Desa

Dari Jepara Untuk Dunia

Kampung nelayan Demaan, Jepara melakukan budidaya rajungan secara lestari. Memasok mata rantai permintaan daging rajungan dunia.

Ahmad Yunus
Dari Jepara Untuk Dunia
Daging rajungan dari Indonesia menjadi salah satu komoditas ekspor dunia. Dipasok dari desa pesisir Jepara, Jawa Tengah. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama salah satu presiden penyantap seafood Indonesia. Salah satu santapan favoritnya adalah daging rajungan segar yang kerap menjadi hidangan di Gedung Putih.

Daging segar rajungan ini tersaji dalam hidangan makan mewah para pemimpin dunia. Berbagai produk seperti ikan kakap hingga ikan teri memang telah memasok pangsa pasar Amerka. Berbagai produk hasil tangkapan laut ini berasal dari Kelola Mina Laut Food dan menjadi pemasok daging rajuangan terbesar untuk pasar ekspor dunia.

Beredarnya berbagai produk hasil tangkap ikan laut dari nelayan Indonesia ini tentu saja sangat membanggakan. Terlebih, produk ini sudah dalam bentuk siap saji sehingga mampu meningkatkan nilai ekonominya. Termasuk memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan nelayannya. Potensi rajungan di Indonesia memang sangat besar.

Menurut data Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan tahun 2018, ekspor daging rajungan menempati urutan ketiga dengan tujuan negara Amerika Serikat sebanyak 71 persen, Jepang sebanyak 9 persen dan Malaysia sebanyak 7 persen dengan nilai total ekspor sebesar 4,6 triliun.

Ekspor rajungan ini terus meroket hingga saat ini. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2020, nilai rajungan dari Indonesia senilai USD 367,5 juta atau sebesar 6,8 persen dari permintaan dunia dan mengalami peningkatan 5 persen per tahunnya. Kebutuhan daging rajungan dari Indonesia ini memang terbilang istimewa.

Nelayan rajungan mendirikan lokasi karantina untuk budidaya rajungan untuk bertelur.  Menjaga keberlanjutan rajungan di pesisir Jepara, Jawa Tengah.
Nelayan rajungan mendirikan lokasi karantina untuk budidaya rajungan untuk bertelur. Menjaga keberlanjutan rajungan di pesisir Jepara, Jawa Tengah. Ahmad Yunus / Kanal Desa

Tak hanya itu, sektor tangkap rajungan juga termasuk salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja. Mulai dari nelayan, pengolah, hingga produk turunan yang dikembangkan oleh pelaku UMKM.

"Selain daging, hasil rebusan rajungan juga bisa kita manfaatkan untuk pembuatan petis," ujar Widyastuti, 41 tahun, pelaku UMKM dari Rajung Kriuk, Jepara. Selain petis, dirinya juga mengolah daging rajungan menjadi kerupuk. Tiap hari ia mampu membuat kerupuk hingga 5 kilogram atau 20 bungkus per 250 gramnya.

"Kalau pembuatan petis butuh rebusan yang banyak," ujarnya melalui brand Rajung Sedap.

Widyastuti memasarkan hasil olahan rajungan di Jepara dan kota sekitarnya. Menurutnya, permintaan olahan dari daging rajungan ini cukup besar dan menyerap tenaga kerja perempuan.

Widyastuti memang tak sendirian yang terlibat dalam mata rantai rajungan ini. Termasuk Nunung, yang kini juga turut mengerjakan alat tangkap rajungan atau bubu setiap harinya . "Bisa bantu suami juga dari hasil penjualan bubu. Sudah dua tahun ini saya mengerjakan bubu di rumah," ujarnya bangga.

Widyastuti dan Nunung tergabung ke dalam Forum Komunikasi Nelayan Rajungan Nusantara atau disingkat Forkom Nelangsa yang anggotanya tersebar hingga ke wilyah Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, dan Lampung ini.

"Rajungan yang bertelur kita karantina dan dilepaskan lagi agar berkembang lagi," ujar Mustain, Ketua Kelompok Usaha Bersama Berkah Samudera.

Tak jauh dari rumahnya, ia bersama kelompoknya mendirikan lokasi karantina rajungan yang berada di Demaan, Kecamatan Jepara. Di atas jembatan bambu, ia memperlihatkan rajungan yang tengah bertelur. Gerakan untuk konservasi rajungan ini bertujuan agar mereka tidak terjebak pada eksploitasi hasil tangkap. "Kita simpan sampai siap dilepas ke laut lagi," ujarnya.

Pesisir Jepara, Demak, Rembang, hingga Madura memang menjadi salah satu jantung untuk rajungan Indonesia. Berbagai hasil tangkap rajungan ini masuk ke dalam mata rantai pabrik dan siap untuk memenuhi pasar ekspor rajungan dunia.

Kini apa yang dilakukan oleh Forkom Nelayan Nelangsa sudah membuahkan hasil. Mereka tak lagi perlu jauh berlayar untuk menangkap rajungan. Anak rajungan tumbuh lestari di pesisir Jepara dan sekitarnya. "Penting untuk melestarikan rajungan," ujarnya.

Kampung nelayan Demaan, Jepara bergeliat agar hasil tangkap rajungan terus menjadi tulang punggung ekonomi warganya. Menjaga kelestarian rajungan dan ekosistem lautnya, menjadi kunci agar rajungan tak mengalami eksploitasi tangkapan dan siap menjadi hidangan istimewa di meja makan.

Baca Lainnya