Manajemen BUMDes sehat, pendapatan Desa Manjungan berlipat
Dengan kepengurusan BUMDes yang profesional dan sistem manajemen keuangan yang transparan, obyek wisata Umbul Susuhan di Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, mampu mencetak omzet Rp1,6 miliar pada 2019. Selain diputar menjadi modal untuk mengembangkan usaha, sebagian laba dari BUMDes
Sejak pemerintah mengucurkan dana desa dan menggalakkan pembentukan BUMDes pada 2015, obyek wisata baru yang memanfaatkan potensi umbul mulai bermunculan di Klaten. Salah satunya Umbul Susuhan yang diresmikan oleh Bupati Klaten Sri Mulyani sebagai obyek wisata baru di Klaten pada 2 Oktober 2018.
Dulu, umbul di tepi Jalan Klaten - Jatinom itu hanya dimanfaatkan warga sekitar untuk mandi, mencuci pakaian, dan sumber irigasi. Air jernih dari kolam alami yang dinaungi dua beringin besar itu juga digunakan para pedagang ternak untuk mencuci pikap dan truk sepulang dari Pasar Jatinom.
Potensi Umbul Susuhan mulai dilirik Pemerintah Desa (Pemdes) Manjungan, Kecamatan Ngawen, seiring dengan melejitnya Umbul Ponggok sebagai obyek wisata beromzet miliaran rupiah. Umbul Ponggok berada di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, tujuh kilometer di timur Manjungan.
Setelah membentuk BUMDes Mahanani pada 2015, Pemdes Manjungan segera menyiapkan Umbul Susuhan sebagai destinasi wisata. Hal itu terlihat dari besarnya anggaran untuk membangun Umbul Susuhan secara bertahap dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Manjungan pada kurun 2016 - 2018.
Total sekitar Rp1,6 miliar digelontorkan untuk pembangunan umbul dalam kurun tiga tahun. Pembangunan tahap awal Umbul Susuhan pada 2016 dianggarkan Rp362.795.000 (dari total pendapatan desa Rp1.364.765.000). Pada 2017, pembangunan tahap kedua Umbul Susuhan dianggarkan Rp597.347.000 (dari total pendapatan desa Rp2.689.900.000). Pada 2018, anggaran untuk membangun Umbul Susuhan dikucurkan Rp684.218.500 (dari total pendapatan desa Rp2.847.829.958).
Dalam tiga tahun, Umbul Susuhan yang semula terdiri dari dua kolam alami beralas pasir dan batu berkembang menjadi lima kolam. Tiga kolam tambahan berdinding dan berlantai keramik. Luas dan kedalaman kolam tambahan itu bervariasi, untuk anak-anak, dewasa, dan khusus untuk perempuan. Selain itu, juga dibangun beberapa fasilitas penunjang seperti toilet, kantin, taman, dan mushola.
Direktur BUMDes Mahanani, Affan Fauzan Pahlawi (39) mengatakan Umbul Susuhan mulai dibuka untuk wisata pada 2017. "Pada tahun pertama, Umbul Susuhan sudah bisa menyumbang kas desa meski belum banyak. Sebab, retribusinya masih berupa sumbangan sukarela," kata Affan di Balai Desa Manjungan (31/8/2021).
Sebelum Umbul Susuhan dikelola untuk wisata, Kepala Urusan Keuangan Pemdes Manjungan Imam Sopingi (53) mengatakan Pendapatan Asli Desa (PADes) pada 2016 hanya Rp29.016.000 atau 2,12% dari total pendapatan desa Rp 1.364.765.000.
“Mayoritas pendapatan desa saat itu dari transfer pemerintah. Sumber PADes hanya dari hasil tanam di tanah kas desa, persewaan gedung olahraga, dan tempat pencucian mobil di dekat Umbul Susuhan,” kata Sopingi kepada Kanal Desa (6/9/2021). Setelah Umbul Susuhan dibuka untuk wisata pada 2017, PADes Manjungan naik menjadi Rp37,6 juta.
Dengan bertambahnya jumlah kolam dan fasilitas penunjang di Umbul Susuhan, pada 2018, BUMDes mulai menarik tiket Rp8.000 per orang. Hasilnya, PADes Manjungan tahun itu melonjak jadi Rp382.757.048. “Sumber utama PADes 2018 dari bagi hasil keuntungan BUMDes sebesar Rp370.751.300,” kata Sopingi.
