BUMDes

BUMDes Mijen: menambang rupiah lewat parkir pasar dan sampah

Kendati tak memiliki tempat wisata andalan, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sapto Karyo Manunggal tetap semangat mengembangkan potensi desanya. Terbukti, berkat usahanya mengelola pasar dan sampah, BUMDes mampu membuka lapangan pekerjaan dan menghasilkan Pendapatan Asli Desa (PADes).

Noor Syafaatul Udhma
BUMDes Mijen: menambang rupiah lewat parkir pasar dan sampah
BUMDes Sapto Karo Mnaunggal setor PADes untuk kedua kalinya sebesar Rp 8.069.100 pada akhir tahun 2022 Noor Syafaatul Udhma / Kanal Desa

Suara tawanya memecah keheningan dan membangkitkan semangat seisi ruangan. Sesekali, pemilik tawa itu – si kepala suku, Haris Santoso, Direktur BUMDes Sapto Karyo Manunggal – berapi-api menjelaskan program BUMDes yang akan dijalankan selama satu tahun ke depan. “Retribusi parkir pasar dan pengelolaan sampah berjalan lancar,” katanya. Rekan-rekannya mengangguk-angguk. Kepala Desa Mijen Singgih Wahyu Jatmiko tersenyum lantas meneguk air putih. Udara di luar Balai Desa Mijen pada Minggu, 22 Januari 2022 begitu panas, sepanas visi-misi mereka.

Itu satu di antara pertemuan-pertemuan gayeng anggota BUMDes Sapto Karyo Manunggal. Pertemuan itu menghasilkan hubungan harmonis antara BUMDes dan Pemdes. Hasil hubungan harmonis itulah yang muncul ide yang diwujudkan lewat usaha yang dikelola BUMDes.

BUMDes Sapto Karyo Manunggal ini berada di Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. Desa ini memiliki luas 294 hektare yang jaraknya 5,2 km dari pusat kota Kudus. Wilayah dengan 11.000 jiwa ini berupa dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 20 mdpl. Sayang, desa yang memiliki empat dusun tersebut tak memiliki potensi wisata yang sedang ngetren dikembangkan melalui BUMDes. Kendati demikian, anggota BUMDes tetap yakin ada usaha yang bisa dikembangkan. “Kalau potensi wisata tidak ada, berarti nyari potensi lain,” terang Haris. Singgih mendengarkan dengan seksama.

Setelah BUMDes dan Pemdes bermusyawarah, tercetuslah ide untuk mengelola parkir di Pasar Mijen. Setelah Pasar Mijen berjalan, BUMDes berkeinginan mengelola parkir Pasar Kademangan. Sayang, anggaran yang terbatas menjegal langkah mereka. “Kami tak ada dana, sedangkan untuk membuat tempat parkir kami butuh biaya,” kata Haris.

Tak pantang menyerah, BUMDes berusaha mencari pendanaan. Pucuk dicinta ulam pun tiba, satu investor datang. Kerja sama pembangunan dan pengelolaan Pasar Kademangan akhirnya terwujud. “Untuk Pasar Mijen kami sepenuhnya kelola sendiri. Namun karena hak pengelolaan Pasar Kademangan masih dipegang investor, maka BUMDes hanya dapat bagi hasil,” terangnya.

Kerja sama pengelolaan Pasar Kademangan ini, kata Haris, hanya enam tahun. Saat ini, kerja sama itu sudah berjalan tiga tahun. “Setelah kerja sama selesai, Pasar Kademangan akan sepenuhnya menjadi hak kami termasuk dengan parkir,” papar lelaki berusia 45 tahun tersebut.

Pasar Kademangan menjadi salah satu unit usaha yang dikelola BUMDes Sapto Karyo Manunggal
Pasar Kademangan menjadi salah satu unit usaha yang dikelola BUMDes Sapto Karyo Manunggal Noor Syafaatul Udhma / Kanal Desa

Setelah mengelola parkir di dua pasar, BUMDes Sapto Karyo Manunggal akhirnya membuat analisis untuk melebarkan usahanya yakni mengelola sampah. Ada beberapa pertimbangan untuk mengurus sampah, salah satunya, kata dia, untuk mewujudkan lingkungan sehat dan bebas sampah. Sebab, meski tidak ada kegiatan sosial, warga akan tetap memproduksi sampah. Jika warga tidak memiliki kesadaran untuk membuat lingkungan bersih, maka akan ada konflik sosial. “Ini yang menjadi pertimbangan kami, selain profit yang dihasilkan dari mengelola sampah,” jelasnya.

