BUMDes Dukuh Dempok : daya tarik agrowisata Gumuk Watu
Agrowisata menjadi daya tarik bagi BUMDes Dukuhdempok dalam menyedot kunjungan wisatawan. Menjadi daya tarik minat pendidikan bagi pelajar dan keluarga.
Jember, Jawa Timur, tak hanya terkenal sebagai penghasil tembakau terbaik di dunia. Kondisi geografisnya yang subur menjadikan wilayah ini sangat cocok bagi sektor pertanian dan peternakan.
Salah satunya yang berada di Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember. Di sinilah lokasi pengembangan agrowisata terpadu yang berjarak 31 kilometer dari Kota Jember.
Agrowisata Dukuh Dempok berada di Jember Selatan. Dikenal sebagai kawasan wisata Gumuk Watu yang dikelilingi oleh aliran sungai, pepohonan dan hamparan persawahan yang luas dan menghijau.
Wisata Gumuk Watu menjadi wisata edukasi yang kini dikelola dan dikembangkan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dukuh Dempok. Dirintis pada tahun 2017 dengan penyertaan modal dari Pemerintah Desa sebesar Rp 200 juta.
“Dulu semak belukar dan rawa-rawa,” kenang Agung Santoso, Direktur BUMDes Dukuh Dempok mengenang. Lokasi yang penuh dengan rerumputan ini langsung ditata dan dibersihkan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Di tahun 2020, kawasan ini pun sudah terlihat bentuknya dengan deretan tanaman buah.
“Gumuk artinya bukit,” ujar Agung Santoso. Menurutnya, lokasi wisata yang berdiri di atas tanah kas desa ini seluas 4 hektare dan dibagi ke dalam tiga area. Pertama, 2,5 hektare sebagai lahan persawahan, setengah hektare adalah lahan kebun lereng gumuk, dan sisanya merupakan lahan kritis yang kini telah berhasil diberdayakan sebagai lokasi camping ground, kandang domba dan kolam renang.
Sejak awal lahan wisata Gumuk Watu memang dikonsep sebagai wisata edukasi. Tujuannya jelas, diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi desa dan juga wahana pendidikan. Baik bagi anak-anak desa setempat maupun masyarakat pada umumnya.
“Sejak awal memang kita konsep wisata edukasi, agar ada dampak ekonomi juga pendidikan,” katanya.
Berdasarkan konsep itulah, kemudian BUMDes Dukuh Dempok mulai membuat peta agrowisata dengan mulai menanam berbagai macam tanaman buah, tanaman obat, dan sayuran. Macam-macam buah yang ditanam adalah jambu kristal, jambu merah, jambu air, jeruk sunkist, kersen, buah kawista, dan nangka sebagai pelengkap edukasi keaneragaman hayati wisata Gumuk Watu.
BUMDes Dukuh Dempok juga melengkapi kebunnya dengan tanaman perdu yang memiliki nilai manfaat obat, seperti pohon cermai, dewandaru, zaitun, dan lerak. Sementara untuk tanaman sayuran, ada sawi, terong, bayam, kenikir, brokoli, genjer, ketela pohon, dan kangkung.
Berbagai tanaman pangan, obat-obatan, hingga buah-buahan ini menjadi sarana pendidikan Agrowisata. BUMDes Dukuh Dempok lalu membuka kawasan wisata ini dengan melibatkan orang lokal dan berhasil menyedot kunjungan dari masyarakat.
Dampak Ekonomi Agrowisata Gumuk Watu
Uniknya, BUMDes Dukuh Dempok tidak memasang harga tiket masuk ke agrowisata Gumuk Watu. Mereka hanya menarik tarif bagi pengunjung yang mengambil paket wisata saja. Menurut Agung, hal itu sudah cukup, karena tanpa tiket masuk ia masih bisa untung dari pengunjung yang membeli makanan atau sekedar ngopi di warung BUMDes yang ada di area wisata.
“Kalau tiket masuk kami nggak ada, baru kalau ada kunjungan dengan permintaan khusus, kami ada paket-paketnya,” katanya.
Paket yang dipatok pun tergolong murah meriah, Satu paket lengkap sehari semalam per orang hanya dikenakan tarif Rp 100 ribu. Paket ini akan mendapatkan fasilitas tenda mini kepasitas 4 orang, makan khas pedesaan selama di lokasi wisata, edukasi pertanian dan perkebunan, atau susur kebun, outbond, fun game, dan api unggun. Sementara, jika hanya kunjungan untuk susur kebun cukup dipandu oleh pengelola dengan tarifnya hanya Rp 10 ribu saja.
