Ikhtiar BUMDes Karya Bersama Meraih Mimpi
Usaha dan ikhtiar adalah kunci untuk tetap bergerak dan memberikan dampak kepada banyak orang. Itulah prinsip BUMDes Karya Bersama bermimpi menjadi desa inspiratif di Gorontalo.
Selama kurun waktu 20 tahun, tak ada satu pun desa di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, yang menjadi juara tingkat provinsi. Kehidupan desa berjalan seperti biasa tak ada inovasi yang berarti. Masyarakat maupun aparat desa berjalan seperti biasa.
Namun, pada tahun 2022 kemarin, Salah satu desa yang berada di kabupaten paling barat di Gorontalo justru ada kabar gembira. Namanya, Desa Talduyunu dan berhasil menyabet juara dua tingkat provinsi. Harapan dan mimpi untuk berkembang tumbuh di desa itu. Penggeraknya tak lain dari BUMDes Karya Bersama yang ingin mengembangkan desa melalui wisata.
Cerita sukses itu tentunya tidak lahir dengan sendirinya. Ada banyak faktor pendukung yang kelak pendekatan wisata menjadi inovasi di desa ini. Salah satunya melalui pembangunan objek wisata Pangimba atau objek wisata sawah yang dirintis sejak tahun 2021. Kolaborasi ini melalui kerja sama antara BUMDes Karya Bersama dengan Pemerintah Desa Talduyunu. Dua kelembagaan yang menjadi motor untuk berinovasi dan membantu menggerakkan perekonomian masyarakat pasca pandemi.
“Program di Desa Talduyunu dilaksanakan selaras dengan visi dan misi pemda. Dan berkat itulah yang membawa desa kami juara dua di lomba desa tahun 2022 kemarin,” terang Abdul Hamid Sukoli, Kepala Desa Talduyunu.
Sejak dilantik tahun 2019 kemarin, Abdul telah merencanakan perbaikan ekonomi di desa melalui BUMDes. Ia ingin BUMDes di desanya menjadi penggerak ekonomi desa dan berdampak pada masyarakat.
Ide Abdul ini baru terlaksana pada tahun 2020 dan mendapat gayung bersambut dari pengurus baru BUMDes Karya Bersama yang diketuai langsung oleh Saiful Hadi. Ia menjadi ketua BUMDes yang ketiga.
“Program BUMDes yang akan dikerjakan ini bagian dari ide saya dan kades, utamanya untuk memajukan perekonomian di desa,” kata Saiful.
BUMDes Karya Bersama langsung tancap gas dengan model usaha yang diusung. Usaha ini tentunya wajib berkolaborasi dengan pihak desa. Baik secara pendanaan, penggalian gagasan, dan juga dukungan lainnya.
Saiful juga sadar, BUMDes tanpa unit usaha bagaikan sepeda motor tanpa bahan bakar. Tak bisa bergerak dan hanya jalan di tempat saja. Makanya ide untuk membuat usaha segera dipikirkan dan dimatangkan konsep bisnisnya.
Unit Usaha
Ide usaha Saiful akhirnya menjadi kenyataan. Ia merintis usaha BUMDes Karya Bersama melalui pembuatan pakan ternak unggas bebek. “Pakan ini terbilang berhasil, karena banyak permintaan di pasaran,” ujar Saiful.
Keuntungan yang diperoleh BUMDes Karya Bersama dari pakan ternak juga terbilang lumayan. Dengan modal awal sebesar 700 ribu rupiah, produksi langsung berjalan dan dipasarkan hingga ke luar kecamatan. Produk BUMDes ini bersaing dengan pakan pelet B50 yang biasanya dijual bebas di pertokoan.
“Kami jualnya sekilo 3 ribuan, masih murah. Bahan bakunya juga mudah didapat seperti dedak padi, jagung, ikan kering, yang sulit itu adalah jungkir kelapa,” jelas Saiful. Tak berhenti di sana. Ia memperluas pangsa pasar untuk kebutuhan tambak dan budidaya ikan yang berada di Pohuwato.
Saat semangat tinggi, pandemi tiba. Seluruh kegiatan produksi pun terpaksa libur dan berhenti. Pasokan bahan baku seret. Usaha produksi pakan ternak itu terpaksa tak diteruskan. Namun, kondisi terpuruk ini tak membuat pengurus BUMDes Karya Bersama dan aparat desa patah semangat. Mereka mulai melirik usaha lain yang bisa mendongkrak ekonomi desanya. Salah satunya potensi untuk mengembangkan wisata yang kian dicari dan digemari warga desa.
“Kami akhirnya fokus di wisata sawah. Jadi kita membangun jembatan sepanjang 500 meter di atas persawahan warga sebagai jualan pariwisatanya,” tutur Ketua BUMDes Karya Bersama ini.
Untuk mendatangkan pengunjung, pengurus BUMDes tak menarik tarif masuk. Terlebih saat itu belum ada fasilitas yang memadai. Pendapatan justru datang dari fasilitas aula untuk kebutuhan pertemuan di area persawahan. Penyewaan aula justru tak disangka memberi dampak nyata. Warga menyewa tempat ini untuk berbagai kebutuhan. Sekali sewa biayanya Rp 500 ribu dan mendapatkan keuntungan rata-rata sebesar satu juta tiap bulannya.
Promosi wisata sawah ini pun gencar dilakukan melalui digital. Keterbatasan internet tidak menjadi halangan. Saiful mendapatkan dukungan melalui program Kominfo untuk penyediaan internet desa. Pengembangan internet desa menjadi peluang bagi warga untuk mendapatkan akses internet yang baik.
BUMDes memfasilitasi jaringan internet dengan kemampuan koneksi empat gawai setiap rumah. Biaya langganan internet ini sebesar Rp 150 ribu per bulan. Saat ini ada 50 pelanggan yang sudah menikmati layanan jasa internet dari BUMDes. Keuntungan tiap bulan dari sektor ini sebesar satu juta rupiah per bulan. Dan sudah cukup membiayai operasional sewa bandwidth dan operasional pegawai. Adanya akses internet ini pun banyak membantu dalam urusan promosi wisata sawah di desa ini.
Abdul Sukoli, Kepala Desa Talduyunu yang sudah menjabat selama 4 tahun itu, menaruh harapan besar pada BUMDes Karya Bersama. Apalagi, sejak adanya objek wisata dan program desa digital ada tren yang bagus dari kegiatan pemberdayaan desa melalui kegiatan BUMDes.
“Perekonomian di desa berjalan dan mulai terbaca adanya pendapatan ke desa,” ungkap Abdul. Mulai jasa sewa internet, usaha rumah makan, aula pertemuan dan wisata sawah.
Ada banyak harapan yang ingin diwujudkan oleh BUMDes Karya Bersama. Berbagai keterbatasan memang masih menjadi tantangan untuk mengembangkan desa. Dari sisi keuntungan BUMDes juga belum memberikan dampak yang besar bagi pendapatan desa. Namun begitu, mereka yakin perbaikan tengah berjalan di desanya. Berbagai usaha BUMDes menjadi jalan agar bisa memberi dampak pada kehidupan desanya.
“Kami masih punya mimpi. Mulai mengembangkan pakan ternak, desa wisata, desa digital, dan kolam pemandian,” ujar Faisal. Berbagai usaha ini, menurutnya bisa menjadikan Desa Talduyunu sebagai desa percontohan bagi Kabupaten Pohuwato.