Desa

Larva Maggot: Si Peremuk Sampah Organik

Saung Maggot Bandung Barat mengolah limbah organik perhotelan hingga pasar tradisional secara alami. Mengatasi limbah keseharian agar tidak sia-sia dan menguntungkan.

Ahmad Yunus
Larva Maggot: Si Peremuk Sampah Organik
Maggot dihasilkan dari lalat Black Soldier Fly atau BSF yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan bagi manusia. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Saung Maggot Bandung Barat menghadap pesawahan dan lembah yang menghijau. Dari sini terlihat jalan tol Padalarang dan jalur kereta api cepat Woosh. Lokasi saung sedikit memojok dari kawasan perumahan warga. Udara terasa sejuk dan segar dari kaki bukit Gunung Burangrang, Bandung Utara.

Inilah lokasi “pabrik alami” pengelolaan sampah organik yang dikelola oleh Asep Saefuloh bersama warga lokal dari Kampung Bojong Koneng, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. Setiap hari mereka mengambil sisa sampah organik dari beberapa hotel, pasar tradisional, dan rumah warga hingga 2 ton.

“Ke depan, saya akan bekerja sama dengan rumah sakit untuk mengelola sampah sisa makanan. Kebutuhannya masih besar,” ujarnya yang akrab dipanggil Kang Eful ini. Menurutnya, Saung Maggot Bandung Barat ini membutuhkan pasokan sampah organik hingga 3 ton tiap hari.

Saung Maggot Bandung Barat turut mengurangi limbah sampah organik dari Kabupaten Bandung Barat.  Setiap hari ia mengolah sampah organik seberat 2 ton.
Saung Maggot Bandung Barat turut mengurangi limbah sampah organik dari Kabupaten Bandung Barat. Setiap hari ia mengolah sampah organik seberat 2 ton. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Ibaratnya, Saung Maggot Bandung Barat memang kecil-kecil cabe rawit. Di sana ada sekitar 10 kotak penampung larva maggot dan satu kandang lalat BSF untuk menghasilkan telur larva. Dilengkapi satu mesin penghacur sampah untuk dijadikan bubur pakan larva dari ribuan maggot.

“Untuk saung sekecil ini membutuhkan pasokan sampah organik yang besar. Sangat efektif untuk mengurangi sampah sehari-hari,” ujarnya bersemangat.

Kang Eful punya pengalaman matang dalam mengelola maggot sekaligus mengatasi persoalan sampah organik sehari-hari. Menurutnya, keberadaan budidaya maggot ini tak hanya sekedar bermanfaat bagi lingkungan saja. Tapi juga ada nilai tambah secara ekonomi.

“Maggot berprotein tinggi dan dibutuhkan oleh peternakan ayam, perikanan, dan penghobi burung kicau,” ujarnya. Saat ini, Saung Maggot Kabupaten Bandung Barat bisa menghasilkan maggot segar sebanyak 500 kilogram atau mencapai 15 ton per bulan.

Asep Saefuloh mendirikan usaha budidaya maggot bersama kelompoknya di Kabupaten Bandung Barat untuk turut mengelola sampah organik dan bisa berdampak secara ekonomi bagi warga desanya.
Asep Saefuloh mendirikan usaha budidaya maggot bersama kelompoknya di Kabupaten Bandung Barat untuk turut mengelola sampah organik dan bisa berdampak secara ekonomi bagi warga desanya. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Kang Eful memang tidak sendirian sebagai pembudidaya maggot di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Saat ini ada 56 orang pembudidaya maggot sekaligus peternak ayam dan ikan yang tersebar di 16 kecamatan dan 165 desa di seluruh Kabupaten Bandung Barat. Paguyuban maggot Kabupaten Bandung Barat ini sebagai wadah komunikasi sekaligus melahirkan inovasi produk dari budidaya maggot.

“Harga per kilogram tergantung grade maggotnya. Ada harga yang 4 ribu, 5 ribu hingga 7 ribu,” ujarnya. Harga maggot tergantung dari spesifikasi pakan. Pakan yang berasal dari limbah ikan dan daging tentu saja lebih tinggi ketimbang dari limbah sayuran dan buah-buahan.

“Hasil uji laboratorium, 42, 25 persen maggot dari saya berprotein tinggi dan sangat cocok untuk ayam pedaging dan perikanan,” ujarnya.

