen nanas di kebunnya, Rabu (17/2). Meskipun banyak orang desa yang telah meninggalkan kebun nanas mereka, tapi bagi Yunilas, nanas tetap menjanjikan. Zulfa Amira Zaed / Lokadata

Matahari berada tepat di atas kepala, ketika Yunilas petani nanas asal Desa Kualu Nenas Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar Provinsi Riau tengah memanen nanas di kebun miliknya. Matahari tak terasa terik baginya, mengingat rupiah yang akan ia dapatkan dari panen itu. Bumbung (keranjang yang di punggung), sarung tangan, dan sepatu boot ia kenakan untuk memanen nanas. Dalam sepekan, Yulinas memanen dua hingga tiga kali.

Kebun yang ia olah sejak lima tahun lalu ini cukup menjanjikan. Sebab, dari hasil kebun seluas setengah hektar di samping rumahnya ini, ia mampu menyekolahkan dua orang anaknya, membangun rumah, umroh dan menabung.

“Meskipun kini, banyak yang meninggalkan bertani nanas, tapi bagi saya, bertani nanas tetap menjanjikan. Sebab, saya tahu cara mengolahnya untuk menjadi uang," kata Yunilas, 35 tahun, saat ditemui pada Rabu (17/2).

Ia menceritakan sedikit rahasia tentang keberhasilannya dalam bertani nanas jenis queen. Seperti memberi pupuk urea 25 kilogram per bulan untuk setengah hektar lahannya. Selain itu, ia pun memberi vitamin yang diteteskan ke buah untuk merangsang pertumbuhan nanas dan mengatur waktu panen.

"Mengatur masa panenan berguna agar petani tetap bisa menjual nanas dengan harga yang baik," katanya. Sebab jika panen tidak diatur sedemikian rupa, maka nanas akan melimpah sehingga harga di agen jadi anjlok.

Berat setiap satu buah nanas jenis queen di kebun Yulinas sekitar 2 kilogram. Setiap musim panen, ia menjual sekitar 4.000 buah nanas. Satu buah nanas dihargai Rp3.500.

Dalam proses bertani nanas secara alamiah, panen perdana akan didapat ketika nanas berusia 15 bulan. Namun menggunakan obat perangsang, dia bisa memanen nanas per minggu secara teratur. Per baris rumpun nanas, yang sesuai dengan permintaan pasar.

"Jika hanya mengandalkan panen alami, saya hanya bisa panen satu kali dalam setahun saja. Untuk itu kami gunakan obat perangsang buah agar bisa panen nanas di usia tanam 4 bulan. Jika mengandalkan cara alamiah akan lama. Kapan kami dapat untungnya? " katanya.

Yulinas mengatakan, setiap tahun ia harus mengeluarkan biaya sekitar Rp12 juta hingga Rp14 juta untuk biaya perawatan hingga panenan. Sementara keuntungan yang ia dapat bisa mencapai angka Rp50 juta per tahun. “Selama lima tahun bertani nanas, saya bisa menghidupi keluarga dan dua orang anak yang bersekolah di tingkat sekolah dasar,” katanya.

Nanas dari Desa Kualu Nanas dijual di tepi jalan Pekanbaru - Bangkinang. Pandemi juga berdampak pada sepinya pembeli nanas. Selasa, 16/2/2021.
Nanas dari Desa Kualu Nanas dijual di tepi jalan Pekanbaru - Bangkinang. Pandemi juga berdampak pada sepinya pembeli nanas. Selasa, 16/2/2021. Zulfa Amira Zaed / Lokadata

Salah satu persoalan yang kerap dihadapi petani di sana adalah hama dari satwa. Seperti babi hutan dan beruk. Kedua jenis binatang ini sering mengganggu lahan petani dan memakan buah nanas mereka. Sehingga, petani pun harus ekstra hati-hati dan selalu bersiaga untuk mengusir kedua jenis satwa ini.

"Ada istilah bagi setiap petani, bahwa setiap hasil panenan, pasti ada ‘jatah’ buat satwa di sekeliling. Meskipun itu tidak banyak," kata Zulfikar, petani nanas yang lain. Namun, katanya, jika satwa telah datang berulang kali dan merugikan, tentu saja tetap harus dihalau. "Ketergantungan kami terhadap produksi buah nanas saat tinggi. Kami akan kesusahan jika panen gagal gara-gara diserang hama satwa,” kata Zulfikar.