Saat ini, sudah ada empat ribuan rumah yang bergabung dengan BUMDes. Untuk pengelolaan sampah, masih sebatas pengepulan. Kendati demikian, ke depan, akan ada pemilihan hingga daur ulang sampah. “Masih on progres, sambil menunggu TPS terpenuhi. Pembangunan infrastrukturnya akan berjalan di tahun ini,” paparnya.

Haris mengaku, sudah memiliki rencana besar untuk mendaur ulang sampah. “Ide ini masih kami rahasiakan. Sebab kami harus uji kelayakannya dulu. Jika benar-benar layak, maka akan kami produksi,” katanya lantas tertawa. Rekan-rekannya saling berpandangan dan tertawa bersama.

Namun, dia melanjutkan, akan ada kerja sama dengan PT Djarum dalam proses pemilahan sampah. Yang organik akan langsung diambil PT Djarum, sedangkan yang nonorganik akan dikelola BUMDes. “Kami tak perlu biaya dalam kerja sama ini. Semua ditanggung PT Djarum,” kata lelaki berbaju navy tersebut. Rekannya mengangguk-angguk.

Biaya retribusi pengangkutan sampah juga terjangkau. Untuk sampah rumah tangga biayanya hanya Rp15.000 per bulan, sedangkan untuk sampah usaha maksimal Rp30 ribu per bulan. “Kami memiliki 10 operator sampah yang kami bagi berdasarkan area. Setiap harinya, operator-operator ini akan berkeliling ke rumah-rumah untuk mengambil sampah. Warga tinggal meletakkan sampahnya di depan rumah, nanti akan diambil operatornya. Praktis,” terangnya. Dia mengaku pengelolaan sampah ini sudah berjalan selama tujuh bulan. Meski profitnya belum sebanyak desa lain, tetapi Haris yakin ke depan pengelolaan sampah di Desa Mijen akan besar, sebesar mimpinya mengembangkan BUMDes.

BUMDes Sapto Karyo Manunggal setor PADes sebesar Rp 5.839.000 pada 2021
BUMDes Sapto Karyo Manunggal setor PADes sebesar Rp 5.839.000 pada 2021 Noor Syafaatul Udhma / Kanal Desa

Dua tahun berdiri, dua kali setor PADes

Bangunan itu berwarna biru. Berada di sebuah pertigaan jalan di Desa Mijen. Jaraknya sekitar 2 km dari Balai Desa Mijen. Bangunan setinggi 10 meter dengan luas 15 meter itu memang tidak terlalu besar. Namun manfaatnya begitu besar: menyuplai air bersih ke rumah-rumah warga. Bangunan itu yakni Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), salah satu unit usaha yang dikelola BUMDes Sapto Karyo Manunggal.

Berbeda dari unit lainnya yang sudah lama dikelola, Pamsimas ini newbie. Bangunannya juga baru selesai dibangun pada akhir 2022 menggunakan hibah dana alokasi khusus (DAK) dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kudus sebanyak Rp450 juta.

Kendati masih baru, arah pengelolaan Pasmimas sudah jelas. Bahkan mulai 24 Januari 2023 sudah berjalan. Biayanya juga terjangkau. Untuk 1-10 per meter kubik tarifnya Rp 1.000. Jika 10-30 per meter kubik Rp 1.500, sedangkan 30 per meter kubik dan seterusnya Rp 2.000. “Murah meriah,” kata Haris.

Sebelum empat usaha ini dikembangkan, Haris mengaku, pendirian BUMDes Sapto Karyo Manunggal juga penuh perjuangan. Sebab, Desa Mijen tidak memiliki potensi wisata seperti desa lain. Anggota BUMDes perlu waktu untuk benar-benar menentukan usaha apa yang harus dikelola. “Yang ngetren kan potensi wisata. Soalnya kalau wisata, BUMDes tinggal langsung mengelola saja. Sayangnya, Desa Mijen tidak punya potensi itu. Akhirnya kami berpikir keras untuk menentukan unit usaha apa yang bisa dikelola. Pilihan kami jatuh pada parkir pasar,” katanya.

Haris mengatakan, BUMDes Mijen terbentuk pada akhir 2020. Namun baru benar-benar berjalan pada 2021.

Untuk penyertaan modal awal, Haris mengaku mendapatkan dana hibah gubernur sebanyak Rp 20 juta. Dana itulah yang digunakan untuk memulai usaha. Kendati mendapatkan modal yang sedikit, BUMDes berusaha memaksimalkan usaha yang dijalankan. Sebab pada 2021, BUMDes tidak ada penyertaan modal karena anggaran digunakan untuk penanganan Covid-19. “Barulah pada 2022, kami mendapatkan modal,” terangnya.

