Dari maggot sampai telur ayam: usaha BUMDes Wargakerta raup untung di masa pandemi
BUMDes Wargakerta kini tengah menjadi sorotan desa-desa lainnya di Kabupaten Tasikmalaya. Selain dinilai maju dan memiliki terobosan, BUMDes Wargakerta juga sudah mampu memberikan sumbangsih berupa Pendapatan Asli Desa (PAD) senilai Rp100 juta dari keuntungan pengelolaan usaha.
Tidak semua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mampu bertahan apalagi sampai menghasilkan keuntungan ketika harus berhadapan dengan masa pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Kebanyakan karena kurang piawai dalam pengelolaan, BUMDes terseok-seok dan sampai-sampai menutup usaha.
BUMDes BUMDes Kerta Setra Utama, Desa Wargakerta berbeda. Usaha desa yang berlokasi di Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat, BUMDes ini mampu menghasilkan keuntungan usaha yang luar biasa meski di tengah pandemi. Berdasarkan catatan pembukuan di tahun 2020, BUMDes yang berdiri pada 2018 ini berhasil membukukan pendapatan hingga Rp400 juta lebih.
Tidak heran, BUMDes Wargakerta kini tengah menjadi sorotan desa-desa lainnya di Kabupaten Tasikmalaya. Selain dinilai maju dan memiliki terobosan, BUMDes Wargakerta juga sudah mampu memberikan sumbangsih berupa Pendapatan Asli Desa (PAD) senilai Rp100 juta dari keuntungan usaha.
Konsep yang dijalankan sangat sederhana: BUMDes yang dikelola berfokus pada pemenuhan kebutuhan lokal masyarakat Desa Wargakerta. Berbeda dengan kebanyakan BUMDes di desa lain yang justru hanya digenjot agar memiliki produk untuk dijual keluar desa, sementara kebutuhan masyarakat lokal terabaikan. Lantas dari pemikiran itu, terbentuklah beberapa unit usaha BUMDes yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kini sudah ada empat unit usaha yang fokus digarap BUMDes Wargakerta. Mulai dari budidaya ulat maggot, peternakan ayam petelur, pembudidayaan ikan nila dan ikan mas, serta BUMDes Mart. Direktur BUMDes Aditia Abdilah menjelaskan, pada 2018 dia menargetkan hingga tahun 2024 BUMDes akan berfokus dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat di Desa Wargakerta. Jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 5.000 jiwa dia anggap sebagai pasar yang potensial bagi BUMDes.
"Peluang pasarnya sudah tersedia. Tinggal bagaimana kita menentukan produk-produk apa saja yang bisa dijual ke masyarakat," jelas Aditia kepada Kanal Desa (18/10/2021).
Tiga unit usaha
Pada April 2018, BUMDes menjalin kerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dari Universitas Padjajaran Bandung untuk memetakan potensi Desa Wargakerta. Potensi-potensi di bidang peternakan, perikanan dan pertanian pun teridentifikasi dan dianalisis dengan seksama.
Agustus di tahun yang sama, BUMDes Wargakerta melakukan terobosan dengan membudidayakan belatung lalat tentara hitam (black soldier fly) atau yang disebut ulat maggot. Langkah ini juga diambil sebagai salah satu solusi dalam mengurai permasalahan sampah sisa rumah tangga yang dihasilkan masyarakat. Maggot pun menjadi pakan alternatif ternak yang kaya akan protein. Sehingga warga bisa lebih menghemat biaya pengeluaran pakan ternak dan ikan.
Setiap harinya, tidak kurang dari 25 kilogram maggot dihasilkan dari unit ini. Satu kilogram maggot bisa dijual dengan harga Rp7.000 bagi masyarakat di Desa Wargakerta dan Rp8.000 kepada warga di luar desa.
Permintaan maggot yang tinggi membuat produksi cukup kewalahan. Bahkan untuk permintaan lokal saja sudah mencapai 4 kuintal per bulan. Selain menghasilkan uang, budidaya maggot ini juga mampu mengurai 2,5 kuintal sampah organik per empat hari sekali. Sampah tersebut dikumpulkan dari limbah pasar terdekat.
"Permintaan maggot datang selain dari warga Desa Wargakerta, juga dari berbagai wilayah lain. Seperti Singaparna, Kota Tasikmalaya dan Ciamis. Rata-rata untuk kebutuhan pakan ayam, bebek dan ikan," ujar Kepala Unit Pembudidayaan Maggot, Andi.
Sukses membudidayakan maggot, maka usaha peternakan ayam petelur menjadi usaha berikutnya yang digarap BUMDes sejak Februari 2020 . Kini sudah lebih dari 2.000 ekor ayam yang diternakkan. Dalam kondisi normal, setidaknya mampu menghasilkan produksi telur 60 kilogram per hari.
BUMDes melakukan analisis pasar. Jika masyarakat Wargakerta selama ini membutuhkan 2 ton telur dalam sebulan. Perkiraan pasar ditaksir mampu menghasilkan untung Rp10 juta sampai Rp15 juta per bulan. Sebelum ada BUMDes, awalnya mereka membeli telur keluar. Lantas peluang ini diambil BUMDes.
Meski dalam beberapa bulan ini harga telur anjlok hingga Rp14.000 per kilogram, akan tetapi usaha telur ayam yang dikembangkan BUMDes Wargakerta tidak terlalu terdampak. Hal ini berkat adanya kesepakatan harga antara BUMDes dengan warung-warung mitra BUMDes. Harga jual telur tetap yakni Rp21.000 per kilogram. Tidak terpengaruh fluktuasi harga telur di pasaran.