Terkait dengan pengetahuan, banyak dari petani menyatakan mereka saling belajar antar sesama petani. Baik itu cara bertanam, maupun memanen. "Kami belum pernah mendapatkan penyuluhan dari petugas. Kami hanya mengandalkan pembelajaran bersama saja," lanjutnya.

Sekdes Kualu Nenas, M Yunus Bakri mengatakan hal senada. Menurutnya, petani perlu untuk mendapatkan penyuluhan, agar hasil panenan lebih baik. Meskipun, kata para petani, mereka sering didatangi banyak peneliti. Baik itu siswa, mahasiswa atau pun dosen. Namun, Kualu Nenas hanya dijadikan sebagai objek penelitian, belum sebagai subjek pengembangan ekonomi masyarakat dan inovasi pertanian.

Selain soal pendampingan dan penyuluhan, membuat pusat pembelajaran mengenai nanas juga dianggap penting. Petani atau pedagang nanas yang sudah berpengalaman dapat menjadi pengajar. "Setidaknya, selain menjual produk, kami juga berharap ada sejenis tempat untuk belajar pertanian nanas bagi mereka yang ingin belajar, dan kami siap menjadi pengajarnya," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Riau, Syahfalefi mengatakan pihaknya hingga kini masih menunggu konsep yang diberikan oleh pihak Kabupaten Kampar terkait pengembangan produk nanas ke depannya. Sebab, itu adalah ranah kabupaten.

"Sesuai dengan otonomi daerah, tidak semua persoalan diambil alih oleh pihak provinsi. Kami hanya menyesuaikan saja," katanya.

Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, Kabupaten Tambang dalam tangkapan layar Dashboard Lokadata. Pada 2020, desa ini berstatus berkembang.
Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, Kabupaten Tambang dalam tangkapan layar Dashboard Lokadata. Pada 2020, desa ini berstatus berkembang. Lokadata / Lokadata

Penghasil dan sentra olahan nanas

Menurut data Kantor Desa Kualu, pada 2008 terdapat seluas 800 hektar area kebun nanas, dengan produksi sebanyak 4 ton per hari. Meskipun masih menjadi sentra nanas, produksinya tidak lagi seperti dulu. Mata pencaharian penduduk desa mulai bergeser.

"Jumlah penduduk Desa Kualu Nenas pada tahun 2020 sebanyak 1.337 jiwa, dan 60 persennya berprofesi sebagai petani nanas," kata Sekretaris Desa Kualu Nenas, M Yunus Bakri.

Saat kebun nanas yang tersisa hanya 400 hektar saja. Sebab, banyak penduduk yang telah meninggalkan kebun nanas, dan memilih untuk bekerja di perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sekitar desa. Sehingga produksi nanas segar pun menurun menjadi hanya 2 ton per hari saja. Pada 2012, Tugu Nenas diresmikan pada tahun 2012 oleh Jefry Noer, Bupati Kampar kala itu. Penanda bahwa selain sebagai penghasil nanas, desa ini merupakan sentra usaha pengolahan nanas.

Jika dikelola dengan maksimal, hasil dari bertani nanas cukup menjanjikan. Nenas kualitas super atau dengan berat lebih dari 2 kilogram per buah juga dapat diekspor ke negara tetangga dengan memenuhi kualifikasi tertentu, mulai dari ukuran buah, peremajaan kebun hingga pengolahan kebun.

"Pada tahun 2012 pernah sekali, orang dari negara tetangga datang ke sini untuk membeli nanas dalam jumlah besar. Tapi hanya satu kali itu saja." kata Mahmud petani nanas yang lain. Pembeli itu kata Mahmud, menyatakan bahwa nanas di sini tidak sesuai dengan standarisasi mereka. Sehingga tidak bisa diekspor ke sana.

Melimpahnya buah nanas di desa itu membuat penduduk berpikir keras untuk memanfaatkannya. Dengan metode modern, masyarakat Desa Kualu mengolah nanas menjadi keripik.

