BUMDes Jaya Mandiri: Etalase Jelajah Hutan Mangrove Pesisir Kalimantan Barat
BUMDes Jaya Mandiri mengelola dan merawat hutan mangrove di Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Menjadi basis konservasi pesisir sekaligus penopang ekonomi desa.
Isu perubahan iklim kian didengungkan warga dunia. Respon ini tak lain karena kondisi bumi kian memburuk. Salah satu indikatornya adalah kenaikan suhu bumi saat ini. Kondisi ini pun memicu warga dunia untuk mengubah perilaku yang merusak, mendorong kebijakan yang lebih berpihak pada lingkungan, serta menerapkan praktik-praktik keseharian yang lebih ramah.
Perubahan iklim semakin tak terelakan saat kondisi bumi semakin tidak baik-baik saja. Untuk itu, setiap individu, kelompok, organisasi, hingga pemerintah harus terlibat dan menjadi garda terdepan menyelamatkan bumi untuk kebaikan generasi saat ini dan di masa depan.
Setiap tanggal 22 Mei, yang ditetapkan sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, warga dunia diminta untuk menjadi bagian dari rencana global ini. Salah satu seruannya adalah terlibat secara aktif untuk menghentikan kerusakan hayati. Termasuk bergerak secara nyata menghidupkan kembali keragaman hayati dunia. Inilah tema besar perayaan Hari Keanekaragaman Hayati di tahun 2024.
Di tengah arus suara penyelamatan bumi, Indonesia patut berbangga karena menjadi bagian dari keragaman hayati besar dunia. Indonesia menempati rangking kedua setelah Brazil sebagai negara dengan tingkat keragaman hayati paling kaya di dunia. Kondisi ini terbentuk karena bentang alam yang unik. Terdiri dari kepulauan yang dikelilingi laut luas serta cincin api yang menghidupan keragaman alamnya.
Untuk itu, Indonesia menjadi salah satu garda penting untuk terlibat menyuarakan pentingnya merawat bumi dan melestarikan keragaman hayati dunia ini.
Tak salah jika Indonesia memang memiliki ragam flora dan fauna yang unik dan berbeda dibandingkan dengan wilayah lainnya. Lapisan ekosistemnya terdiri dari pesisir, rawa, mangrove, gambut, hingga hutan di pegunungan. Cermin keragaman ini ada dalam etalase kawasan 54 taman nasional serta kawasan cagar alam, hingga hutan di pedesaan.
Keragaman hayati adalah basis ekonomi fundamental, seperti keberadaan hutan mangrove, misalnya. Ia tak hanya sekedar menjadi benteng pelindung kawasan pesisir. Tapi juga punya manfaat lain; sumber pangan, farmasi, penghasil oksigen, maupun rumah bagi habitat ikan dan kepiting untuk bertelur dan berkembang.
Salah satu upaya penting dalam menjaga habitat ekosistem mangrove sekaligus mendapat manfaatnya telah dilakukan oleh BUMDes Jaya Mandiri yang berada di Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Di sini ada satu kawasan hutan mangrove yang masih terjaga dan menjadi tulang punggung ekonomi masyarakatnya. Mulai dari tambak, pengolahan aneka buah mangrove, hingga pengembangan wisata mangrove Tanjung Pagar di Desa Mendalok.
Lokasi wisata hutan mangrove ini seluas 10 hektar dan menjadi salah satu primadona wisatawan lokal di Kalimantan Barat. Area ini dikelola oleh BUMDes Jaya Mandiri sejak tahun 2017 dan menjadi salah satu unit bisnis desa yang potensial.
Mangrove yang berada di Tanjung Pagar ini ditumbuhi jenis vegetasi api-api dan menjadi habitat bagi jenis ikan tembakul, kepiting bakau, siput, dan berbagai jenis burung, seperti elang. Selain itu, kawasan ini juga menjadi benteng dari abrasi, maupun gelombang dan angin kencang dari laut.
BUMDes Jaya Mandiri menilai hutan mangrove ini adalah jantung bagi keberlangsungan masyarakat dan lingkungannya. Kawasan hutan mangrove yang rusak berarti akan mengancam keberlangsungan kehidupan warganya. Melalui pengelolaan wisata hutan mangrove, mereka bergerak mengembangkan wisata yang berkelanjutan dan lestari. Untuk masa depan Kalimantan Barat maupun dunia.