Achmad Budiharto: PT Djarum mengungkit ekonomi desa dengan BUMDes
Program peningkatan kapasitas pengelola BUMDes menjadi salah satu pilihan strategis PT Djarum untuk mendongkrak perekonomian masyarakat desa di Kabupaten Kudus. Achmad Budiharto percaya, BUMDes mampu menjadi subjek akselerator ekonomi di desa.
Lahir dan besar di Kudus membuat PT Djarum ingin keberadaannya bisa memberi manfaat bagi masyarakat. Salah satu langkah yang dilakukan PT Djarum yakni dengan mendorong kemajuan perekonomian desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Langkah itu dimulai dengan menggelar pelatihan dasar BUMDes dengan target 123 desa di Kabupaten Kudus memiliki BUMDes. Harapannya BUMDes tidak hanya sekadar berdiri, tetapi juga harus berbadan hukum, aktif, dan usahanya mengalami kemajuan.
PT Djarum secara konsisten menggelar pelatihan dan pendampingan BUMDes di Kabupaten Kudus sejak 2019 hingga saat ini. Program ini menjadi salah satu langkah nyata PT Djarum dalam memajukan perekonomian desa dengan memberdayakan masyarakat. Targetnya: seluruh desa di Kabupaten Kudus memiliki BUMDes yang sudah berbadan hukum, aktif, maju, dan memiliki bisnis yang sustainable. Target itu pelan-pelan mulai diwujudkan.
Berikut petikan wawancara Deputy General Manager Community Development PT Djarum, Achmad Budiharto pada 23 Juli 2023:
Mengapa Badan Usaha Milik Desa?
Apa latar belakang PT Djarum memilih masuk dalam program pengembangan BUMDes?
PT Djarum ini kan lahir dan besar di Kudus. Untuk itu kami ingin keberadaan Djarum ini bermanfaat, khususnya bagi masyarakat. Goal-nya seluruh desa di Kabupaten Kudus memiliki BUMDes berbadan hukum, sustainable, dan berdampak positif bagi masyarakat, serta maju.
Pada waktu kami masuk sebetulnya sudah banyak desa-desa yang sudah punya BUMDes. Tetapi, nuwun sewu, hidup segan mati tak mau. Atau hanya tinggal papan nama saja.
Kenapa kami berkomitmen memberi pelatihan? Kami ingin membantu pemerintah daerah memajukan ekonomi desa melalui BUMDes. Desa yang dulu hanya menjadi objek, kami kami dorong untuk menjadi subjek. Harapannya mereka mengetahui empat subjek: paham regulasi, organisasi, program kerja, hingga analisis keuangan sekaligus membuat laporan keuangan.
Apa kriteria BUMDes yang baik?
Kalau bicara tentang BUMDes yang baik, ada tiga parameter. Pertama, BUMDes bisa dikatakan berhasil jika bisnisnya sustain. Bisnisnya memberi manfaat jangka pendek maupun jangka panjang. Mau bisnisnya kuliner, pengelolaan sampah, air bersih, atau produksi barang, tetapi syaratnya harus sustainable. Tidak hanya sekadar berjalan, tetapi berkelanjutan.
Kedua, sebagai usaha bisnis harus bisa memberdayakan masyarakat desa. Jadi BUMDes ini harus mampu menyerap tenaga kerja. Misalnya desa yang usahanya waste management, ada tenaga yang mengambil atau mengelola sampah. Tenaga kerja ini diambil dari desa itu sendiri.
Ketiga, sebagai lembaga bisnis harus ada profitnya dan mampu berkontribusi BUMDes terhadap peningkatan PADes. Karena BUMDes ini kan modalnya dari desa. Jadi BUMDes harus berkontribusi untuk desa.
Apa kendala BUMDes dalam menjalankan bisnis?
Saya melihat BUMDes di Kudus ini belum murni menjadi lembaga bisnis. Saya menduga hal ini terjadi karena BUMDes belum bisa memberikan gaji yang cukup kepada pengelola dan pegawainya. Karena kalau sudah menjadi perkerjaan kan harus bisa menghidupi mereka.
Salah satu contoh baik adalah BUMDes Megamendung Jaya, Kabupaten Bogor. BUMDes ini memiliki sistem agak unik. Pengurusnya itu digaji sesuai dengan performa mereka terhadap pendapatan BUMDes. Meski seorang direktur, kalau tidak memberi pendapatan kepada BUMDes ya gajinya standar berkitar Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. Kalau bisa memberi keuntungan lebih, gajinya lebih banyak. Ada yang digaji Rp 100 juta per bulan karena kontribusi dalam pendapatan BUMDes. Jadi kerja di BUMDes sudah dijadikan profesi, bukan sampingan. Makanya saat sharing session yang ditanyakan peserta justru gaji.
Ada beberapa desa yang masih bingung menentukan potensi desa karena beranggapan tidak memiliki potensi wisata. Adakah tips memilih usaha yang bisa digarap untuk desa-desa yang kesulitan menentukan potensi?
