Desa

Durian Takengon Terbang ke Pasar Tiongkok

Durian menjadi tulang punggung ekonomi warga desa. Berpotensi besar menjadi produk ekspor dunia.

Sri Wahyuni
Durian Takengon Terbang ke Pasar Tiongkok
Dartono memiliki 600 pohon durian berkualitas dan berhasil menembus pasar ekspor. Sri Wahyuni / Kanal Desa

Dartono menjadi salah satu juragan durian di Kabupaten Aceh Tengah yang setiap tahunnya mendulang untung dari buah berkulit duri ini. Saat panen tiba, buah beraroma khas ini akan membanjiri pasar dan jalanan di Aceh. Bahkan berhasil diterbangkan hingga menembus pasar Tiongkok.

Tono, sebutan akrabnya mengatakan, buah durian dari kebunnya ternyata diminati hingga ke pasar Tiongkok. Eskpor dilakukan melalui distributor di Kota Medan.

“Saya baru tahu jika durian dari kebun dikirim ke sana sejak setahun lalu. Duriannya dikirim ke Medan, dan dari orang yang di Medan mengirimnya ke Tiongkok,” katanya.

Tono menyebut, durian yang ditanam di kebun seluas dua hektare miliknya tersebut, memiliki tiga jenis, yakni durian tembaga (kampung), pahit dan jantung.

Ia sudah menjadi juragan durian sejak 1994, melanjutkan warisan dari orang tuanya. Saat ini jumlah pohonnya sudah mencapai 600.

“Pemasarannya ke Medan paling banyak. Setiap hari 500 kilogram durian kupas dikirim ke Medan, ada sebagian yang diekspor ke Tiongkok,” jelasnya.

Dartono menyebut, selain ke Medan, durian dari hasil kebunnya juga dipasarkan ke beberapa kota di Aceh, yakni Lhokseumawe dan Banda Aceh. Masa panen pada tahun ini dimulai Januari dan berlangsung sebulan penuh sebagai momen memanen.

Disebutkannya, rata-rata dalam sehari bisa memanen hingga 300 buah per hari yang dikutip saat pagi dan sore hari. Kemudian dijual dengan harga yang dipukul rata antara ukuran besar dan kecil di angka Rp 17 ribu.

“Beda dengan dagingnya, atau durian kupas harganya antara Rp 23 ribu hingga Rp 25 ribu perkilogram untuk ditolak (kirim) ke medan,” ucapnya.

Durian menjadi komoditas kebun milik Dartono berpotensi besar menjadi produk ekspor.
Durian menjadi komoditas kebun milik Dartono berpotensi besar menjadi produk ekspor. Sri Wahyuni / Kanal Desa

Durian Organik

Durian yang ditanam Dartono di kebun seluas dua hektare adalah organik. Dia hanya menggunakan pemupukan alami yang diolahnya sendiri dengan campuran kotoran sapi dan kambing yang diproses lewat penyimpanan sebulan di dalam karung.

Dartono masih mempertahankan cara-cara lama, tidak mencampurnya dengan pupuk kimia. “Pemupukan tiga bulan sekali, kita kerjakan sendiri dengan disebar ke pohon-pohon,” katanya.

Untuk memaksimalkan lahan, Tono menerapkan sistem tumpang sari. Akan ada jenis pohon lain di dalam satu lahan, mulai dari pohon coklat, manggis, mangga, cabai, pinang dan lainnya.

Alasan Tono melakukan itu agar ada regenerasi penghasilan. Saat durian sudah habis masa panen, maka pohon mangga akan memberikan kontribusi, begitu juga untuk jenis tanaman lainnya.

“Coklat panennya di bulan 8-9, pinang bulan 4-8. Jadi kami ingin hasil tidak putus, karena hanya tanam durian saja, ya cuma setahun sekali. Jadi memanfaatkan lahan semaksimal mungkin,” katanya.

