Desa

Di Laut Kita Jaya: Gurihnya Ikan Asin Dari Pagimana

Ikan garam adalah sumbu penggerak ekonomi masyarakat pesisir dan nelayan skala kecil di Pagimana, Banggai. Kekayaan sumber daya laut dan potensi perikanan yang melimpah membuat Pagimana terkenal sebagai daerah pemasok ikan terbesar di Kabupaten Banggai.

Zulkifli Mangkau
Di Laut Kita Jaya: Gurihnya Ikan Asin Dari Pagimana
Ikan asin salah satu olahan hasil laut masyarakat pesisir yang punya nilai ekonomis tinggi. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Sore itu dua orang pemuda tampak sumringah saat mendekati sebuah lapak-lapak jualan yang berjejer rapi di pinggir jalan Trans Sulawesi, Pagimana, Banggai, Sulawesi Tengah. Tangan-tangan mereka begitu lihai berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Mereka tampaknya sedang asik memilih dan memilah ikan garam khas dari lapak jualan itu untuk sanak keluarganya.

“Saya memang suka beli ikan garam di sini,” kata Azis, seorang pengunjung yang sedang berbelanja.

Azis mengaku, hampir setiap kali ke Pagimana pasti akan berbelanja ikan garam atau ikan asin sebagai oleh-oleh untuk keluarganya di rumah, atau bagi kerabat dan sahabat yang memesan kepadanya.

“Kalau ke Pagimana pasti banyak yang titip dan saya sudah tahu maksud pesanan mereka,” ujarnya sambil tertawa.

Ikan garam khas Pagimana sudah lama dijadikan sebagai cendramata atau buah tangan. Apalagi bagi pelancong yang hendak singgah atau mampir ke Pagimana pasti mencari olahan hasil laut yang satu ini. Rasanya begitu khas yang membuat orang-orang suka terhadap olahan ikan garam asal Pagimana tersebut. Terlebih ikan asin ini berkualitas baik.

Pembuatan ikan garam alias ikan asin ini sangat sederhana. Oleh-oleh itu terbuat dari beragam jenis ikan, seperti ikan demersal dan ikan pelagis yang ditangkap oleh nelayan dari perairan Teluk Tomini yang sudah terkenal kekayaan lautnya.

Ikan hasil tangkapan tersebut kemudian diolah dengan cara dilumuri garam lalu dikeringkan dengan cara dijemur. Ikan-ikan yang sudah kering dan siap dijual inilah yang membuat banyak orang ketagihan.

Ikan asin atau ikan garam dari Pagimana menjadi oleh-oleh khas yang dibeli oleh masyarakat.
Ikan asin atau ikan garam dari Pagimana menjadi oleh-oleh khas yang dibeli oleh masyarakat. Zulkifli Mangkau / Kanal Desa

Umumnya, ikan garam ini dijual sendiri oleh nelayan, tapi ada juga beberapa orang nelayan menjualnya kepada pengepul, lalu menjualnya kembali di pusat lapak jualan ikan asin.

Berkat keterkenalan ikan garam ini yang menjadikannya sebagai makanan favorit banyak orang. Tak jarang, setiap orang yang membeli dan sudah mencicipinya akan datang berbelanja lagi ke lapak-lapak jualan ikan asin khas Pagimana. Bahkan pembelinya datang dari berbagai kalangan dan dari berbagai lintas daerah seperti Gorontalo dan Manado.

Pusat lokasi lapak jualan ikan asin Pagimana ini sangat mudah diakses dan ditemukan. Dari pelabuhan kapal fery berjarak sekitar kurang lebih 1 kilometer atau searah menuju pasar tradisional melewati jalan trans Sulawesi.

Terletak di sebelah kiri bahu jalan yang berhadapan langsung dengan jalan desa menuju Desa Jayabakti, Pagimana, sebuah pemukiman masyarakat Bajo terpadat yang ada di Banggai dan juga salah satu desa pemasok ikan terbesar di Pagimana. Salah satunya memasok ikan garam yang dijual di lapak-lapak tersebut.

Ikan asin terkadang selain untuk dijual, juga dijadikan sebagai bahan cadangan makanan saat musim angin datang atau cuaca buruk sedang melanda. Ketika ikan sedang mahal-mahalnya di pasaran, ikan asinlah menjadi salah satu pilihan alternatif lauk masyarakat untuk dikonsumsi.

Pagimana terletak di pesisir Banggai, Sulawesi Tengah dengan perekonomian warganya tergantung pada hasil laut.
Pagimana terletak di pesisir Banggai, Sulawesi Tengah dengan perekonomian warganya tergantung pada hasil laut. Lokadata / Lokadata

Dorong Ekonomi Pesisir

Ikan garam khas Pagimana itu ditangkap oleh para nelayan yang notabene sebagai nelayan skala kecil atau nelayan skala rumah tangga yang menggantungkan hidup mereka dari laut. Bermodalkan perahu dan mesin ketinting, juga dibantu dengan alat tangkap tradisional para nelayan bisa mendatangkan hasil tangkapan yang terbilang lumayan.

Terlebih lokasi nelayan menangkap ikan adalah perairan laut Teluk Tomini, yang sudah dikenal dengan kekayaan sumber daya lautnya terutama potensi perikanannya.