Kalau dilihat dari permasalahan di desa, layanan dasar di desa dapat dikelola sebagai alternatif kegiatan usaha. Selama hidup, manusia pasti nyampah. Sampah ini menjadi salah satu peluang bisnis yang baik. Kebetulan Kudus masih menghadapi masalah waste management. Masalah sampah ini harus bisa diselesaikan sehulu mungkin. Bukan di hilirnya. Artinya kalau bisa diselesaikan di level desa akan lebih baik. Karena ke depan, akan ada regulasi yang tidak mengizinkan pemekaran TPA. Jadi mau tidak mau, sampah harus diselesaikan di tingkat desa atau kecamatan. Tinggal bagaimana mengedukasi masyarakat dan pengolahnya. Namun bisnis waste mangement ini tidak bisa terlalu dikembangkan. Sustain, tetapi tidak terlalu besar. Kedua, kebutuhan air bersih. Air bersih ini pasti diperlukan.
Kebetulan kami memang sedang berkolaborasi, khususnya soal waste management. Ke depan kami ada kerja sama dengan lingkungan yang membantu mengolah sampah-sampah organik. Ini juga sedang membuat mesin untuk mengolah residu. Jadi residunya bisa kami selesaikan, sehingga tidak mengotori alam.
Baru-baru ini kami juga mencoba menjajaki tanah-tanah desa yang iddle, tidak terpakai atau kurang dimanfaatkan. Kira-kira tanah itu bisa dijadikan apa? Ada beberapa desa yang menyulap tanah desa menjadi lapangan olahraga. Lapangan itu disewakan. Tanahnya milik desa, yang mengelola BUMDes.
Bisa juga BUMDes mencoba memproduksi makanan atau kebutuhan yang dibutuhkan manusia. Namun lagi-lagi BUMDes juga harus peka dengan potensi desanya.
Apa sebetulnya visi PT Djarum dalam memajukan ekonomi desa?
Kalau bicara visi Djarum, tugas Djarum sebetulnya tidak hanya soal BUMDes. Sebab kami juga membantu dalam menurunkan angka stunting. Ini dalam rangka menyiapkan generasi emas. Kami juga membantu dalam hal pendidikan, Jadi BUMDes itu bagian dari usaha PT Djarum untuk memajukan Kudus dari seluruh lini.
Khusus BUMDes ini, harapan kami bisnis mereka berjalan lancar dan menghasilkan profit yang bisa berdampak pada percepatan pembangunan desa. Ending-nya masyarakat sejahtera.
Melatih dan Mendampingi BUMDes
Sejak kapan PT Djarum menggelar pelatihan untuk BUMDes?
Pelatihan dasar BUMDes ini kami dimulai sejak 2019. Saat ini sudah masuk angkatan ke-8. Setiap angkatan ada 14 desa yang terlibat. Pada Agustus ini, angkatan ke-9 juga akan mulai dilatih dan didampingi.
Apakah PT Djarum menyeleksi desa-desa yang ikut pelatihan?
Sebelum ada pelatihan memang ada seleksi. Setiap angkatan ada 14 desa. Asesmen dilakukan untuk memastikan komitmen dari desa, baik komitmen SDM maupun permodalan untuk pendirian maupun penyertaan modal. Jadi mesti disaring dulu. Biasanya ada 20 BUMDes yang kemudian disaring menjadi 14 BUMDes. Jadi nanti ketahuan mana BUMDes yang serius dan tidak serius. BUMDes mana yang sudah memiliki modal dan mana yang belum.
Siapa saja yang ikut dalam pelatihan dasar BUMDes ini?
Pelatihan ini diikuti oleh perwakilan pengelola atau tim perumus BUMDes, kepala desa, BPD, dan pendamping desa. Mereka adalah aktor-aktor kunci yang menentukan perjalanan BUMDes nantinya.
Siapa saja yang terlibat dalam pelatihan ini?
Kami bekerja sama dengan teman-teman dari Perkumpulan Desa Lestari, tenaga pendamping profesional (TPP) dari Kementerian Desa PDTT, Lokadata, dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Kudus. Selain itu, saat pendampingan kami juga menggandeng BUMN dan swasta untuk mengakselerasi perkembangan BUMDes.
Apa saja materi yang disampaikan dalam pelatihan?
Secara prinsip ada empat subjek. Yang pertama, mereka diberi materi tentang regulasi tentang BUMDes. Kenapa regulasi itu penting? Karena regulasi itulah yang menjadi dasar membangun organisasi BUMDes. Jadi mereka harus paham dulu tentang regulasinya, sehingga tidak kesulitan dalam membentuk organisasi dan mengembangkan organisasinya.
Kedua, setelah mengetahui regulasinya, mereka akan diberi pemahaman tentang organisasinya termasuk job desc-nya. Jadi mereka diajari membentuk struktur organisasi. Di dalam struktur organisasi BUMDes kan ada direktunya, ada sekretarisnya, ada bendaharanya. Nah dalam lokarya ini mereka langsung praktik membuat struktur organisasi. Mereka juga akan diberi tahu tugas dan kewenangan mereka dalam menjalankan BUMDes.
