Kiat BUMDes Menembus Pasar Ekspor
BUMDes Megamendung Jaya bergerilya membangun usaha desa melalui kopi. Ikut mengisi ceruk pasar ekspor Indonesia ke mancanegara. Bagaimana kiat dan peranan BUMDes dalam mendongkrak potensi ini?
Pergelaran sepak bola Piala Dunia Qatar 2022 telah menyedot mata dunia. Berbagai peserta tim sepak bola nasional terbaik dunia telah unjuk gigi dalam perhelatan empat tahun sekali itu. Mulai tim terbaik yang mewakili daratan Afrika, Eropa, Amerika, hingga Asia turut bersaing memperebutkan piala dunia sepak bola ini.
Ajang ini tentu saja tak sekedar indah melihat gocekan para pemain berkelas dunia. Tapi menjadi event besar dalam mendongkrak berbagai potensi wisata, ekonomi, hingga budaya antarbangsa.
Termasuk bagi Indonesia, meskipun tak menjadi peserta dalam pentas sepakbola dunia ini. Di momen pentas dunia ini, Indonesia berbangga dengan hadirnya sajian kopi yang sudah menjadi kegemaran masyarakat Qatar. Salah satunya, kopi yang berasal dari Desa Megamendung, Bogor yang dikelola oleh BUMDes Megamendung Jaya melalui kemitraan dengan petani kopi.
“Tujuan ekspor kopi pertama ke Mesir baru didistribusikan untuk pasar Timur Tengah. Salah satunya Qatar,” ujar Direktur BUMDes Megamendung Jaya, Yusup Solihatul Munawar.
Menurutnya, ada banyak syarat agar sebuah produk bisa menembus pasar ekspor. Pertama, jaminan pembeli di mancanegara. Kedua, kelengkapan administrasi ekspor impor. Bagi BUMDes Megamendung Jaya, dua syarat ini penting agar produk kopinya bisa menembus pasar luar negeri.
“Kebetulan ada mitra dari Bandung yang perlu kopi robusta dan ingin mengangkat kopi Jawa Barat,” katanya.
BUMdes Megamendung Jaya punya mimpi untuk mengangkat perkopian di Indonesia. Bukan hanya sekedar dari Megamendung tapi juga bermitra dengan wilayah Bogor lainnya. Mengingat permintaan kapasitas kopi yang besar. Termasuk potensi produksi kopi yang berasal dari Bogor.
Untuk tahap pertama BUMDes Megamendung berhasil mengirimkan kopi sebesar 200 ton. “Kita kirim lima kontainer. 3 kontainer kopi dari Bogor dan 2 kontainer kopi dari mitra Temanggung,” ujarnya.
Melihat nilai ekonomi yang besar, BUMDes Megamendung terus membenahi mata rantai pasokan kopi. Termasuk membangun mitra bersama kelompok tani di Bogor. Selama ini, hampir 3 ribu ton lebih kopi dari Bogor terserap ke Temanggung, Jawa Tengah. Padahal, jika dilakukan ekspor langsung bisa mendapatkan nilai lebih bagi petani maupun BUMDes.
Menurut Yusup, ada banyak tantangan dalam membenahi mata rantai kopi di Bogor. Pertama, pasar kopi lokal dikuasai ijon. Kedua, petani mendapatkan harga jual yang murah. Kondisi ini membuat perkopian di Bogor kurang berdampak bagi kemajuan kopi lokal.
Membaca catatan lapangan ini menjadi pelecut bagi BUMDes Megamendung Jaya mencari solusi terbaik. Salah satunya, membangun jejaring bersama BUMDes lainnya di Bogor untuk membuat kesepakatan bersama petani. Kondisi ini pun menjadi salah satu jawaban untuk memperbaiki mata rantai ini. Dan tentunya, bagaimana menjadikan kesepakatan ini berdampak bagi para petani kopi.
“Ada kenaikan harga. Mulai dari harga Rp 22 ribu per kilogram menjadi Rp 27 ribu per kilogram,” ujar Yusup. Selain itu, kesepakatan ini pun membuat para petani dan mitra lokal bangga dengan kehadiran BUMDes.
Ekspor yang dilakukan oleh BUMDes Megamendung membuka mata bagi banyak BUMDes dan lembaga desa lainnya. Ibaratnya, ini menjadi batu loncatan untuk membenahi sumber daya manusia dan mimpi besar mereka.