Aceh Tengah punya potensi besar dari sektor pertanian dan perkebunan. Daerah ini kaya akan hasil rempah-rempah, buah-buahan, hingga kopi berkualitas ekspor.
Aceh Tengah punya potensi besar dari sektor pertanian dan perkebunan. Daerah ini kaya akan hasil rempah-rempah, buah-buahan, hingga kopi berkualitas ekspor. Lokadata / Lokadata

Wisata Durian dan Gudang Penyimpanan

Berada di Tanah Gayo, Kampung Meriah Jaya, Dusun Uning Baru, Takengon, Tono berencana menjadikan kebun duriannya sebagai kawasan wisata. Saat ini sudah ada pondok-pondok yang dibangun sebagai tempat santai pengunjung.

Tono akan membuat inovasi. Sudah dibangun taman wisata bukit indah lengkap dengan pondok kecil di pinggir sungai dan terdapat air terjun, dengan dihiasi tanaman bunga. Jika pengunjung ingin menikmati durian langsung, bisa dilakukan lewat pemesanan terlebih dahulu.

“Untuk nampung 100 orang bisa, sebagai tempat orang yang datang untuk menikmati langsung duriannya langsung ke alamnya. Tamu yang datang banyak dari daerah luar,” ucapnya.

“Di sini rata rata petani durian, orang tua punya kebun, anaknya ya punya juga. Saya tidak merasa tersaingi karena saya lebih senang tidak hanya saya saja yang bisa, kalau bisa satu kampung ini semuanya maju,” ucapnya.

Ke depan, sambung Tono, ia ingin memiliki gudang penyimpanan durian sendiri. Sehingga saat masa panen tiba, buah-buah yang berlimpah, akan dilakukan manajemen, tidak semuanya dilepas ke pasar.

Saat ini keinginan tersebut diakui Tono belum bisa tercapai, karena terkendala permodalan, namun ia masih bermimpi untuk mewujudkannya.

“Saya masih melempar ke distributor, padahal durian itu saat tidak masa panen, harganya bisa tembus Rp100 ribu saat stok kosong,” kata Tono berusia 44 tahun.

Pj. Bupati Aceh Tengah, T Mirzuan mengatakan, ada beberapa potensi agrowisata yang dimiliki Kabupaten Aceh Tengah, salah satunya durian, karena hampir di semua desa terdapat pohon buah ini.

Kata dia, pohon durian yang tersebar di desa-desa Aceh Tengah, menjadi daya tarik wisatawan. “Pengelolaan agrowisata durian menjadi potensi yang bisa digali, dengan rasa dan aroma durian yang khas menjadi daya tarik,” katanya lewat keterangan tertulis.

Produktivitas durian Indonesia sangat baik dan di akhir tahun lalu mencapai 2,5 juta ton.
Produktivitas durian Indonesia sangat baik dan di akhir tahun lalu mencapai 2,5 juta ton. Sri Wahyuni / Kanal Desa

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produktivitas buah durian di Indonesia sepanjang 2022 sebanyak 2,5 juta ton. Provinsi Aceh hanya menyumbang 45 ribu ton, sedangkan terbesar berasal dari Jawa Timur 419 ribu ton, Sumatra Barat 219 ribu ton, Jawa Tengah 181 ribu ton dan Sumatra Utara 119 ribu ton.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (RI), Didi Sumedi saat kegiatan gelar wicara peluncuran film dokumenter durian Indonesia untuk dunia pada 2023 lalu mengatakan, Indonesia menjadi pemasok durian terbesar ke-10 di dunia.

Data Kementerian Pertanian RI, sepanjang 2022 angka ekspor durian Indonesia sebanyak 57 triliun rupiah, turun jika dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 63 triliun rupiah.

Dartono bergeliat dengan pohon duriannya yang kian diminati masyarakat Indonesia dan dunia. Dari desa, ia meyakini mampu mendorong ekonominya kian sejahtera. Berbagai potensi seperti durian adalah salah satu komoditas penting pertanian. Terlebih, jika Dartono dan warga desanya lainnya membentuk badan usaha durian dan bekerja sama dengan BUMDes. Agar mimpinya punya gudang sekaligus pengembangan kreatif lainnya bisa terwujud dengan mudah.

Baca Lainnya