Beberapa industri rumahan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) “Sakinah” bahu membahu memproduksi, mengemas dan memasarkan keripik nanas. Keripik nanas yang diproduksi telah memenuhi standar kelayakan untuk dipasarkan di banyak swalayan di Kota Pekanbaru. Mereka memiliki legalitas produk mulai dari Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) hingga halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Produk olahan nanas inipun mampu bersaing dengan berbagai produk yang dipajang di sentra oleh-oleh dan swalayan tidak hanya di Kota Pekanbaru, melainkan hingga ke provinsi tetangga, seperti Sumatera Barat dan Jambi. Sayangnya, kemasannya tidak menarik perhatian pembeli yang terbiasa membeli produk dengan kemasan yang apik.

Saat ini pun terdapat 12 gerai oleh-oleh di sepanjang jalan raya Pekanbaru-Bangkinang mulai dari km 10 hingga km 40. Gerai tersebut tak hanya menjajakan keripik nanas tetapi juga keripik nangka. Harga keripik nanas rata-rata Rp 150 ribu per kilogram.

Seorang pekerja tengah membersihkan buah nenas segar. Buah nenas segar ini kemudian diolah menjadi produk turunan nenas, yakni Keripik Nenas.  Selasa, 16/2/2021
Seorang pekerja tengah membersihkan buah nenas segar. Buah nenas segar ini kemudian diolah menjadi produk turunan nenas, yakni Keripik Nenas. Selasa, 16/2/2021 Zulfa Amira Zaed / Lokadata

Siang itu, Selasa (16/02), Asri, 40 tahun, sedang bersiap menggoreng keripik nanas dengan menggunakan alat penggorengan khusus. Setiap hari, Asri dibantu seorang pengupas nanas yang ia beri upah Rp 75 ribu. Selain dikupas, nanas juga diiris tipis dan dicuci dengan menggunakan air bersih.

"Lamanya waktu menggoreng nanas ini sampai 4 jam, pada saat menggoreng, alat harus benar-benar terkunci rapat. Sekali menggoreng, kami mengolah 10 buah nanas dengan ukuran jumbo yang menghasilkan 2,5 kilogram keripik nanas," tutur Asri. Dalam pengoperasiannya, mesin penggorengan nanas ini menggunakan energi listrik berdaya 1.200 watt. Mesin penggorengan ini dibelinya dengan uang sendiri, seharga Rp 25 juta.

Namun, seperti setiap orang di masa pandemi, produk olahan nanas pun terpukul. "Persoalan saat ini, kami lebih banyak menunggu pembeli yang melintasi jalan ini saja. Terlebih di masa pandemi ini, penjualan cenderung merosot tajam,” ujar Asri.

Saat ini, pemerintah tengah melakukan pengerjaan jalan tol Pekanbaru - Padang (Sumatera Barat). Jalan tol ini akan melewati sentra penjualan produk nanas dan desa penghasil nanas itu. Sentra penjualan produk nanas itu berada di Jalan Lintas Rimbo Panjang. Jika jalan tol telah dibuka dalam beberapa tahun ke depan, maka kawasan ini akan berada tepat di pintu masuk jalan tol.

"Kami berharap, pembukaan jalan tol Pekanbaru-Padang akan membuka peluang baru bagi produk kami ini," kata Kamsir, seorang pedagang nanas di jalur itu.

Tidak hanya para pembeli, Kamsir juga berharap para investor yang berminat untuk menanam modal di sana. Sebab, menurut dia, beberapa orang dari negara tetangga sempat berbincang-bincang dengan mereka beberapa waktu lalu. Bahkan, mereka pun diminta untuk mengajarkan proses penanaman nanas di negara Malaysia.

* Koreksi redaksi pada 9 Maret, 2021: membuang repetisi dalam kalimat pembuka saat diunggah pertama kali pada 6 Maret, 2021. Dari "Inilah desa penghasil nanas salah satu desa penghasil nanas terbesar di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.", menjadi "Inilah salah satu desa penghasil nanas terbesar di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau." Kami memohon maaf dari pembaca untuk kesalahan ini.

Baca Lainnya

Bisnis Nanas Desa Lendang Nangka Utara
BUMDes

Bisnis Nanas Desa Lendang Nangka Utara

Nanas menjadi urat nadi bagi masyarakat Desa Lendang Nangka Utara, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Terkendala akibat harga yang jatuh dan bagaimana peranan BUMDes Genem mengatasi ini.

Maharani