Dari kekayaan potensi perikanan itulah yang membuat Pagimana terkenal sebagai daerah penyumbang hasil tangkapan ikan terbanyak di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Apalagi didukung dengan letak geografi desa-desa yang ada di seputar Kecamatan Pagimana yang berada di kawasan pesisir, yang tentunya memberikan kontribusi yang besar bagi sumber produksi perikanan.

Desa-desa yang ada di Pagimana berdaya atas potensi lautnya yang melimpah, dan tidak sedikit orang menyebut Pagimana sebagai surganya para penikmat ikan, terutama bagi penggemar ikan garam.

Jika merujuk pada data statistik milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperlihatkan bahwa volume perikanan tangkap Indonesia khususnya perikanan tangkap laut pada tahun 2022 sebesar 7 juta ton lebih yang tersebar di seluruh daerah Indonesia.

Bukan hanya itu saja, data Angka Konsumsi Ikan (AKI) Indonesia khususnya wilayah Sulawesi Tenggara atau Sulteng sejak tiga tahun belakangan turut memperlihatkan tren yang baik. Misalnya, AKI Sulteng pada tahun 2021 sebesar 67,04 persen dan pada tahun 2022 menjadi 63,84 persen. Tren ini termasuk konsumsi atau pembelian ikan garam khas dari Pagimana yang turut memberikan sumbangan kepada AKI di Indonesia.

Ikan asin dari Pagimana terkenal karena kualitas dan rasanya yang enak.
Ikan asin dari Pagimana terkenal karena kualitas dan rasanya yang enak. Zulkifli Mangkau / Kanal Desa

Penggerak ekonomi

Pamor ikan asin dari Pagimana sudah lama terkenal. Keterkenalan ini yang membuat banyak orang memburu ikan asin tersebut. Pengolahannya yang lumayan sederhana yang membuat ikan garam dari Pagimana begitu khas dan paling banyak disukai.

“Sudah beberapa tahun saya menjual ikan garam di sini, dan lumayan juga hasilnya,” kata Yuni salah satu penjual ikan asin Pagimana.

Dia menuturkan, dari usaha jualan itu bisa membantu ekonomi rumah tangganya yang sebelumnya memang tidak bagus. Sikap memutuskan untuk berjualan ikan asin ialah pilihan yang tepat bagi dirinya yang masih dijalankan hingga sekarang ini.

“Banyak orang yang singgah dan membeli. Kebanyakan yang beli untuk dijadikan sebagai oleh-oleh dari Pagimana,” ujarnya.

Buntut dari geliat transaksi penjualan ikan asin itulah yang membuat perekonomian di Pagimana bergerak dari tahun ke tahun. Bahkan menjadi sumbu perekonomian khususnya bagi masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan.

Dampaknya, para nelayan skala kecil yang berada di sekitar Kecamatan Pagimana berlomba-lomba memproduksi ikan asin untuk dijajakan kepada pembeli atau sekadar disetor kepada setiap pengepul yang menjual di setiap lapak jualan ikan asin.

Ikan asin khas Pagimana yang dijual di setiap lapak-lapak harganya cukup beragam. Kisarannya dari Rp50 ribu per kilogram hingga Rp120 ribu per kilogramnya. Adapun ikan teri kering yang dijual juga berkisar antara 50-80 ribu per kantong plastik ukuran sedang dan masih banyak hasil perikanan lainnya yang dijajakan seperti cumi dan gurita.

Untuk keuntungannya sendiri dari perputaran penjualan dari lapak-lapak ikan asin tersebut terbilang lumayan besar. Bahkan untuk hitungan per bulannya saja paling minimal rata-rata keuntungan yang didapatkan penjual berkisar 4-5 jutaan rupiah.

Hanya saja, stok ikan garam akan berkurang bahkan tidak ada sama sekali jika cuaca lagi tidak bersahabat atau musim angin sedang melanda dan membuat harga ikan juga naik di pasaran. Tentu, jika harga ikan naik, produksi ikan asin akan menurun. Produksi akan membaik jika kondisi normal kembali.

“Cuaca yang bikin stok ikan kurang dan harga ikan pasti mahal,” kata Dandi nelayan asal Samajatem yang juga memproduksi ikan garam.

Kata Dandi, dia merasa terbantu dengan adanya produk ikan asin yang sudah dikenal di Pagimana. Meskipun menjadi pendapatan sampingan, olahan ikan asin bisa membantu perekonomian rumah tangganya terus tumbuh dari hasilnya melaut.

Pria 40 tahun itu mengaku, sebelum dia terlibat menjadi seorang nelayan dan pembuat ikan garam, keluarganya terdahulu sudah membuat ikan garam untuk penghidupan. Jejak itulah yang diikutinya untuk tetap hidup sebagai seorang nelayan dan pembuat ikan garam agar tetap laris di pasaran.

Berkat perputaran ekonomi dari hasil olahan ikan asin ini turut membantu para nelayan memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Ini yang membuat pergerakan perekonomian nelayan semakin membaik dan bisa terhindari dari keterpurukan hidup mereka dan tidak lagi digolongkan sebagai masyarakat miskin.

Baca Lainnya