Sampah organik justru bukan masalah saat dikelola dengan benar dan tepat. Menurutnya, metode budidaya maggot bisa mereduksi sampah luar biasa. Tak hanya itu, maggot juga tidak mengganggu alam dan menjadikan lingkungan bisa menjadi lebih sehat dan aman.

Maggot sejenis larva atau belatung yang rakus memakan limbah yang membusuk benda padat maupun cair. Bagi kebanyakan orang, mungkin terlihat menjijikan. Maggot inilah yang bekerja secara alami dan sangat efektif melahap berbagai limbah organik. Larva maggot setiap hari mampu melahap hingga 20 sampai 40 kilogram setiap hari dan tidak menyisakan selain kotoran larva. Ini pun masih bisa menjadi produk pupuk organik yang cocok untuk pertanian.

“Di sini tidak ada tumpukan sampah dan tidak tercium bau busuk sampah,” ujarnya.

Kotoran maggot juga menghasilkan pupuk organik yang sangat baik untuk memenuhi kebutuhan pupuk pertanian.
Kotoran maggot juga menghasilkan pupuk organik yang sangat baik untuk memenuhi kebutuhan pupuk pertanian. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Kang Eful memulai usaha budidaya maggot sejak empat tahun lalu dengan modal sebesar Rp 150 ribu. Berawal dari 10 gram telur larva dan hingga saat ini berkembang menghasilkan ribuan maggot. Ke depan, ia berencana untuk membangun pelet maggot sehingga nilai produknya bisa jauh lebih bernilai dan efektif.

“Sementara ini masih jual dalam bentuk maggot saja,” ujarnya.

Ketertarikan ia terhadap budidaya maggot saat dirinya masih bekerja sebagai pegawai perbankan. Saat itu, ia sering melihat tumpukan sampah di pasar induk Ciroyom saat pulang ke rumahnya. Ia merasa tumpukan sampah ini sangat berpotensi secara ekonomi.

“Ada potensi apa dan bisa dijadikan apa? Apa sistem kompos atau lewat budidaya maggot,” ujarnya. Menurutnya, sampah tidak akan menjadi masalah saat terkelola dengan tepat. Terlebih lewat budidaya maggot. Ia mengaku, tiap hari ia mengumpulkan sampah hingga 2 ton untuk memasok kebutuhan Saung Maggot Bandung Barat.

Kabupaten Bandung Barat berada di wilayah utara dan barat Bandung Raya. Kabupaten ini terkenal dengan berbagai atraksi wisata seperti Lembang dan hasil pertanian unggulan. Pengelolaan sampah terpadu menjadi salah satu garda terpenting.
Kabupaten Bandung Barat berada di wilayah utara dan barat Bandung Raya. Kabupaten ini terkenal dengan berbagai atraksi wisata seperti Lembang dan hasil pertanian unggulan. Pengelolaan sampah terpadu menjadi salah satu garda terpenting. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan 2023, capaian kinerja pengelolaan sampah nasional di 214 kabupaten/kota se-Indonesia timbunan sampah nasional mencapai 24 juta ton per tahun. Dengan pengurangan sampah sebanyak 15,99 persen atau mencapai 3,9 juta ton. Adapaun sampah yang terkelola sebanyak 16 juta ton per tahun dan sampai tidak terkelola mencapai 8,4 juta ton per tahun.

Tiap kota dan kabupaten di Indonesia tentu saja menghadapi berbagai tantangan dalam pengelolaan sampah yang tepat dan efektif. Termasuk yang berada di desa-desa. Bukan cerita baru lagi sampah menjadi musibah dan kerapkali kewalahan saat terjadi penumpukan di berbagai sudut jalan. Kondisi ini pun kerap kali menjadi berita yang tak kungjung usai.

Keberadaan Saung Maggot Bandung Barat bersama kelompoknya bisa menjadi contoh bagaimana mereka bekerja mengurangi sampah organik di pedesaan. Berbagai tumpukan sampah sisa limbah pertanian, pasar tradisional, rumah warga, hingga perhotelan bisa terkelola dengan baik dan bermanfaat bagi lingkungan dan ekonomi warga.

Lewat budidaya maggot mereka berhasil mereduksi sampah organik setiap hari secara nyata dan berdampak. Hasilnya pun ternyata membantu perekonomian warga sekaligus mengurangi ongkos produksi pakan di sektor peternakan dan pertanian warga.

Asep Saefuloh bekerja secara diam bersama ribuan maggot di Saung Maggot Bandung Barat. Si larva yang bergeliat itu menggerus dengan rakus sampah organik sisa dari dapur kehidupan manusia.

Baca Lainnya