BUMDes Artha Manunggal: Pertanian Kunci Kemakmuran Desa
BUMDes Artha Manunggal berbenah diri. Sektor pertanian menjadi kunci untuk naik kelas dan mendongkrak kesejahteraan warganya.
Khairul Saleh terlihat menikmati kegiatannya di lahan kebun vanili. Sesekali tangannya cekatan melihat perkembangan buah vanili. Pria berusia 49 tahun tersebut lulusan Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM), dan menjadi Direktur Badan Usaha Milik Desa BUMDes Artha Manunggal yang berdiri sejak tahun 2018.
BUMDes ini awalnya bergerak di simpan pinjam namun kini tumbuh untuk mengelola sektor pertanian.
“Bumdes sempat mati suri. Saya ditunjuk pada 2023,” katanya. Konsep dari simpan pinjam ke pertanian memang ada alasan. Mayoritas penduduk Desa Kebunrejo kebanyakan bekerja sebagai petani. Selain itu, warganya juga punya keterampilan dalam pembibitan berbagai jenis buah-buahan. Potensi ini pun menjadi modal bagi BUMDes Artha Manunggal untuk membangun bisnis sekaligus pemberdayaannya.
Berada di Pondok Tani Kebonliwon Kebonrejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah, sudah ada beberapa jenis tanaman tumbuh, yakni buah durian, kelengkeng, alpukat, jambu, vanili dan lainnya.
“Ini bagian membantu masyarakat memasarkan produk, edukasi dan membangun koneksi,” ucapnya.Tanaman pertanian yang dimiliki BUMDes ini di atas tanah yang disewa seharga Rp 1 juta pertahun per 1.000 meter persegi.
Bisnis Bibit Tanaman
Usai peralihan jabatan, pengurus baru menerima dana Rp10 juta dari sebelumnya. Setelah itu pada 2023 lewat anggaran perubahan, pemerintah desa memberi bantuan modal sebesar Rp 40 juta.
Uang tersebut, jelas Khoirul, dialokasikan ke kebun kelengkeng seluas 5.000 meter persegi, vanili 5.000 meter persegi, durian dan buah lainnya sekitar 9.000 an meter persegi.
“Awal berjalan, karena anggarannya kurang, kita cari pendapatan dengan menjual bibit hingga 1.000 tanaman dan punya keuntungan Rp 14 juta, digunakan merawat kebun,” jelasnya.
Bisnis jual bibit masih berlanjut hingga sekarang. Rata-rata perbulan antara 500-1 juta tanaman, dan konsumennya tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Kami jual bibit untuk menaungi masyarakat supaya dapat bibit valid dan terjamin keasliannya,” katanya.
Strategi pemasarannya selain secara offline juga lewat penggunaan sosial media, market place dan bangun kemitraan dengan BUMDes lain. salah satunya kawasan cagar budaya Borobudur, universitas dan pengusaha.
Kirim Sayur Ke Kalimantan
“Kita kolaborasi dengan BUMDes lain yang punya lahan sayur luas, karena kita punya permintaan sayur ke Kalimantan, seminggu itu paling tidak 2-3 truk dikirim secara berkesinambungan,” ucapnya.
Kata Khoirul, Desa Kebunrejo punya potensi yang besar. Kondisi wilayahnya yang dataran rendah, berkontur naik turun tapi bukan berbukit, cocok ditanami tumbuhan buah. Di samping itu, kondisi irigasi yang tidak pernah surut, bisa diandalkan menopang pengairan.
“Kebun buah yang saat ini ditanam, dalam dua tahun lagi akan menghasilkan. Ini investasi jangka panjang. Kedepan jika sudah menghasilkan, rencana akan disulap menjadi destinasi wisata petik buah,” ucapnya.
Pria kelahiran Magelang Jawa Tengah ini juga punya rencana untuk ajak masyarakat berkolaborasi. Penduduk desa yang memiliki lahan pekarangan walau terbatas akan diminta menanam.
Tujuannya mau menyulap Desa Kebunrejo menjadi sentral buah dan bibit. Prosesnya warga didampingi, tanamannya akan diberikan barcode untuk pemantauan jarak jauh kondisi kesehatannya.
Teknik ini juga sebagai cara untuk meyakinkan masyarakat tentang keberadaan BUMDes Artha Manunggal.
“Jika sudah jadi sentral, setiap ada permintaan kita tinggal ambil dari warga dan jadi tambahan pendapatan. Ini juga bisa jadi cara kemandirian pangan,”
Terbuka Investasi
BUMDes Artha Manunggal membuka keran investasi dengan sistem sharing profit di pertanian buah.
"Sudah ada masuk investor tiga orang dengan target sehektare Rp100 juta untuk kebun pepaya. Dalam 3 tahun kita kembalikan modalnya, 1,5 tahun BEP dan di 3 tahun sharing profit 50:50," jelas Khairul.
Penjajakan terus dilakukan dengan berbagai pihak yang potensial, termasuk dengan penduduk lokal. "Sudah ada investor dari luar dan itu akan saya laporkan ke warga sebagai bukti kalau orang luar bisa dapat uang dari desa sini,"
"Masyarakat percaya dan akan menaruh uangnya ke BUMDes untuk dikelola, kemudian kita garap menjadi suatu usaha dan pemasaran dilakukan seluruh masyarakat Kebun Rejo, akan cepat terkenal, viral, laku," katanya. Saat ini jumlah kepala keluarga di Kebun Rejo sebanyak tiga ribuan. Profesinya kebanyakan petani dan sisanya sektor lainnya.
Salah satu warga yang bergabung dalam BUMDes Artha Manunggal di Desa Kebonrejo ini adalah Orhama. Ia menjadi petani vanili di Desa Jebengsari, Kecamatan Salaman dan memanfaatkan lahan pekarangannya untuk bercocok tanam vanili. Menurutnya, budidaya vanili ini tergolong mudah dan bisa ditanam pot.
Vanili salah satu produk unggulan dari Indonesia dan memiliki permintaan besar di dunia.
“Indonesia baru bisa memberi sokongan kebutuhan vanili dunia baru sekitar 200 hingga 300 ton setiap tahunnya,” kata Khoirul menambahkan.
Vanili juga bisa dibudidaya dalam pekarangan terbatas. Satu pohon vanili juga tergolong produktif dan bisa menghasilkan dua kilogram per pohonnya dalam waktu delapan hingga sembilan pohon tergantung dari lokasi penanaman.
Harga vanili di tingkat petani mencapai Rp 100 ribu perkilogram tergantung dari kualitasnya. Bahkan, kualitas terbaik vanili bisa menembus harga Rp 3 juta perkilogram sesuai standar ekspor.
Potensi pasar lokal dan dunia akan vanili terbuka lebar dan berpotensi turut mendongkrak kesejahteraan warga desa. Budidaya ini pun bisa dilakukan oleh keluarga-keluarga di desa dengan bekal ketelatenan.
BUMDes Artha Manunggal mendorong agar warga sekitar turut meningkatkan kesejahteraannya melalui ragam budidaya buah-buahan hingga vanili. Berbagai hasil bumi ini adalah modal awal menjadikan Desa Kebonrejo naik kelas.