Perombakan BUMDes
Setelah dilantik menjadi Kepala Desa Manjungan pada 16 Mei 2019, Dunung Nugraha mengaku kaget saat mencermati laporan keuangan BUMDes Mahanani. “Aku review semua, kok parah banget. Aku kroscek cash flow-nya (laporan arus kas). Income (pendapatan) ke mana saja: ke aset berapa, berapa sisa yang dicadangkan. Kok nggak balanced (seimbang),” kata Dunung yang sebelumnya bekerja sebagai akuntan di perusahaan otomotif.
Sejak itu, Dunung selaku komisaris BUMDes mulai membenahi kepengurusan dan tata kelola BUMDes Mahanani. Pada 20 Juli 2019, Pemdes Manjungan membuka lowongan untuk posisi direktur, bagian pemasaran (marketing), akuntan (accounting), dan bagian pengadaan (purchasing) di BUMDes Mahanani. Rekrutmen terbuka itu khusus untuk warga Manjungan yang berijazah minimal SMA / sederajat dan berumur maksimal 45 tahun.
Layaknya perusahaan bonafide, lowongan itu juga mencantumkan syarat keterampilan yang berbeda-beda tergantung jenis pekerjaannya. Syarat tambahannya seperti menguasai teknologi informasi (IT), mampu membuat desain grafis, dan kemampuan mengoperasikan perangkat lunak pengolah data.
Semua pendaftar disaring melalui uji kompetensi. “Jadi tidak ada istilah dulu mendukung siapa saat pemilihan kepala desa (pada 13 Maret 2019). Enam orang yang lolos, termasuk Mas Affan selaku direktur. Kebetulan masih muda semua,” kata Dunung.
Adapun 16 karyawan BUMDes tetap dipertahankan. Sebanyak 15 karyawan bekerja di Umbul Susuhan, mulai dari penjaga loket, penjaga toko yang menjual perlengkapan renang, penjaga kolam, dan piket jaga malam. Satu karyawan lagi menjaga kolam pencucian kendaraan di saluran irigasi, 400 meter di timur Umbul Susuhan.
Meski berstatus karyawan tetap, mereka digaji dengan upah harian Rp50.000 yang dibayarkan tiap akhir pekan. Sepekan sekali, karyawan di Umbul Susuhan mendapat tambahan penghasilan dari menguras kolam. Mereka juga mendapat Tunjangan Hari Raya (THR). Karena BUMDes belum menggaji sesuai standar, karyawan bisa cuti ketika ada pekerjaan sampingan.
Selain merombak kepengurusan BUMDes, Pemdes Manjungan juga membentuk Badan Pengawas BUMDes yang beranggotakan tujuh orang. Semuanya tokoh masyarakat Manjungan. Ada mantan anggota DPR, mantan kepala desa, mantan direktur rumah sakit, dan kepala SMA.
Di samping mengontrol kinerja BUMDes, badan pengawas juga punya andil dalam berbagai diskusi perencanaan hingga pengambilan keputusan. “Tidak ada lagi istilah one man show, superpower, atau hanya kades dan bendahara yang jadi pengelola tunggal semua kegiatan desa,” kata Dunung.
Bersama Badan Pengawas BUMDes, Pemdes Manjungan menyusun sistem manajerial BUMDes yang profesional dan manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel. “Semua harus bisa diverifikasi dan terbuka, dari kasir sampai bendahara BUMDes. Jangan maunya cuma komunikasi sama saya, tapi kalau ditanya orang jawabnya nggak tahu,” ujar Dunung.
Setelah dilantik pada 21 September 2019, pengurus baru BUMDes Mahanani langsung mengelola unit usaha wisata Umbul Susuhan, toko BUMDes di Umbul Susuhan, dan kolam pencucian kendaraan. Perombakan kepengurusan dan sistem manajemen BUMDes Mahanani langsung menuai hasil. Hal itu terlihat dari kenaikan omzetnya.
Pada 2019, Affan mengatakan, omzet Umbul Susuhan mencapai Rp1,6 miliar, naik Rp500 juta dari omzet 2018 sebesar Rp1,1 miliar. Omzet toko BUMDes di Umbul Susuhan rata-rata Rp2,5 juta per bulan dengan laba sekitar Rp500.000. Adapun kolam pencucian kendaraan belum menghasilkan laba, hanya cukup untuk menggaji satu karyawan.