Pada hari pertama pelatihan angkatan ke-8 ini, selain diberi materi tentang regulasi, ada juga sharing session dengan stakeholder, baik dari pemerintah maupun dari BUMDes yang dianggap cukup berhasil. Pada hari pertama (Pelatihan Angkatan 8, _red), kami datangkan pemateri dari BUMDes Megamendung Jaya, Bogor. BUMDes ini lahir pada saat Covid. Tadinya usaha mereka hanya pelayanan kesehatan, sekarang usahanya berkembang di bidang ekspor, baik makanan maupun bahan mentah. Saya melihat keunggulan BUMDes Megamendung Jaya yakni kemampuan manajerial dan visi direkturnya.
Selain dari BUMDes Megamendung Jaya, kami hadirkan pula BUMDes Panggung Lestari Panggungharjo. BUMDes Panggungharjo ini fokus waste management. Kedua BUMDes ini dihadirkan untuk dijadikan percontohan BUMDes yang berhasil peserta termotivasi mengembangkan usaha.
Ketiga, BUMDes diajari dasar-dasar bisnis. BUMDes diajak memetakan potensi desa, peluang dan kesempatan, kelayakan bisnis, hingga pembuatan program kerja.
Keempat, mereka diajari analisis keuangan: cara menghitung laba dan rugi usaha. Sebab sebagai lembaga bisnis, orientasi BUMDes harus profit. Sebab BUMDes ini bukan lembaga sosial.
Setelah itu BUMDes juga akan dilatih membuat laporan keuangan. Sebab BUMDes akan melaporkan hasil kinerjanya kepada organisasi, pihak desa, dan masyarakat. Bagi BUMDes yang bekerja sama dengan pihak ketiga secara otomatis akan laporan kepada pihak ketiga.
Sejak 2019 hingga sekarang sudah ada 8 angkatan. Berapa jumlah desa yang sudah mendapat pelatihan?
Dari angkatan pertama sampai delapan ini, BUMDes yang kami latih sekaligus dampingi secara intens berjumlah 59 desa.
Apakah setiap angkatan ada pelatihan lanjutan?
Setiap angkatan akan mendapatkan pelatihan sekali. Namun setelah pelatihan, kami akan mendampingi mereka selama enam bulan. Pendampingan ini dilakukan agar BUMDes bisa berjalan lancar, sudah dapat modal dari desa, atau paling tidak sudah berbadan hukum. Sebab bisnis yang bagus itu harus ada badan hukumnya.
Hingga saat ini sudah ada 74 BUMDes yang sudah berbadan hukum, baik dari pelatihan PT Djarum maupun dari pemerintah. Sebanyak 54 BUMDes yang telah berbadan hukum ini adalah hasil pendampingan dari PT Djarum.
Setelah mendapatkan pelatihan, BUMDes membutuhkan modal usaha. Dari mana penyertaan modalnya?
Modal awal tentu saja dari dana desa. Saya dapat informasi dari Dinas PMD, tahun depan (2024, _red) sepuluh BUMDes akan dapat suntikan dana sebesar Rp 50 juta. Memang tidak banyak, tetapi dana itu bisa menjadi akselator untuk perputaran bisnis BUMDes.
Apakah pelatihan ini cukup untuk menghasilkan BUMDes yang sustainable?
Buat kami tidak cukup. Karena apa, kami juga ingin Kudus memiliki BUMDes-BUMDes yang maju. Ada dua BUMDes yang bagus dan akan kami dampingi untuk akselerasi menjadi BUMDes maju. Akselerasi ini dilakukan dengan mentoring yang lebih intensif.
Pesan untuk BUMDes di Kudus?
Pahami materi yang sudah diberikan. Kemudian praktikkan semua materi yang diajarkan. Belajarlah dari BUMDes Megamendung. Mereka menekankan kualitas dan kredibilitas. Ketika usaha kita kredibel, maka orang akan percaya dan akan mencari kita. Bukan kita yang mencari.
Awal-awal memang BUMDes Megamendung yang mencari, tetapi sekarang mereka yang dicari. Jadi sekarang mereka fokus mengembangkan network.
Saya harap BUMDes mempelajari materi regulasi yang diajarkan. Kemudian pahami pembuatan business plan-nya hingga analisis keuangan dan laporan keuangannya.
Apa harapan PT Djarum dalam upaya membantu pemerintah memajukan perekonomian desa?
Masalah ekonomi tentu saja tidak bisa diselesaikan oleh Djarum sendiri. Kami butuh dukungan dan kerja sama perusahaan lain, baik sejenis maupun tidak.
Kami sudah sampaikan kepada Bappeda untuk melibatkan perusahaan di Kudus. Kami juga sampaikan bahwa kami tidak keberatan untuk berbagi dalam pengalaman maupun metode untuk menangani masalah sosial masyarakat. Sebab jika bergerak bersama, harapan masyarakat sejahtera akan mudah terwujud. Sekali lagi ending yang kami harapkan yakni kesejahteraan masyarakat.