Salah satu pegawai pengelolaan sampah dari BUMDes Sapto Karyo Manunggal Mijen mengambil sampah warga (22/1/2023)
Salah satu pegawai pengelolaan sampah dari BUMDes Sapto Karyo Manunggal Mijen mengambil sampah warga (22/1/2023) Noor Syafaatul Udhma / Kanal Desa

Haris mengaku, penyertaan modal pada 2022, diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebanyak Rp100 juta. Dana ini akan digunakan untuk internet masuk desa. “Saat ini sudah ada pengadaan peralatannya. Sebentar lagi instalasi,” tuturnya.

Kepala Desa Mijen Singgih Wahyu Jatmiko mengaku, menganggarkan pernyertaan modal karena BUMDes Sapto Karya Manunggal memiliki perencanaan yang baik dan visi misi yang bagus untuk mengelola unit usaha. Sebab sejak berdiri pada 2020, BUMDes mampu menyetor PADes, padahal awal berdiri baru mendapat penyertaan modal Rp 20 juta. “BUMDes Mijen memiliki visi-misi yang bagus sekaligus target untuk menghasilkan profit. Kami tambah yakin setelah BUMDes mampu menyetor PADes,” kata Singgih.

Dia menjelaskan, pada tahun pertama, tepatnya pada 2021, BUMDes memiliki aset Rp 30.081.500. Dari aset itu, BUMDes mendapatkan laba Rp 12.976.000 dan mampu menyetor PADes sebesar Rp 5.8.39.200. Pada tahun kedua (2022), BUMDes memiliki aset sebanyak Rp 136.334.433 dengan laba Rp 17.931.333 dan mampu menyetor PADes sebesar Rp 8.069.100. “Kami apresiasi kinerja BUMDes. Sebab baru dua tahun berdiri sudah mampu menyetor PADes dua kali. Jadi penyertaan modal ini bukan semata-mata kedekatan, tetapi karena mereka mampu mengembangkan modal itu,” terang lelaki berusia 43 tahun itu.

Selain memiliki visi-misi dan arah usaha yang bagus, dia mengaku pemerintah juga sedang fokus membangun desa sampai 2030 melalui Sustainable Development Goals (SDGs). “Jadi pemerintah pusat, kabupaten, dan desa sejalan,” terangnya.

Selain empat unit usaha yang dikelola BUMDes, Desa Mijen juga memiliki potensi digitalisasi sistem keuangan melalui pasar.id dan pembayaran melalui QRIS, hasil kerja sama dengan salah satu bank. Untuk aplikasinya menggunakan aplikasi dari bank tersebut. “Kami ada arah Mijen menjadi smart village. Semoga ini menjadi langkah awal yang baik. Saat ini kami mulai pengadaan alat dan sebentar lagi instalasi,” katanya.

Direktur BUMDes Sapto Karyo Manunggal Haris Santoso mengaku, selain dukungan dari kades dan anggotanya, BUMDes juga mendapat pendampingan dari PT Djarum melalui Desa Lestari dan Lokadata. Pendampingan ini berupa pendampingan pembuatan rencana usaha sekaligus analisis kelayakan usaha. Selain itu, PT Djarum juga mendampingi BUMDes dalam menyusun laporan keuangan dan laporan pertanggungjawaban.

Tak hanya itu, pemerintah melalui Dinas Pemberdayaan Pemerintah Desa (PMD) juga mendampingi BUMDes. Kendati demikian, anggota BUMDes juga terus menambah ilmu dalam berbagai kesempatan untuk membesarkan BUMDes. “Selain mempraktikkan ilmu yang sudah didapat, baik dari Pemkab Kudus maupun dari PT Djarum, kami juga aktif menambah ilmu sendiri. Sebab banyak hal tak terduga yang kami temui di lapangan,” paparnya.

Jerih payah yang dilakukan BUMDes rupanya membuahkan hasil. Pada 2022, BUMDes Satpo Karyo Manunggal berhasil menjadi Juara Harapan 2 dalam Nugraha Karya Desa Brilian se-Indonesia. “Kami mewakili Jawa Tengah,”terangnya.

Setelah ini, kata Haris, pihaknya akan membesarkan unit usaha. Harapannya akan lahir unit usaha baru.

“Kami akan berjuang membesarkan BUMDes, kami akan berjuang mengelola unit usahanya, kami akan berjuang menghasilkan PADes-nya, kami tidak akan menyerah,” kata Haris penuh semangat. Wajahnya semringah.

BUMDes Sapto Karyo Manunggal Juara Harapan 2 dalam penghargana Nugraha Karya Desa Brilian 2022 se-Indonesia.
BUMDes Sapto Karyo Manunggal Juara Harapan 2 dalam penghargana Nugraha Karya Desa Brilian 2022 se-Indonesia. BUMDes Sapto Karyo Manunggal / Kanal Desa

Baca Lainnya