BUMDesa Sangga Emas: Kiat Memoles Desa Cikaso Lewat Pertanian Dan Pariwisata
BUMDesa Sangga Emas, membangun Desa Cikaso lewat inovasi pertanian dan pariwisata. Menjadi contoh bagi desa lainnya.
Desa Cikaso, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, kini menjadi sorotan nasional berkat inovasi dalam mengembangkan sektor pertanian dan pariwisata. Ketika memasuki Desa Cikaso, pemandangan hamparan persawahan yang luas dan ladang subur menyambut setiap langkah. Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Sangga Emas, desa ini berhasil memanfaatkan potensi lokal secara maksimal dan menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi warganya.
Dengan pendekatan inovatif di sektor ekonomi, Desa Cikaso menunjukkan bagaimana sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga desa dapat menghasilkan model pembangunan yang mandiri dan kreatif.
Potensi Pertanian yang Menggerakkan Ekonomi Desa
Pada awalnya, salah satu kendala terbesar di sektor pertanian adalah harga pupuk dan obat pertanian yang mahal. Dalam upaya mendukung keberlanjutan sektor pertanian, para petani Desa Cikaso melakukan inovasi di bidang pemupukan. Kebutuhan akan pupuk organik yang tinggi mendorong kelompok petani bersama Dinas Pertanian memproduksi pupuk hayati secara mandiri, yang tidak hanya menekan biaya tetapi juga meningkatkan hasil pertanian. Hal ini menunjukkan inovasi lokal yang berperan penting dalam mengatasi masalah pertanian setempat.
Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Sangga Emas, Saparudin, menjelaskan bahwa sejak berdirinya BUMDesa pada tahun 2020, mereka berupaya mengoptimalkan potensi pertanian desa. "Berangkat dari potensi pertanian, kita bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat untuk mengelola lahan. Kebetulan waktu itu kita dipercaya mengelola lahan hortikultura seluas 42,5 hektare. Setelah itu, dari Dinas Pertanian kita juga mendapat bantuan berupa pabrik untuk menggoreng bawang dan pabrik pengolahan padi," ungkap Saparudin.
BUMDesa juga mengelola lumbung pangan yang berfungsi sebagai pusat penyimpanan dan distribusi hasil panen, khususnya padi. Pabrik pengolahan padi di desa ini mampu memproduksi hingga 6 ton beras per bulan, mendukung program ketahanan pangan lokal dan menambah pendapatan bagi petani desa. Beras lokal Cikaso kini telah dipasarkan di toko-toko di sekitar desa, dan bahkan merambah ke kota-kota besar.
“Kami memiliki sembilan unit usaha, termasuk pembibitan tanaman. Semua ini dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa,” tutur Saparudin.
Pembibitan ini melibatkan teknik budidaya yang baik agar tanaman tumbuh optimal. Salah satu produk unggulan adalah cabai rawit, yang bibitnya diproduksi di pusat pembibitan desa. Selain cabai rawit, Desa Cikaso juga melakukan pembibitan untuk tanaman hortikultura lainnya, seperti tomat dan sayuran. Dengan pengelolaan yang terorganisir, para petani bisa memastikan hasil yang lebih baik dan meningkatkan daya saing produk di pasar lokal maupun nasional.
Pertanian bawang juga menjadi salah satu hasil bumi unggulan yang berhasil dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat. "Hasil dari tanaman bawang itu diolah menjadi bawang goreng yang kita kemas dengan menarik agar meningkatkan daya jual. Lalu dipasarkan ke toko-toko setempat, pasar, dan secara online. Untuk produk bawang goreng kami ini ada pilihan rasa, yaitu original, pedas, dan udang, sehingga berbeda dari bawang goreng kebanyakan," lanjut Saparudin.
Selain itu, Desa Cikaso kini dikenal sebagai salah satu sentra produksi jamur tiram. Hasil panen jamur tiram ini tidak hanya dipasarkan di wilayah Kuningan saja, tetapi juga dikirim hingga ke kota lain seperti Brebes dan Jakarta."
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Inovasi
Pengembangan Desa Cikaso tidak lepas dari upaya pemberdayaan masyarakat. Kepala Desa Cikaso, Hidayat Noor, menekankan pentingnya partisipasi aktif warga dalam setiap aspek pembangunan desa, mulai dari pertanian hingga industri kreatif.
