Peluang ekonomi BUMDes di masa pandemi
BUMDes Giri Artha, Desa Tembok, Kabupaten Buleleng, Bali mampu membuat terobosan dan melihat peluang baru.
Memajukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk meningkatkan ekonomi desa bukan hanya tugas pemerintah semata. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19, membutuhkan kerja sama dan dukungan dari banyak pihak, termasuk dari sektor swasta.
Hal itu dikemukanan Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendesa PDTT, Drs. Samsul Widodo, MA., dalam serial webinar desa #1, “Adaptasi Bisnis BUMDes pada Masa Kenormalan Baru” yang diselenggarakan Lokadata dan PT Djarum yang berlangsung pada Kamis, (19/11/2020) lewat Zoom dan Youtube.
Samsul merinci ada lima masalah dalam pengembangan produk unggulan desa yang dikelola oleh Desa dan BUMDes yakni, 1) Rendahnya skala ekonomi; 2) Lemahnya akses pasar; 3) Jalur distribusi yang panjang; 4) Rendahnya sarana pasca panen; 5) Kesulitan permodalan.
“Dana Desa bisa dialihkan menjadi modal BUMDes. Tapi jangan berpikir itu satu-satunya sumber modal. Ke depan BUMDes seharusnya bisa melakukan pendekatan ke pihak swasta yang dapat membantu keberlangsungan BUMDes,” kata Samsul Widodo.
Bentuk dukungan swasta, Samsul mencontohkan, dalam penyediaan sarana dan prasarana pasca panen. Dengan terlibatnya swasta atau pengusaha dalam mendukung BUMDes dan ekonomi desa diharapkan diberikan insentif, seperti kredit modal, pajak dan kemudahan perizinan.
“Dalam jangka panjang, untuk mendukung pengembangan produk unggulan perdesaan, perlunya difasilitasi pelaksanaan forum bisnis yang mempertemukan daerah dengan pihak investor dan Kementerian/Lembaga terkait,” ujar Samsul lebih lanjut.
Adaptasi Bisnis BUMDes Pada Masa Kenormalan Baru
Pembicara lainnya, Dewa Komang Yudi Astara, Kepala Desa dan Pembina BUMDes Giri Artha, Desa Tembok, Kabupaten Buleleng, Bali banyak bercerita tentang pengalamannya mengelola Desa dan BUMDes di masa pandemi. “Pandemi ini bagi kami adalah masa untuk menilai kami sendiri, apa potensi yang kami miliki dan mencari peluang ke depannya,” kata Yudi Astara.
Sejak Maret 2020, saat merebaknya Pandemi, menurut Yudi, Bali menjadi wilayah yang paling terpukul imbas Covid-19 karena sumber pendapatanya banyak dari sektor pariwisata. Sedangkan Desa Tembok yang berada di Bali bagian utara, banyak warganya yang bekerja di kawasan selatan seperti Denpasar, Ubud, hingga Seminyak.
Awal-awal pandemi, Yudi menjelaskan, tahapan persiapan dan memetakan ulang semua potensi desa yang dimiliki. Mulai dari pemetaan lahan kosong, komoditas pertanian warga, hingga area wilayah kelautan. Kemudian dari sana memunculkan sekitar 25 jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh mereka yang terdampak, mulai dari sektor pertanian, kerajinan, hingga wisata desa.
“Bantuan Dana Desa untuk langsung tunai kami konversi jadi pekerjaan. Jadi mereka yang menerima itu juga tetap bermartabat, karena ada yang dikerjakan dan jelas apa yang akan dicapai. Sejak Mei kami menyerap sekitar 170-an tenaga kerja dari program ini,” ujar Yudi.
Tak sampai di sana, menurut Yudi, programnya didesain saling terkait dan berkelanjutan. Kini desanya sudah menunjukkan hasil, panen sayur pertanian dan buah mangga bisa dipasarkan oleh warga bersama BUMDes. Persiapan untuk 2021, saat ini sedang menjajaki kerja kerja sama agar produk desanya bisa masuk ke sejumlah hotel Bali.
Dalam kondisi saat ini, Yudi Astara berharap, pemerintah juga bisa hadir mengisi ruang kosong dan berperan sebagai enabler. “Saya harap nantinya bisa dibangun connecting tools yang menghubungkan antara supply dan demand. Dan semoga Kemendesa juga bisa membuatkan platform untuk mengkoneksikan BUMDes dengan pasar,” kata Yudi menambahkan.
Pembicara ketiga VP Galeri Indonesia Blibli.com, Andreas Ardian Pramaditya menjelaskan dalam kondisi pandemi ini, menjelaskan peluang-peluang produk desa dalam marketplace digital atau sosial media. Andreas juga menceritakan tentang pelatihan pemasaran untuk BUMDes di Glagah Kulon Kudus pada tahun lalu.
“Kami mendampingi dalam membuat packing produk hingga bagaiamana dalam melayani konsumen. Jadi dalam berjualan online itu tidak hanya fokus ke produk. Juga bagaimana bagaimana membuat konten produk itu sendiri, meyakinkan calon konsumen lainnya” ujar Andreas.
Public Affairs Senior Manager PT Djarum, Purwono Nugroho mengatakan dukungan pengembangan kapasitas pengelolaan BUMDes dari hasil pemetaan yang dilakukan bersama Lokadata dan Dinas PMD Kabupaten Kudus.
“Alasan kami fokus ke BUMDes karena kami berangkat dari keinginan untuk menggerakkan perekonomian yang berawal dari desa. Selama tiga tahun PT Djarum bekerja sama dengan Lokadata dan Dinas PMD Kabupaten Kudus ternyata kami menemukan masih banyak pekerjaan rumah, khususnya yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Oleh karena itu, PT Djarum bersama Lokadata dan beberapa mitra mengadakan pelatihan kepada BUMDes yang saat ini dilakukan secara daring,” ujar Purwono Nugroho.
Purwono menambahkan, webinar ini adalah awalan sebelum menuju pelatihan. Sebab sebelumnya pelatihan BUMDes diadakan secara luring dan terbatas hanya bisa diikuti oleh teman-teman BUMDes di Kudus. Saat ini sedang dipersiapkan platform pelatihan daring yang akan diluncurkan dalam situs kanaldesa.com tahun depan.
Serial webinar desa yang diselenggarakan Lokadata dan PT Djarum dilaksanakan dalam tiga tahap dengan tema-tema yang berbeda. Seri #1 dengan tema, “Adaptasi Bisnis BUMDes pada Masa Kenormalan Baru”. Seri #2 dengan tema, “Optimalisasi Aset Desa untuk Pengembangan Badan Usaha Milik Desa” yang akan berlangsung pada Kamis, (26/11/2020), dan Seri #3, “Menggali Potensi Permodalan Desa” yang akan rencanakan pada, Kamis (3/12/2020).