Sedangkan pengelolaan kantin Umbul Susuhan diserahkan ke Pemberdayaan Kesejahteraan Keluara (PKK) Desa Manjungan. Pada hari libur, omzet kantin mencapai 5 - 6 juta rupiah per hari. “Karyawan kantin itu ibu-ibu dari 11 RW, bergantian kerjanya. Sebelumnya, kantin itu hanya dikuasai satu orang saja,” kata Affan.
Setelah dikurangi biaya operasional dan gaji karyawan, 50 persen laba bersih dari seluruh unit usaha BUMDes disetorkan ke kas desa. Sebeasar 20 persen untuk modal pengembangan usaha. Sementara 10 persen untuk cadangan modal. Sebanyak 20 persen untuk dana sosial kemasyarakatan.
Dana sosial itu untuk membayar premi BPJS Kesehatan. Sekitar 230 warga yang ditanggung BUMDes sejak 2018. Setelah omzet Umbul Susuhan naik hampir 50 persen pada 2019, BUMDes menambah satu program sosial lagi yaitu dana tali asih. Sejumlah 1 juta rupiah untuk tiap warga yang meninggal dunia.
Ihwal besarnya porsi bagi hasil BUMDes ke kas desa, Dunung mengakui ada perubahan regulasi yang diterapkan. “Karena desa sebagai mayoritas, pemilik semua modal, maka desa berhak mendapat 50 persen laba BUMDes. Tiap kebijakan selalu disampaikan dalam musyawarah desa. Jadi masyarakat tahu dan semuanya bisa dipertanggungjawabkan,” kata Dunung.
Imbas dari besarnya bagi hasil BUMDes ke kas desa juga langsung dirasakan masyarakat, seperti program pemasangan Wi-Fi gratis di ruang publik tiap RW. Pun untuk renovasi fasilitas publik seperti lapangan tenis dan futsal, hingga honor bulanan untuk para guru Taman Pendidikan Al Quran (TPA).
“Lapangan tenis ini baru selesai direnovasi pada Juli lalu. Biayanya sekitar Rp160 juta. Sekarang lantainya pakai alas standar nasional. Gratis untuk warga Manjungan. Raketnya sudah disediakan. Ada juga pelatih untuk anak-anak,” kata warga Manjungan, Hardiyanto. Sedangkan untuk klub dari luar, sewa lapangan itu Rp50.000 per bulan dengan jadwal main sepekan sekali, dari pagi sampai siang atau siang sampai petang.
Di lapangan tenis yang bersanding dengan lapangan futsal itu, Pemdes juga membangun kantin yang disewakan untuk warga dengan tarif murah. “Kantin ini baru dibangun Pemdes tahun lalu. Sewanya cuma Rp1,2 juta per tahun,” kata Yani, pengelola kantin. Sebelumnya ada kantin, Yani berjualan di luar lapangan menggunakan warung tenda.
Inovasi BUMDes
Melihat kinerja BUMDes Mahanani yang progresif, Pemdes Manjungan kian percaya diri. Obyek wisata Umbul Susuhan pun ditarget meraup omzet Rp 2,5 miliar pada 2020. Untuk mencapai target itu, di pengujung 2019, BUMDes menempuh dua langkah. Pertama, menata ulang tata ruang Umbul Susuhan agar dapat menampung wisatawan lebih banyak. Kedua, menambah wahana baru untuk wisata kuliner malam.
Dengan modal Rp1 miliar dari kas BUMDes dan Pemdes, pembangunan Umbul Susuhan dikebut. Di sisi barat kolam utama, didirikan bangunan dua lantai berkonstruksi baja untuk area kuliner. Di atas kolam dewasa dipasang instalasi lampu hias. Di sisi selatan kolam alami, dibangun satu kolam air panas untuk berendam seluas 3 x 10 meter lengkap dengan mesin pemanas (heater). Mushola dan toilet pun tak luput dari renovasi.
Pada awal 2020, BUMDes juga berupaya mengambil alih agrowisata Hanafisa yang masih dikuasai pihak swasta. Kebun buah yang dilengkapi restoran dan danau buatan untuk wahana permainan air (perahu bebek kayuh dan waterball) itu menempati tanah kas Desa Manjungan seluas 10 hektar di seberang Umbul Susuhan.
Menurut Affan, Hanafisa adalah proyek kerja sama antara pihak ketiga dengan Pemdes Manjungan sebelum 2019. “Kontraknya 15 tahun. Tapi hanya pada bulan-bulan awal di tahun pertama saja mereka setor ke PADes. Setelah itu tidak ada pemasukan sama sekali dari Hanafisa,” kata Affan.
