Desa

Kelompok Tani Wanita Mawar, bergantian mengolah lahan

Kelompok tani yang seluruh anggotanya perempuan dan ibu rumah tangga. Aktivitas utamanya menanam sayur, memanfaatkan jeda musim panen tanaman padi. Mereka terbiasa membajak tanah, menanam, memupuk, menyiangi hingga menjual hasil panen.

F Daus AR
Kelompok Tani Wanita Mawar, bergantian mengolah lahan
Suriani, anggota Kelompok Tani Wanita Mawar sedang menanam sawit di bedengan yang telah disiapkan. Pemilihan tanam di waktu sore dilakukan agar sawi yang baru ditanam tidak langsung kena terik matahari, (3/6/2021). F Daus AR / Lokadata.id

Sektor pertanian bukan monopoli kaum pria. Di Dusun Tala, Desa Patallassang, Kecamatan Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan sejumlah perempuan dan ibu rumah tangga tergabung dalam Kelompok Tani Wanita Mawar. Mereka bertani sayur di petak sawah usai panen padi yang menjadi komoditas utama.

Bergantian mengolah lahan sawah dari para suami dan kerabat terdekat. Dengan musim tanam padi sekitar April dan panen pada bulan Juni. Baru setelah itu bertanam sayur pada bulan Juli hingga kembali masuk musim penghujan.

Jawariah (51), ketua Kelompok Tani Wanita Mawar menjelaskan menanam sayur mulanya kegiatan mengisi waktu senggang dari jeda usai panen padi. Para ibu rumah tangga kemudian mengambil peran menanam sayur guna memenuhi kebutuhan dapur dan menambah penghasilan keuangan keluarga.

“Petak sawah yang dipakai berkebun merupakan tempat pembenihan padi, luasnya berkisar satu hingga dua hektare,” kata Daeng Dada (53), suami Jawariah saat ditemui di rumahnya, Minggu (3/6/2021).

Katua Kelompok Tani Mawar, Jawariah sedang melayani wawancara tim dokumentasi Lembaga Demokrasi Celebes selepas pelatihan pembuatan pupuk organik, (3/6/2021).
Katua Kelompok Tani Mawar, Jawariah sedang melayani wawancara tim dokumentasi Lembaga Demokrasi Celebes selepas pelatihan pembuatan pupuk organik, (3/6/2021). F Daus AR / Lokadata.id

Bagi para ibu rumah tangga, berkebun tidaklah mengganggu pekerjaan domestik mengingat anak dan suami mendukung. Pembagian tugas domestik berjalan alamiah dan memiliki kompleksitasnya masing-masing.

Jawariah misalnya, dari tiga anaknya, dua sudah menikah dan membangun rumah tangga sendiri, sedangkan anak bungsunya sudah dewasa sehingga tak perlu perhatian lebih, malah, kadang ikut membantu ibunya di kebun jika luang.

Saat ini anggota kelompok berjumlah 20 orang. Setiap anggota memiliki lahan sendiri yang jaraknya tidak berjauhan dengan anggota lainnya.

Adapun jenis sayur yang ditanam mulai dari bayam hijau, kangkung, sawi, mentimun hijau, terong, jagung, dan bawang. Namun, paling banyak memenuhi lahan ialah bayam hijau, kangkung, dan sawi. “Kangkung umur 20 hari sudah panen, sawi dan bayam hijau memakan waktu hingga 50 hari,” kata Jawariah.

Jawariah dan anggota kelompok yang lain mengupayakan sendiri proses pembajakan lahan dengan caranya sendiri. Kekerabatan dengan petani yang lain adalah kunci. Daeng Dada yang memiliki satu unit meminjamkan traktor dan membantu membajak dengan dibelikan solar.

Setelah dibajak, kemudian membuat bedengan menggunakan cangkul. Semua itu dilakukan sendiri “Mencangkul itu mudah, karena sudah terbiasa,” ujar Suriani, anggota kelompok Tani Mawar, yang biasanya memulai kegiatan berkebun di pagi hari dan lanjut pada sore hari.

Bagi Marwah, mencangkul membuat bedengan sawah untuk area tanam sayur merupakan hal yang biasa dan mudah, (3/6/2021).
Bagi Marwah, mencangkul membuat bedengan sawah untuk area tanam sayur merupakan hal yang biasa dan mudah, (3/6/2021). F Daus AR / Lokadata.id

Setiap bedengan yang ditanami sayur diatur masa panennya. Cara itu untuk menyiasati keberlanjutan masa panen. Jika hari ini satu bedengan sayur dipanen, dua atau tiga hari kemudian bedengan sayur lain yang dipanen. Lalu, bedengan sayur yang telah dipanen diolah untuk persiapan pembenihan selanjutnya. Begitu seterusnya hingga memasuki musim penghujan.

Marwah menuturkan sayur yang membutuhkan perlakukan lebih banyak adalah sawi. Setelah dilakukan pembibitan hingga memasuki usia seminggu, selanjutnya ditanam ulang di bedengan yang telah disiapkan dengan menjaga jarak tanam seukuran jengkal. Jika tidak dipindahkan, pertumbuhannya lambat dan daunnya tidak bisa mekar.

Terkait dengan bibit, para petani membeli kembali bibit di toko tani di ibu kota kabupaten. Sebab tidak semua sayur bisa dikembangkan menjadi bibit. Sawi dan bayam bibitnya bisa dikembangkan, tetapi prosesnya lama. Jadi petani memilih membeli karena harganya terjangkau. Kecuali kangkung, tidak bisa dikembangkan, jadi harus beli bibit seharga 50 ribu per kilo.