Melalui program-program pemberdayaan yang dikelola oleh BUMDesa Sangga Emas, masyarakat Desa Cikaso kini memiliki akses yang lebih baik terhadap pelatihan dan dukungan modal. Hidayat Noor, menjelaskan kolaborasi dalam mencapai tujuan bersama. "Kami menciptakan peluang kerja bagi lebih dari 90 orang, baik di sektor pertanian, pariwisata, maupun pengolahan pangan," ungkapnya.
Selain di bidang pertanian dan pengelolaan wisata, warga juga didorong untuk mengembangkan industri kreatif seperti produksi pupuk organik dan kuliner tradisional. Produk-produk seperti rangginang, rempeyek, tengteng, dan peuyeum ketan kini tidak hanya dipasarkan di desa tetapi juga dijual di pasar yang lebih luas, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam industri kreatif kuliner ini tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memberikan penghasilan tambahan bagi rumah tangga di desa.
Wisata Alam dan Budaya yang Menarik
Selain pertanian, sektor pariwisata menjadi salah satu pilar penting dalam pengembangan ekonomi desa. Sawah Lope adalah destinasi wisata yang menjadi andalan, menawarkan pemandangan indah dengan latar belakang Gunung Ciremai yang menakjubkan. Destinasi ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti gazebo, restoran, dan kolam renang.
Kepala Desa Cikaso, Hidayat Noor, menceritakan bahwa ide untuk menjadikan Sawah Lope sebagai objek wisata muncul pada saat pandemi 2019. “Saat itu banyak warga yang berjemur di sawah dan mencari hiburan di tempat terbuka. Dari situ, kami berpikir untuk mengembangkan area sawah menjadi tempat wisata,” ungkapnya.
Pengembangan sektor pariwisata di desa ini juga tidak terlepas dari peran kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Rumpun Padi, yang secara swadaya membangun infrastruktur wisata di Sawah Lope. Pokdarwis berhasil menciptakan sinergi antara pertanian dan pariwisata, di mana kedua sektor ini saling mendukung dan menguatkan. Dengan fasilitas yang terus dikembangkan, Sawah Lope diharapkan mampu menjadi magnet bagi wisatawan dalam jangka panjang, memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Langkah ini terbukti sukses, karena kini Sawah Lope menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik pengunjung dari berbagai daerah. Pengunjung tidak hanya bisa menikmati pemandangan yang indah, tetapi juga mencicipi kuliner dari Desa Cikaso, seperti nasi liwet dan makanan tradisional lainnya. Keberadaan Sawah Lope membantu mengangkat nama Desa Cikaso sebagai destinasi wisata baru yang menarik di Jawa Barat.
Desa Cikaso: Inspirasi Bagi Desa-Desa Lain
Perjalanan Desa Cikaso menuju kemandirian ekonomi adalah contoh nyata bagaimana kerja sama, inovasi, dan pengelolaan sumber daya lokal dapat membawa perubahan besar bagi sebuah komunitas. Dengan sektor pertanian yang kuat, pengembangan pariwisata yang inovatif, dan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan, Desa Cikaso kini tidak hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi juga menjadi inspirasi di tingkat nasional.
Keberhasilan Desa Cikaso membuktikan bahwa desa-desa di Indonesia memiliki potensi luar biasa yang dapat digali dan dikembangkan. Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah desa, BUMDesa, dan masyarakat, Desa Cikaso menunjukkan bahwa desa dapat menjadi motor penggerak ekonomi, budaya, dan pariwisata, yang berkelanjutan. Desa Cikaso telah membuka jalannya sendiri menuju masa depan yang lebih sejahtera, dan ini baru permulaan dari perjalanan panjang menuju kesuksesan yang lebih besar.
“Kami ingin Desa Cikaso menjadi contoh bagi desa lain di Indonesia bahwa dengan mengelola potensi lokal secara baik, kami bisa mencapai kemandirian ekonomi. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah serta lembaga desa sangat penting untuk mencapai tujuan ini.” ujar Hidayat Noor.
Melalui sinergi antara pemerintah, BUMDesa, dan masyarakat, Desa Cikaso siap terus berkembang sebagai destinasi wisata unggulan dan sentra pertanian inovatif, menginspirasi desa-desa lain di seluruh Indonesia.