Konsep pendapatan BUMDes yang nantinya akan kembalikan ke desa dan digunakan bagi kebutuhan masyarakat, membuat warung yang dipasok telur ayam tidak beralih membeli telur keluar dari BUMDes. Cara ini memang menjadi salah satu solusi agar usaha telur ayam terus bertahan, meski dengan harga pasaran tengah turun. Kini ada sekitar 200 warung yang menjadi mitra BUMDes Wargakerta.
"Jadi telah ada kesepakatan untuk harga telur ayam, Rp21.000 per kilogram. Baik saat harga telur di pasaran mahal maupun murah seperti saat ini. Paling yang menjadi beban kami yakni harga pakan ayam saja yang terus naik," ujar Kepala Unit Usaha Ayam Petelur, Aam.
Unit usaha ketiga yang juga digarap BUMDes Wargakerta yakni bidang perikanan, mulai digarap pada Februari 2020. Setidaknya ada 50 mitra BUMDes yang terlibat dalam usaha tersebut. Budidaya ikan nila dan ikan mas menjadi usaha unggulan. BUMDes merambah berbagai pasar di Tasikmalaya dengan memasok sedikitnya 2 kuintal ikan per dua minggu sekali.
Meski begitu, pemasaran usaha perikanan ini, menurut penanggungjawab pemasaran unit Cecep Dian (42), masih memerlukan pengembangan agar berkelanjutan. Seperti skema kerja sama dengan rumah makan besar atau pabrik pengolahan ikan air tawar. Harapannya pemasaran tidak terganggu dengan situasi pasar. Sementara dari sisi produksi ikan, Cecep yakin BUMDes mampu memenuhi.
"Kami memiliki 50 mitra binaan BUMDes. Setiap mitra memiliki lebih dari empat kolam ikan. Sehingga kami rasa, ketika ada pemesanan dalam jumlah besar dan berkelanjutan, kami masih mampu," jelas Cecep.
Dari 3 unit usaha tersebut, BUMDes Wargakerta mampu membukukan pendapatan hingga Rp400 juta pada 2020, serta dapat menyetorkan Rp100 juta ke Pendapatan Asli Desa (PADes). Rinciannya: Rp300 juta dari unit peternakan; Rp60 juta dari unit perikanan; dan Rp40 juta dari budidaya maggot.
Sebesar 35 persen dari PADes yang masuk, dibagikan kembali untuk menunjang kesejahteraan masyarakat mulai pemerintah desa, BPD, LKD, MUI, gapoktan, posyandu, karang taruna, hingga perangkat RT/RW. Sedangkan 65 persen sisanya diinvestasikan sebagai modal awal dalam pembentukan BUMDes Mart yang mulai beroperasi di bulan Februari 2021.
Konsep dari BUMDes Mart sendiri memang bukan hanya warung kelontong biasa. Unit ini berposisi sebagai pemasok barang ke warung-warung warga selaku mitra. Tentu saja hal ini memerlukan harga yang bersaing dan lebih murah dari harga di tingkat grosir terdekat. Namun kembali pada semangat 'pendapatan BUMDes akan kembali bagi kesejahteraan masyarakat', BUMDes Mart ini pun tetap diminati oleh warung-warung di desa untuk berbelanja.
"Adanya BUMDes Mart ini bukan menyaingi warung-warung masyarakat. Akan tetapi kami bermitra dengan warung yang ada untuk mengambil barang dagangan ke BUMDes Mart. Kami tidak melayani pembelian perseorangan," jelas pengelola harian BUMDes Mart, Husen (56).
Kekompakan dengan masyarakat dan pemerintah desa
Kesuksesan pengelolaan BUMDes Wargakerta dalam beberapa tahun ini tentunya tidak bisa lepas dari peran serta dan kebijakan pemerintah desa setempat. Kepala Desa Wargakerta, Nurul Muhtadin, memberikan keleluasan BUMDes untuk mengelola dan mengembangkan sayap usahanya.
"Kami melihat progres setiap tahunnya usaha BUMDes ini terus berkembang, sehingga kita pun percaya untuk menambah penyertaan modal. Kemudian komitmen jajaran pengurus BUMDes dan kepercayaan masyarakat. Kami tidak ragu," ujar Nurul Muhtadin.
Bahkan, ia pun sangat tercengang ketika perolehan BUMDes di tahun 2020 mampu mencapai Rp400 juta. Hal ini pertama kali diraih, apalagi di tengah masa pandemi yang serba sulit.
Direktur BUMDes Wargakerta, Aditia Abdilah, mengaku, faktor penentu keberhasilan BUMDes Wargakerta tiada lain adalah kekompakan masyarakat. Salah satunya ketika harga telur ayam dijual tetap Rp21.000 per kilogram. Jika masyarakat tidak kompak, maka kebijakan ini bakal banyak dicibir dan ditinggalkan saat harga telur ayam terus-terusan jatuh seperti sekarang. Masyarakat sadar dan turut mendukung agar warga untuk membeli dari BUMDes.
"Pemerintah desa, ulama dan tokoh masyarakat, turut mendukung. Jika tidak kompak, mana mungkin BUMDes akan mampu menjual telur tetap Rp21.000 ke masyarakat," jelas Aditia.
BUMDes pun telah merancang sektor usaha lain yakni dalam agen gas elpiji dan perusahaan air minum desa. Karena membutuhkan modal besar, BUMDes mengajukan bantuan kepada Kementerian Desa, Pemberdayaan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Ia pun hanya berharap, untuk tahun ini penghasilan BUMDes tidak akan jauh dari tahun sebelumnya. Meski sayap usaha telah berjalan cukup baik, akan tetapi dengan harga pakan ayam yang terus mahal di tahun ini, maka tentu akan sangat berpengaruh pada pendapatan BUMDes.