Uang tambahan keluarga

Hasil panen sayur yang telah dijual lumayan menambah keuangan keluarga. Meski dalam penjualan hasil panen harus koordinasi untuk penjualan hasil panen ke pengepul sayur yang biasanya datang langsung ke lokasi.

Suriani (49) mengatakan biasanya memanen sayur saat pembeli datang. Ini agar sayur tidak cepat layu dan memastikan pembelinya. Pembeli yang dimaksud merupakan pagandeng, sebutan untuk pengepul sayur keliling dengan sepeda motor.

Berbeda dengan Suriani, Jawariah memiliki tiga orang pengepul langganan. Jadi setiap panen sayur sudah disiapkan di sore hari dan menjelang magrib langganannya datang mengambil. “Tiap pagandeng membeli sawi, bayam, kangkung, dan juga jagung atau mentimun hijau,” ujarnya.

Pengepul biasanya datang dua atau tiga kali dalam seminggu. Saat penjualan sepi terkadang sayur yang siap panen dibiarkan begitu saja di sawah.

Desa Patallassang, Kecamatan Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan masuk dalam kategori Desa Berkembang dalam Indeks Desa Membangun (IDM) 2019 dan 2019.
Desa Patallassang, Kecamatan Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan masuk dalam kategori Desa Berkembang dalam Indeks Desa Membangun (IDM) 2019 dan 2019. Dashboard Lokadata / Lokadata.id

Penghasilan kotor setiap jenis sayur yang dijual mencapai Rp100 ribu. Jika menjual empat jenis sayur maka uang yang didapatkan sekitar Rp400 ribu hingga Rp500 ribu.

Marwah (50) mengakui hasil yang diperoleh cukup untuk menunjang belanja hariannya seperti keperluan dapur dan uang sekolah anak-anak. “Kadang dapat banyak, kadang juga sedikit. Tetapi lumayan karena menutupi kebutuhan sehari-hari dan modal beli bibit,” katanya.

Saat ini semua penjualan hasil panen masih bergantung pada pengepul. Muh Yusuf (41), Plt Kepala Desa Patallassang mengatakan, desa melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) memiliki program distribusi hasil panen petani, hanya saja mandek.

“Selama Pandemi Covid-19 tak banyak kegiatan yang melibatkan kelompok tani,” kata Yusuf melalui sambungan telepon, Sabtu (10/7/2021).

Muzakkir (39) Kasi Pemerintahan Desa Patallassang mengatakan sedang mengupayakan distribusi sayur kelompok Tani Mawar ke pasar kecamatan tetangga, yakni Marang, di pasar Bonto-Bonto.

Menurut Jawariah, sejauh ini jaringan pedagang dan pengepul sangat membantu ketimbang membawa sendiri hasil panen ke pasar. Di Labakkang terdapat tiga pasar yang menjadi tempat penjualan sayur, yakni pasar Erasa di Pundatabaji, pasar pelelangan di Maccini Baji, dan pasar Bonto Bila-Bila di Patallassang. Di tiga pasar itulah hasil kebun sayur Kelompok Tani Mawar didistribusikan oleh pengepul.

Menuju pertanian organik

Kelompok Tani Wanita Mawar terbentuk sejak 2015 atas inisiasi Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) Labakkang. Zainuddin Daeng Puli (53) dari BPP Labakkang menjelaskan, ibu rumah tangga di Kampung Tala sudah lama berkebun.

“Jadi dalam fasilitasi pembentukannya kami fokuskan semua anggotanya perempuan sehingga diberi nama Mawar,” kata Zainuddin Daeng Puli (53) saat ditemui, Sabtu, (3/7/2021).

Sawi yang telah ditanam kembali di bedengan dengan jarak tanam yang telah diatur agar pertumbuhannya subur, (3/6/2021).
Sawi yang telah ditanam kembali di bedengan dengan jarak tanam yang telah diatur agar pertumbuhannya subur, (3/6/2021). F Daus AR / Lokadata.id

Daeng Puli menjelaskan struktur kepengurusan bersifat dinamis dan sederhana. Ada yang menjabat sebagai ketua kelompok yakni Jawariah, kemudian Suriani menjabat sekretaris, dan Marwah bertanggung jawab mengelola keuangan.

Setelah enam tahun terbentuk, BPP Labakkang terus melakukan fasilitasi baik dari peningkatan manajemen kelompok sampai pada inisiasi pengalihan penggunaan pupuk dari kimia ke organik.

Akhir Juni 2021 Lembaga Demokrasi Celebes menggelar kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik untuk Kelompok Tani Wanita Mawar.

Sjam Moedji (49) pelaku pertanian organik di Pangkep yang juga penanggung jawab kegiatan mengatakan upaya pertanian yang dilakukan Kelompok Tani Mawar perlu didukung. Terutama beralih menggunakan pupuk organik, selain untuk memutus ketergantungan pada pupuk kimia juga untuk keberlanjutan tanah.

Dari sisi capaian kerja Kelompok Tani Wanita Mawar, Daeng Puli mengakui masih banyak kekurangan. Misal belum terbangun rencana bersama untuk menyisihkan pendapatan sekian persen masuk ke kas untuk dikelola dalam pemenuhan kebutuhan kelompok.

“Pendekatan yang digunakan tentu harus beda dan pelan-pelan. Petani itu melihat hasil,” katanya. Hal demikian juga berlaku dalam penerapan penggunaan pupuk organik. Menurut Daeng Puli, harus pelan-pelan dan terus dilakukan pendampingan. Butuh waktu dan proses untuk mengubah pola lama.

Baca Lainnya