Setelah melalui serangkaian negosiasi, pada 20 Maret 2020, pemilik Hanafisa bersedia menyerahkan seluruh aset bangunannya kepada BUMDes Mahanani. Sebagai gantinya, BUMDes membayar Rp500 juta dengan cara diangsur dan baru lunas pada Agustus 2021. Untuk mengembalikan uang itu, BUMDes menyewakan lahan bekas Hanafisa yang di tepi jalan untuk toko swalayan, warung, dan restoran.
Masa Pandemi
Di atas tanah kas desa bekas Hanafisa itu, BUMDes berencana membangun sejumlah wahana wisata baru dan menghubungkannya dengan Umbul Susuhan. Namun, semua rencana itu kandas akibat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020.
“Begitu pembangunan Umbul Susuhan untuk kuliner malam selesai pada Maret 2020, kami langsung tutup karena pandemi,” kata Affan. Pada November 2020, Umbul Susuhan sempat buka lagi dengan batasan jumlah wisatawan 30 persen dan waktu berkunjung maksimal dua jam. Hingga Agustus 2021, Umbul Susuhan sempat buka tutup beberapa kali.
Selama pandemi, harga tiket Umbul Susuhan naik menjadi Rp10.000. Kenaikan harga tiket itu sesuai instruksi Pemerintah Kabupaten Klaten untuk mengerem minat masyarakat berwisata. Tiap ada kesempatan buka selama pandemi, pendapatan dari tiket Umbul Susuhan hanya cukup untuk biaya perawatan kolam dan gaji karyawan.
Karena pandemi yang berlarut-larut, empat pengurus BUMDes mengundurkan diri demi mencari pekerjaan lain. Kini, tinggal Affan dan satu rekannya di bagian administrasi. Adapun 15 karyawan di Umbul Susuhan diliburkan tanpa menerima gaji. BUMDes juga terpaksa mengurangi kuota warga yang ditanggung dalam BPJS Kesehatan, dari 230 orang menjadi 60 orang. Dana tali asih tetap diberikan dengan nilai yang sama.
Sementara pandemi masih memukul sektor pariwisata, BUMDes Mahanani mencoba mengembangkan unit usaha kolam pencucian mobil dengan sisa modal yang ada. Selain membangun atap untuk tempat cuci mobil penumpang, BUMDes juga menyediakan dua kompresor untuk disewakan kepada para pemilik pikap dan truk yang hendak mencuci sendiri.
“Kalau mencuci sendiri, tarifnya Rp10.000 untuk mobil dan Rp2.000 untuk sepeda motor. Kalau mau dicucikan, satu truk atau pikap itu biasanya memberi imbalan Rp60.000,” kata Nur Cahyo, karyawan BUMDes yang mengelola kolam cuci kendaraan.
Danau buatan bekas Hanafisa yang kini diberi nama kolam Tirta Kencana juga dimanfaatkan BUMDes untuk kolam pemancingan ikan mas, nila, dan tombro. “Memancing di sini cuma Rp5.000, bebas, dari pukul 07.00 sampai 17.30. Ikannya bisa dibawa pulang, kecuali ikan maskot yang dilombakan,” kata Agus Sayadi, karyawan BUMDes yang bertugas jaga di kolam Tirta Kencana.
Meski terpuruk selama pandemi, BUMDes Mahanani optimistis bisa bangkit kembali setelah kondisi kembali normal. “Untungnya pembangunan Umbul Susuhan sudah selesai sebelum pandemi. Kalau kondisi sudah normal, kami bisa segera mengoptimalkan wisata kuliner malam dan kolam air panasnya,” kata Dunung.
Sementara menunggu kondisi normal, BUMDes Mahanani sibuk melakukan analisis dan evaluasi (feasibility study) untuk memanfaatkan lahan bekas Hanafisa. BUMDes juga sedang menjajaki kemungkinan untuk menggandeng warga menjadi investor di obyek wisata baru calon pendamping Umbul Susuhan itu.
“Lahan bekas Hanafisa itu akan kita bangun secara parsial. Bikin satu wahana dulu, nanti pendapatannya untuk membangun wahana baru lagi,” kata Dunung. Wahana pertama yang dinilai paling prospektif adalah waterboom di kolam Tirta Kencana. “Waterboom itu akan menarik wisatawan karena terlihat mencolok dari jalan Klaten-Jatinom. Nanti tiketnya murah saja karena lahannya tidak perlu sewa, beda dengan waterboom milik swasta,” kata Dunung.