Memoles Desa Wisata Lumban Suhi Suhi Toruan
Raja Simarmata, lulusan ITB, membangun Desa Lumban Suhi Suhi Toruan naik kelas dan mendunia lewat pariwisata dan peranan BUMDes. Komitmen pemimpin muda membangun desa.
Kampung ini, Lumban Suhi Suhi Toruan terletak di jantung Danau Toba, kawasan yang memiliki potensi alam luar biasa. Salah satu jantung daerah pariwisata yang penting bagi Sumatera Utara. Namun sayangnya, sebagian besar warganya justru masih terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Di sinilah, Raja Simarmata, lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya merantau ke ibu kota, mengambil peran penting.
Raja Simarmata, yang kini menjabat sebagai Kepala Desa di desa kelahirannya, mengusung misi besar:, mengubah nasib kampungnya yang miskin, menjadi desa yang mandiri secara ekonomi.
Perjalanan Raja menuju cita-citanya yang besar dimulai dari sebuah pertanyaan sederhana saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Dia yang berasal dari keluarga sederhana, mendengarkan pengarahan dari alumni yang lebih dulu menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Dalam sesi tersebut, Raja bertanya kepada seniornya, “Bang, kalau mau kaya, jurusan apa yang harus diambil?”
Saat itu, berbagai saran diterima dan Raja memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di ITB dengan jurusan Teknik Pertambangan pada 2005. Sampai akhirnya, dunia kampus justru memperkenalkannya pada ide yang lebih besar tentang kekayaan.
Di sana, dia bertemu dengan berbagai individu dari latar belakang yang berbeda—dari yang paling pintar hingga yang paling agamis. Wawasannya berubah. Kaya bukan hanya soal materi, tetapi tentang memberi makna.
"Kaya itu bisa datang dari banyak hal, bahkan seorang tukang pangkas rambut pun bisa kaya dengan membuka cabang di seluruh Indonesia," kata Raja mengenang.
"Dari sana, saya mulai berpikir, kita harus berbuat sesuatu untuk perubahan."
Dari Dunia Bisnis ke Panggilan Hati
Setelah dua tahun bekerja di perusahaan tambang dan meraih kesuksesan, Raja memilih untuk merintis usaha sendiri. Salah satu ide besarnya adalah meluncurkan bisnis batik dengan produk yang unik—skin Blackberry dengan sentuhan budaya Indonesia.
Inovasi ini sempat booming pada masanya, meski tidak bertahan lama karena perubahan teknologi yang pesat. Raja pun beralih ke bidang lain, mengembangkan kain tenun khas Samosir.
Berawal dari keprihatinannya melihat para penenun di kampungnya yang hanya menghasilkan kain tradisional untuk upacara adat, Raja berinovasi dengan memperkenalkan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Menggunakan alat sederhana, produksi kain bisa lebih cepat dan efisien, serta memberi peluang bagi pria dan wanita di kampung untuk menekuni pekerjaan ini tanpa rasa malu.
"Kami mencoba mengembangkan dengan cara yang lebih modern, tanpa mengubah nilai tradisi," jelasnya.
Kini, Raja telah berhasil mengubah produk kain tenun ini menjadi pakaian jadi yang diproduksi di Medan dan dijual di galeri kampungnya. Setiap potong kain tenun yang dihasilkan kini bisa dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi sebagai bagian dari dunia fesyen modern.
Keberadaan kampung ulos ini pun menjadi penarik bagi para wisatawan yang hendak berkunjung ke Desa Lumban Suhi Suhi Toruan. Di sini, pengunjung bisa melihat langsung bagaimana tenun ulos dikerjakan oleh para pengrajin. Warisan budaya Batak yang masih hidup sejak ratusan tahun dan ditetapkan sebagai warisan tak benda oleh pemerintah.
Tiap tahun, kampung di sini juga menggelar berbagai festival kain ulos, seperti Festival Hita Do Hutaraja yang dirayakan bersama acara tarian, kuliner, dan fashion show yang mengangkat tema budaya Batak. Bagi masyarakat Batak sendiri, ulos bagian dari kain sarat makna yang dijaga secara turun temurun sebagai bagian dari warisan budaya.
Mendirikan BUMDes Hita Do Hita: Langkah Menuju Mandiri
Kembali ke kampung halaman, Raja merasa ada panggilan hati untuk melakukan perubahan yang lebih besar lagi. Pada 2020, meski baru terpilih sebagai kepala desa, ia dihadapkan dengan krisis besar—pandemi COVID-19.
Saat itu, meskipun dana desa dialokasikan untuk BLT (Bantuan Langsung Tunai) ke warga yang terdampak COVID-19, Raja tetap fokus pada visi jangka panjang, mengangkat perekonomian desa melalui Badan Usaha Milik Desa.