Hingga saat ini, BUMDes Dukuh Dempok belum menyumbangkan Pendapatan Asli Desa (PAD) bagi desa. “Semua uang yang masuk untuk menambah fasilitas dan perawatan fasilitas Gumuk Watu,” ujar Agung.
Sayang, badai pandemi Covid-19 juga berdampak bagi wisata Gumuk Watu ini. Saat bersamaan, area pertanian mengalami kegagalan panen. “Ada pandemi terus sawah sempat gagal panen tiga kali berturut-turut,” katanya. Namun, kondisi ini tak menyurutkan niat bagi BUMDes Dukuh Dempok untuk berkembang. Mereka tetap bergerak dengan semangat dan tekad baja agar wisata edukasi ini bisa tumbuh dan bertahan.
Hasilnya, wajah wisata Gumuk Watu semakin menawan. Sejumlah saung berdiri kokoh mulai dari sisi bawah hingga atas gumuk, area perkebunan buah-dan sayur, kandang domba, kolam renang, persawahan, dan juga area camping ground sudah tertata rapih.
Sarana Edukasi
Konsep yang ditawarkan oleh wisata Gumuk Watu ternyata cukup manjur. Selama 2022, data pengunjung tercatat 1.000 orang kunjungan. Kebanyakan pelahar dari Jember dan luar daerah, seperti Surabaya, Gresik, Jombang, Probolinggo, hingga Bali. Pelajar yang datang itu pun dari semua jenjang mulai dari PAUD hingga mahasiswa.
“Ada yang outbond, susur kebun, terus kepentingan penelitian, sampai ada yang prakerja,” katanya.
Sri Wulandari ketua kelompok belajar dari salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jember yang tengah melakukan penelitian untuk proposal tugas mengaku terkesima dengan apa yang ditawarkan Gumuk Watu. Ia yang baru pertama kali datang menyebut Gumuk Watu sebagai tempat hiddengem atau tempat tersembunyi yang memiliki keindaan alam yang sangat cantik.
Menurutnya, tempat semacam Gumuk Watu sangat cocok untuk melepas penat karena selain ada edukasi juga menawarkan panorama alam yang indah. “Kan ada sungai, sawah, terus ada barisan bukit-bukit juga, bagus jadinya,”katanya.
Wulandari mengaku tengah mengambil data dengan metode wawancara dan pengamatan untuk memenuhi tugas sosiologinya. Ia bersama empat temannya memilih Gumuk Watu untuk dijadikan tugas karena dikelola langsung oleh BUMDes.
Festival Empet, Event Tahunan Ikonik Gumuk Watu
Wisata Gumuk Watu juga memiliki festival unik, namanya “Festival Empet”. Festival Empet adalah festival tahunan yang biasa digelar setiap akhir tahun antara Oktober atau Desember. Acaranya mulai memancing, gelaran kuliner, dan edukasi. Empet sendiri adalah nama jenis kepiting tawar dan biasa dikonsumsi oleh masyarakat Dukuh Dempok. Nilai khas ini juga menjadi daya tawar yang berbeda dari desa ini dan telah digelar sejak tahun 2020.
“Ada hadiahnya, harus pakai pancing tradisional,” ungkap Agung. Di tahun 2022 ada 200 orang peserta yang mengikuti acara ini dengan hadiah seekor kambing. Acara ini melibatkan produk-produk dari masyarakat dengan olahan dari kepiting, baik untuk pembuatan kepiting krispi, bumbu merah, bumbu pedas, dan botok kepiting.
“Ada pendidikan bagi masyarakat tentang kepiting tawar ini dan bagaimana proses dibikin makanan,” ujarnya.
Ada banyak harapan dan mimpi di Agrowisata Gumuk Watu ini. Pengelola BUMDes ingin agar wisata edukasi ini terus berkembang dengan mendorong olahan lokal yang ada di desa ini. Sektor wisata pertanian dan peternakan menjadi modal bagi Gumuk Watu.
“Kami terbuka bagi siapapun untuk mengembangkan agrowisata ini,” ajak Agung Santoso.