Mereka membuktikan bahwa kerja keras, kolaborasi, dan semangat melakukan perubahan, menjadi modal BUMDes, agar bisa dan mampu unjuk gigi di pentas nasional dan internasional.
Permintaan ekspor kopi untuk Timur Tengah memang besar seiring meningkatnya ekonomi dan konsumsi kopi masyarakatnya. Kedai kopi tradisional hingga modern terus tumbuh. Permintaan kopi yang tinggi menjadi peluang bagi Indonesia untuk memasok kopi segar ini.
Menurut sumber dari Open Data Provinsi Jawa Barat, merujuk pada data Statistik Kopi Indonesia Tahun 2020 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, Jawa Barat menempati urutan ke delapan untuk angka produktivitas kopi nasional dengan tingkat hasil kopi per hektar mencapai 786 kilogram. Daerah penghasil kopi ini berasal dari Kabupaten Bandung (7.772 ton), Kabupaten Garut (4.639 ton), dan Kabupaten Bogor (3.654 ton) di tahun 2021.
Terlebih, kondisi geografis Jawa Barat memiliki keunggulan dan sangat cocok untuk pengembangan berbagai jenis kopi berkualitas baik.
Bagi BUMDes yang menjadi garda ujung tombak ekonomi desa, berbagai potensi ini menjadi peluang untuk ikut andil dalam peta bisnis komoditas kopi dunia. Terlebih, berbagai kopi terbaik berada di jangkauan wilayah desa di Indonesia. BUMDes Megamendung Jaya, melihat kesempatan baik bagi usaha desanya mendorong masuk pasar ekspor.
“Untuk ekspor tahap kedua sudah 100 persen murni dari Bogor. Tidak lagi dibantu dari Temanggung,” ujar Yusup.
Desa Megamendung terletak di kawasan pariwisata Puncak, Bogor. Lokasinya berada di daerah pegunungan dengan suasana suhu yang sejuk. Tak heran jika desa ini kerapkali dibanjiri para pengunjung yang ingin menikmati kawasan puncak. Khususnya pengunjung dari masyarakat Jabodetabek. Mereka datang untuk melihat dan menikmati suasana kabut di perkebunan teh. Biasanya, kawasan ini padat pengunjung saat akhir pekan atau liburan nasional.
“Kita tinggal nge-branding desa ini saja,” ujar Yusup yang kini sudah mendirikan Rasio Kopi sebagai sarana edukasi dan potensi wisata kopi Megamendung.
Ramainya para pengunjung ini tentu saja tak disia-siakan oleh masyarakat sekitar. Bahkan bisa menjadi potensi ekonomi untuk menggeliatkan dan memperkenalkan produk desa. Khususnya, dari Desa Megamendung yang dikelola oleh BUMDes Megamendung Jaya. Mulai dari budidaya madu, wisata kemping keluarga, hingga kopi yang kini menjadi primadona bagi masyarakat petani desa di sana.
Saat ini, budidaya kopi di Desa Megamendung memang tengah naik daun seiring permintaan kopi yang semakin meningkat. Baik untuk memasok kebutuhan pecinta kopi di Bogor, Jakarta, Bandung dan wilayah lainnya di Indonesia.
Melalui pendampingan di lapangan, pengolahan kopi yang berstandar, pengemasan kopi, hingga pengembangan pasar menjadi laku bagi BUMDes Megamendung Jaya dalam bermitra. Proses pendampingan dari hulu ke hilir ini mampu meningkatkan kualitas kopi yang baik sekaligus mendongrak nilai jualnya.
BUMDes Megamendung Jaya telah mengemas kopi siap saji dari Desa Megamendung melalui marketplace hingga membuka kedai kopi sendiri. Peranan aspek digital juga menjadi kunci untuk memasarkan berbagai produk dari BUMDes Megamendung Jaya agar semakin dikenal luas.
“BUMDes itu harus kita siapkan seperti perusahaan. Jangan asal ada,” katanya. Mulai kelengkapan regulasi sebuah perusahaan, akuntabilitas laporan keuangan, dan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengalaman ekspor ini pun menjadi pembelajaran bagi BUMDes Megamendung Jaya untuk terus meningkatkan kualitas dan kemampuannya. Ia berharap, keberadaan BUMDes Megamendung Jaya bisa menjadi badan usaha desa yang professional sekaligus memberi inspirasi bagi pemberdayaan desa di Indonesia. Selain unjuk gigi, bahwa BUMDes itu mampu dan hadir di pentas panggung internasional.