“BUMDes ini harus bisa menghasilkan uang, supaya desa ini bisa mandiri,” katanya. Ia percaya kehidupan ekonomi desa bisa bergeliat jika BUMDes mengambil peran aktif membangun usaha desa.
Meskipun pada awalnya masyarakat sangat skeptis dan cemas tentang pengelolaan keuangan desa, Raja tetap berjuang. Setelah rapat dan musyawarah berulang kali, mereka akhirnya memulai proyek Kampung Ulos, sebuah kawasan wisata yang dikelola oleh BUMDes.
Dari situ, meski pemasukan awalnya kecil, mereka melihat potensi yang besar untuk menggerakkan ekonomi desa.
Program pertama yang sukses adalah Coffee Shop yang dioperasikan BUMDes. Meskipun belum buka 24 jam, usaha ini sudah mulai memberikan pemasukan. Raja juga berupaya menciptakan kegiatan seperti Ngopi Bareng Kades yang mengundang warga untuk berinteraksi sekaligus memberikan edukasi kepada generasi muda tentang pentingnya kewirausahaan.
“Kami ingin menciptakan ekonomi yang berkelanjutan, jadi masyarakat bisa melihat langsung hasil dari usaha mereka,” ujar Raja.
Potensi Desa Samosir: Dari Wisata hingga Pengelolaan Sumber Daya Alam
Raja percaya bahwa Samosir memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya digali, selain tenun, ada wisata di sekitar Danau Toba menjadi fokus besar dalam pengembangan ekonomi desa.
Saat ini, Raja sedang berusaha menata kawasan danau agar lebih tertata, memperkenalkan festival ikan doton, serta membangun fasilitas seperti food court dan area camping untuk menarik wisatawan.
Tidak hanya itu, Raja juga berusaha mengelola potensi perikanan di danau. Salah satu inovasi yang diusungnya adalah membangun reserved area untuk ikan agar populasi ikan tetap terjaga. Ini akan menjadi landasan bagi keberlanjutan industri perikanan dan wisata kuliner berbasis ikan.
Menuju Desa Mandiri: Tantangan dan Harapan
Tantangan terbesar yang dihadapi Raja dalam mengembangkan BUMDes adalah kurangnya dukungan dan kerjasama dari sebagian masyarakat, terutama dalam hal pengelolaan keuangan dan sumber daya. Meskipun demikian, dia tetap optimis dan berfokus pada strategi jangka panjang.
"Masalahnya memang ada, tapi saya tidak akan mundur. BUMDes harus bisa menjadi mesin penggerak ekonomi desa," tegasnya.
Pada 2023, BUMDes telah mulai menghasilkan uang dari usaha kecil seperti tiket wisata dan produk lokal. Raja berharap bahwa pada 2026, BUMDes di desanya bisa menghasilkan miliaran rupiah dan desa Samosir bisa bertransformasi menjadi desa mandiri.
Raja tidak hanya ingin mengubah ekonominya, tetapi juga memperkenalkan model desa mandiri yang bisa diadopsi oleh desa-desa lain.
"Saya percaya, perubahan itu bisa dimulai dari desa. Kita bisa belajar banyak dari desa kecil ini untuk membangun desa yang lebih besar," ujar Raja dengan penuh semangat.
Dengan visi yang jelas, semangat untuk memberi dampak positif, dan pemahaman tentang pentingnya inovasi sosial dan ekonomi, Raja Simarmata tengah berjuang untuk mengubah wajah Desa Samosir menjadi desa yang mandiri dan sejahtera.
Ini bukan hanya tentang angka atau statistik ekonomi, tetapi tentang bagaimana setiap warga desa merasa diberdayakan dan memiliki masa depan yang lebih baik. Desa ini sedang menulis kisah baru—sebuah cerita tentang bagaimana perubahan dimulai dari akar rumput dan bisa memberikan inspirasi bagi banyak desa di seluruh Indonesia.
BUMDes Hita do Hita Desa Lumban Suhi Suhi Toruan menjadi ujung tombak membangun desa. Terlebih saat ini, mereka juga mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Kabupaten Samosir untuk mengelola objek wisata Pantai Lumban Suhi Suhi.
Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Samosir terus naik seiring pembangunan fasilitas pariwisata di sekitar Danau Toba. Di tahun 2023, jumlah wisatawan mencapai satu juta orang dan berkontribusi bagi ekonomi lokal. Salah satunya kunjungan ke Pantai Lumban Manik yang telah memiliki berbagai atraksi wisata dan budaya yang unik dan khas. Langkah pimpinan Raja Simarmata juga telah menunjukan hasil dan kontribusi bagi pembangunan desa ini. Pemberdayaan masyarakat serta pembangunan desa turut mendukung upaya pengembangan pariwisata di desanya.