Desa

Ampyang Maulid Loram Kulon: mengingat Maulid Nabi, mengingatkan untuk berbagi

Kirab Ampyang Maulid digelar setiap bulan Rabiul Awal, untuk mengingat kelahiran Sang Nabi dan sebagai momen pengingat untuk bersedekah kepada sesama.

Hasyim Asnawi
Ampyang Maulid Loram Kulon:  mengingat Maulid Nabi, mengingatkan untuk berbagi
Gunungan festival ini ditandai dengan adanya ampyang, kerupuk yang disematkan di tiap gunungan, mengingatkan untuk tetap berbagi seberapapun kecilnya. Hasyim Asnawi / Kanal Desa

Seorang anak perempuan dengan kostum karnaval emas menyerupai tuan putri berjalan perlahan, diikuti seorang laki-laki dengan kostum serupa. Rombongan pengibar bendera dan penari kretek dengan papan bertuliskan "Festival Ampyang Maulid" menyusul dari belakang.

Hasyim Asnawi / Kanal Desa

Ada pula peserta kirab yang memakai baju adat, memerankan para tokoh pendiri desa. Mereka berduyun-duyun berjalan di depan halaman Masjid At Taqwa Desa Loram Kulon. Di samping kanan kiri barisan kirab, ratusan warga setempat tak mau ketinggalan menonton sembari mengabadikan momen tersebut.

Hasyim Asnawi / Kanal Desa
Hasyim Asnawi / Kanal Desa

Festival Ampyang Maulid di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus tahun ini digelar pada Kamis, 28 September lalu. Kirab Ampyang merupakan puncak acara yang digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Hasyim Asnawi / Kanal Desa

Ketua Takmir Masjid Jami At Taqwa, Afroh Amanudin, mengatakan Ampyang Maulid merupakan media dakwah untuk men-syi'ar-kan Islam di Desa Loram Kulon dan sekitarnya.

Hasyim Asnawi / Kanal Desa

"Ampyang Maulid digelar untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai media dakwah," kata Afroh.

Afroh menjelaskan, istilah "ampyang maulid" diambil dari kata ampyang yang artinya kerupuk. Berdasarkan cerita turun-temurun, pada masa penjajahan Belanda, warga bersedekah menggunakan kerupuk yang terbuat dari ketela.

Hasyim Asnawi / Kanal Desa

"Dulu ketika krisis ekonomi, warga masih bisa bersedekah dengan memanfaatkan apa yang ada: menggunakan kerupuk warna-warni dari bahan alam. Untuk mengenang tradisi itu, kami gelar Ampyang Maulid," jelasnya.

Hasyim Asnawi / Kanal Desa

Tradisi bersedekah itu disimbolkan melalui Festival Ampyang Maulid. Dalam kirab, masyarakat membawa gunungan beraneka rupa yang dihiasi ampyang atau kerupuk warna-warni di sekeliling gunungan.

Hasyim Asnawi / Kanal Desa

Tingginya antusias warga menunjukkan bawa tradisi Ampyang Maulid masih dirawat. Rebutan gunungan kirab sudah menjadi pemandangan yang lumrah di festival ini.

Hasyim Asnawi / Kanal Desa

Nasi kepal yang dibungkus daun jati dan daun pisang juga menjadi ikon di Kirab Ampyang Maulid Loram Kulon ini. Selain disertakan dalam gunungan kirab, ada juga ratusan nasi kepal yang sudah disiapkan untuk dibagikan. Pembagian nasi kepal selalu dinantikan warga. Mereka rela berdesak-desakan, mengantre hingga berebut nasi yang dipercaya membawa keberkahan di momen maulid itu.

Baca Lainnya

Tak Lagi Sulit Air Bersih
BUMDes

Tak Lagi Sulit Air Bersih

BUMDes Karangrejek mengelola air bersih di Desa Karangrejek, Gunungkidul. Berhasil memasok ketersediaan di tengah wilayahnya yang kering dan tandus.

Ahmad Yunus