Kabupaten Cirebon, pusat kerajinan rotan Indonesia
Cirebon menjadi wilayah dengan jumlah desa pengekspor industri rotan terbanyak di Indonesia.

Sejak dulu, Kabupaten Cirebon memang dikenal sebagai eksportir olahan rotan. Furnitur, anyaman, dan bermacam kerajinan rotan menjadi andalan daerah ini.
Kabupaten Cirebon tercatat sebagai wilayah yang memiliki desa pengekspor rotan terbanyak (7 desa). Desa-desa ini tersebar di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Plumbon (6 desa) dan Kecamatan Weru (1 desa). Desa Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, bahkan memiliki Kampung Wisata Rotan Galmantro. Hampir setiap warga bekerja sebagai perajin rotan. Dalam Dashboard Lokadata tercatat, pada 2018 terdapat 298 industri mikro dan kecil yang memproduksi anyaman di desa ini.

Pada masa kejayaannya, yakni sebelum 2005, Cirebon mampu mengekspor sekitar 2.000 sampai 4.000 kontainer kerajinan rotan per bulan. Lalu ekspor anjlok mulai 2005 akibat dibukanya kran ekspor bahan mentah rotan. Menurut Ketua Umum Masyarakat Pekerja Pengrajin Rotan Seluruh Indonesia (MPPRSI), Badrudin,ekspor kerajinan rotan dari Cirebon turun menjadi rata-rata 800 – 1.200 kontainer per bulan.
Angin segar industri furnitur mulai datang kembali pada 2011. Kementerian Perdagangan memberlakukan larangan ekspor bahan baku rotan. Tujuannya, agar bahan baku terserap oleh pelaku industri dalam negeri. Ekspor rotan dari wilayah ini beranjak naik kembali.
Di Kabupaten Cirebon sendiri, pada 2018 tercatat sebanyak 60 ribu warga bekerja di sektor industri meubel/kerajinan rotan(BPS, 2018). Jumlah perusahaan industri rotan pun terus naik, dari tahun ke tahun. Pada 2018, jumlah perusahaan industri rotan tercatat sebanyak 1.408 perusahaan. Sebelumnya, pada 2015 terdapat 1.370 industri rotan (BPS, 2018).